Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Menjawab Pertanyaan Sulit si Kecil (1)

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Rabu, 09 Aug 2017 13:09 WIB

'Bunda kenapa aku bisa lahir?'. Kalau anak bertanya seperti ini, bagaimana menjawabnya?
Menjawab pertanyaan sulit anak/ Foto: Joko Supriyanto
Jakarta - Saat kemampuan bicara si kecil berkembang pesat, dia akan 'cerewet' menanyakan semua hal. Terkadang suka kebingungan nggak sih menjawab pertanyaan spontan si kecil yang terasa sulit?

HaiBunda merangkum berbagai pertanyaan sulit yang sering dilontarkan anak-anak kepada orang tuanya dan kemudian minta saran kepada psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi. Nah, berikut ini daftar pertanyaan sulit anak dan respons yang disarankan psikolog bagian pertama.

1. 'Kok aku bisa lahir?'

Saran: Saat menjawab pertanyaan ini, penjelasan yang kita berikan harus disesuaikan dengan umur sang anak. Jika anak yang bertanya adalah usia pra-sekolah, kita harus menjelaskan secara konkret namun tidak perlu sedetail mungkin layaknya kita menjelaskan ke anak berumur remaja.

Jawab: Karena bunda sama ayah menikah, lalu mempunyai anak yaitu kamu.

2. 'Kenapa dedek (si adik adalah perempuan) nggak punya penis?'

Saran: Jika yang bertanyaadalah anak pra-sekolah, maka cukup dijawab jelas namun tidak perlu sangat detail.

Jawab: Karena adik itu perempuan dan perempuan itu punyanya vagina. Kalau kamu kan laki-laki jadi punya penis.

3. 'Kenapa kakek meninggal? Aku meninggal juga? Kapan?'

Saran: Bisa menggunakan pendekatan agama atau menggunakan pendekatan benda hidup. Usahakan anak tidak melihat atau menonton film horor yang mengisahkan orang mati bisa kembali hidup. Sebisa mungkin, kita jelaskan ke anak bahwa di dunia inisemua yang mati tidak akan bisa hidup lagi.

Jawab: Nak, semua makhluk yang hidup pasti mati. Misal kamu punya tanaman, terus nggak disiram dan nggak dapat nutrisi yang baik pasti layu kan? Nah layu itu juga termasuk mati nak. Kalau kakek karena sakit dan kondisinya lemah jadi kakek meninggal. Kita pasti meninggal Nak, tapi waktunya nggak sama seperti kakek.

Menjawab pertanyaan sulit anak/Menjawab pertanyaan sulit anak/ Foto: Joko Supriyanto

4. 'Kok bunda boleh, aku nggak boleh?'

Saran: Sebisa mungkin, sebelum kita meminta atau melarang anak, terlebih dahulu kita lihat perilaku kita. Children see children do, anak akan meniru apa yang dilihatnya jadi sebisa mungkin para orang tua harus berhati-hati dalam membuat aturan.

Anak akan merasa tidak adil jika dirinya dilarang tapi orang tua malah melakukan. Misal anak diminta untuk makan, sedangkan ayahnya sibuk bekerja di rumah dan ibunya sibuk menonton. Ada baiknya jika orang tua justru mengajak makan bersama daripada hanya menyuruh. Anak akan lebih menghargai dengan ajakan daripada disuruh.

Selain itu tergantung juga konteksnya anak tidak boleh melakukan apa. Nah, jawabannya harus yang masuk ke logika anak.

Dalam kasus balita mempertanyakan kenapa dirinya harus makan sementara orang tuanya tidak sedang makan, bisa dijawab: Yuk kita makan nak, kamu belum makan kan? Kan udah sore. Kita makan bareng ayah.

5. 'Kenapa bunda harus kerja? Kan bunda si A nggak kerja.'

Saran: Jangan ajarkan konsep 'cari uang' pada anak. Jangan jelaskan bahwa kita bekerja untuk dapat uang dan uang tersebut untuk kita beli ini itu, tapi jelaskan bahwa manusia harus berkarya dalam hidupnya.

Jawab" Karena sebagai manusia, kita punya aktivitas nak. Bunda si A memang nggak kerja di luar tapi di dalam rumah bunda si A banyak mengerjakan kerjaan rumah, begitu juga bunda. Sama kayak kamu yang pergi sekolah tiap pagi, ngaji sore hari, nah orang dewasa melakukan aktivitas bekerja untuk menghasilkan sesuatu.

6. 'Kenapa kita harus berdoa?'

Saran: Beri konsep harapan untuk menjelaskan kepada si kecil dan beri contoh kasusnya juga.

Jawab: Begini nak, kalau kamu ada mau minta sesuatu ke Bunda, kamu harus minta ke Bunda baik-baik kan? Nah dari situ kamu berharap Bunda akan ngabulin apa yang kayak kamu minta kan?

Sama halnya, Nak, dengan berdoa. Dengan berharap akan sesuatu, kamu harus minta ke atas (Tuhan) supaya dikabulin. Intinya setiap kamu berharap sesuatu, kamu harus berdoa. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda