Jakarta -
Namanya anak-anak kadang rasa ingin tahu mereka besar banget nih, Bun. Termasuk ketika mereka kita ajak hadir ke acara pernikahan, pernah nggak si kecil nanya '
Menikah itu apa sih, Bunda?'
Hmm, pertanyaan seperti ini bisa bikin kita bingung ya. Kalau kita berada di situasi kayak begitu, psikolog anak Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog atau Anas, menyarankan kita untuk tanya balik ke si kecil, menurut dia menikah itu apa. Nah, dari situ kita bisa mulai mengira-ngira sampai mana pemahaman anak soal menikah.
Kita perlu ingat, kadang konsep yang ada di pikiran kita sama yang ada di pikiran anak berbeda. Anak mencontohkan, seperti konsep pacaran, anak usia TK bisa mengatakan kalau pacaran itu duduk bareng, membagi makanan bareng. Jadi, bisa aja menikah yang dipahami anak bukan konsep menikah yang sebenarnya.
"Kita gali lagi terus kita bilang sama dia 'Oh kamu tahunya menikah kayak gitu'. Terus, kita kasih pemahaman kalau sebetulnya bukan itu," kata Anas yang praktik di Tiga Generasi waktu ngobrol sama HaiBunda.
Terus gimana kita menjelaskan ke anak? Anas bilang, kita bisa jelaskan ke anak kalau menikah itu suatu janji, kesepakatan seperti anak janji sama temannya. Tapi, janjinya nggak cuma sehari atau akan udahan aja, karena janjinya seumur hidup sampai nanti kakek nenek dan maut memisahkan.
Baca juga: Foto: Mana Meme Sebelum dan Sesudah Nikah yang Paling Pas?Memang ya, Bun, butuh bertahap untuk ngasih pemahaman ke anak. Bertahap dalam hal ini sesuai sama umur anak dan waktu kita untuk menjelaskan. Anas mengibaratkan, nggak bisa nih kita mengkarbit anak supaya cepat memahami konsep
menikah. Kalau anak punya ketertarikan soal pernikahan, Anas bilang di satu sisi itu hal yang baik karena mereka bisa memikirkan masa kehidupan setelahnya.
"Cuma kalau obrolannya sebatas cuma cari suami atau istri yang cantik atau ganteng dan kaya, itu bisa menyempitkan pandangan dia. Apalagi di usia sekolah anak kan lebih belajar sosialiasi sama lingkungan," kata Anas.
Untuk itu, penting banget nih buat kita para orang tua mengembangkan kemampuan anak. Soalnya, kalau anak cuma menekankan aspek keunggulannya dari segi fisik aja, anak nggak bisa mengembangkan kemampuannya yang lain. Misalnya hobi, kemampuan, dan cita-cita.
"Padahal, ketika anak bisa mengembangkan banyak kemampuan, dia kan bisa mengaktualisasi dirinya," ujar Anas.
Si kecil pernah nanya ke Bunda apa itu
menikah? Terus gimana cara Bunda menanggapinya? Bagikan yuk cerita Bunda di kolom komentar.
Baca juga: Usia Ideal untuk Menikah Menurut Psikolog (rdn)