Jakarta -
Riefian Fajarsyah atau akrab disapa
Ifan 'Seventeen' sedang cemas menanti kabar sang istri. Ya, Dylan Sahara yang dinikahi Ifan pada 2016 lalu ikut hilang dalam tsunami yang menerjang Tanjung lesung pada Sabtu malam (22/12).
Sebelumnya, sempat beredar kabar jika Dylan telah ditemukan. Beredar tangkapan layar komentar netizen yang mengabarkan jika ada yang melihat Dylan di sekitaran SMPN 1 Penimbangan. Pemilik akun @fauziahkh_ mengatakan pada Arie K Untung jika istri
Ifan 'Seventeen' itu diduga sedang mendapat perawatan di dekat klinik Alinda.
Meski dikabarkan selamat, namun hingga kini Ifan belum juga bertemu dengan Dylan. Setelah lebih dari 24 jam, mereka berpisah tanpa kabar berita dan kepastian.
"Kabarnya terakhir istri aku selamat, cuma memang lagi proses pencarian," tutur Ifan dilansir
detikcom.
Seraya menanti kabar sang istri, Ifan juga meminta doa agar segera bertemu dengan Dylan. "Minta doanya saja mudah-mudahan istri aku cepat ditemukan posisinya di mana," lanjutnya.
Lewat Instagram, Ifan juga mencurahkan kegundahan isi hatinya. Dia mengungkap tak sabar bertemu dengan sang istri yang ternyata tengah berulang tahun.
"Hari ini kamu ulang tahun, aku mau ucapin langsung, cepat pulang sayang @dylan_sahara,"tulis Ifan dalam
caption.
[Gambas:Instagram]
Sedih ya, Bun, mendengar kabar tersebut. Kita doakan agar Ifan segera menemukan Dylan dalam keadaan selamat ya. Semoga mereka dapat melewati cobaan tersebut dengan hati yang kuat dan lapang dada.
Dalam kehidupan, setiap orang pasti dihadapkan dengan ujian yang berbeda. Salah satunya menghadapi bencana alam seperti dialami para personil Seventeen Sabtu lalu. Akibatnya, tentu akan ada orang yang mengalami trauma pasca bencana.
Mengutip
Psichology Today, American Psychological Association mendefinisikan trauma sebagai respon emosional terhadap peristiwa mengerikan seperti kecelakaan, pemerkosaan atau bencana alam. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang berasal dari bencana alam seperti banjir, letusan gunung berapi atau
tsunami sangat berbahaya. Pasalnya, dapat membuat trauma dalam jumlah besar yang berdampak pada kehidupan di lingkungan tersebut.
Pada awalnya mereka akan merasakan mati rasa atau penyangkalan. Lalu beralih pada shock yang terasa sangat cepat, hingga memberi jalan pada kondisi emosional yang berlebihan. Dalam fase ini akan menyebabkan kecemasan, rasa bersalah, atau depresi yang tinggi.
Berbagi dengan orang lain dapat menjadi solusi untuk menyembuhkan kesedihan yang mereka alami. Selain melepaskan kecemasan, membantu para korban lainnya juga dapat mengurangi rasa tidak berdaya dan
proses penyembuhan.
(rap/rap)