Jakarta -
Bunda pasti pernah
menggelitiki si kecil kan? Apa reaksinya saat itu, Bun? Bisa jadi tertawa ya. Nah, biasanya kita mengira tertawa pas digelitiki tanda anak senang mendapat perlakuan itu. Padahal, belum tentu kayak gitu lho, Bun.
Seorang bunda bernama Jennifer berbagi cerita ketika dia lagi ngobrol sama seorang temannya bernama Elizabeth. Saat itu bayi Jennifer yang berumur 9 bulan, Poppy, tiba-tiba teriak. Kaget, Jennifer bertanya ke Elizabeth apakah Poppy baik-baik saja. Kata sang bunda, Poppy baik-baik saja. Poppy bukan kaget tapi tertawa karena dia memang biasa main gelitik sama kakaknya, Greg.
Tapi, Jennifer berusaha membuka pikiran Elizabeth kalau saat digelitiki lalu bayi tertawa bukan berarti karena dia menyukainya. Mungkin kita juga punya pemikiran sama kayak Elizabeth ya, Bun? Anak digelitiki senang kok, buktinya mereka tertawa. Tapi, Bunda perlu tahu digelitiki bisa memicu reaksi fisiologis yang sama seperti mendengar humor yaitu tawa dan kontraksi otot yang menyentak. Itulah yang bikin orang tertawa digelitiki, seakan senang, padahal bisa aja menderita.
Di artikel New York Times 'Anatomy of a Tickle Is Serious Business at the Research Lab', ahli biologi evolusioner Richard Alexander menjelaskan respons tertawa saat digelitiki bukan fenomena bahagia yang banyak diasumsikan orang. Bahkan anak-anak bisa berubah dari tertawa jadi menangis.
"Gelitikan tidak membuat perasaan yang menyenangkan, itu hanya penampilan luarnya saja," ujar Richard.
Dari sejarah saja Bun, banyak juga budaya yang memanfaatkan menggelitik yang menyebabkan rasa sakit. Misalnya saja selama Dinasti Han di China, menggelitik dipakai untuk menghukum kaum bangsawan sehingga mereka merasa menderita tanpa meninggalkan bekas. Di Roma Kuno, pelanggar akan diikat, kakinya dicelupkan ke garam, dan seekor kambing dibiarkan menjilati tubuhnya. Waduh, jadi seram ya.
Sayang, masih banyak orang berpikir menggelitik nggak memiliki sisi gelap. Padahal, ada juga lho di akun pribadinya beberapa orang menceritakan pengalaman traumatis digelitik saat kecil. Berikut beberapa kutipannya, Bun.
"Saya benci dan takut digelitik saat kecil dan masih merasakannya. Ini mengingatkan saya pada napas yang terengah-engah seperti tercekik dan tidak bisa berkomunikasi."
"Ibu saya selalu menggelitiki saya bahkan jika saya bilang berhenti. Itu sangat membuat frustrasi karena saya ingin menunjukkan kepadanya bahwa saya seharusnya sedang bersenang-senang bersamanya, tapi saya merasa tidak berdaya dan terkendali."
"Saya senang digelitik, tapi beberapa orang akan mengabaikan permintaan saya untuk berhenti."
"Meskipun saya berteriak 'Stop!' Ayah saya tidak pernah mengerti maksud saya. Jadi, akhirnya ketika saya berusia 13 tahun, saat melawan, saya mematahkan jarinya! Saat itulah gelitikannya berakhir untuk selamanya."
Soal menggelitiki, Patty Wipflr, Founder Hand in Hand Parenting bilang dirinya pernah mendengar keluhan beberapa orang dewasa cemas saat ada orang lain di dekatnya. Bahkan, nggak bisa tidur nyenyak di samping pasangannya. Apa sebabnya?
"Mereka ingat saat digelitik sewaktu masih anak-anak dan tidak bisa menghentikan perlakuan itu. Ini menunjukkan rasa geli yang berulang kali bisa berubah jadi pengalaman yang menyakitkan," kata Patty.
Mungkin boleh-boleh saja menggelitik anak. Tapi, ketika mereka merasa nggak nyaman dan minta berhenti, jangan diabaikan ya. Kita nggak ingin kan mengubah suasana yang menyenangkan buat anak jadi membuat mereka menderita? Apalagi, dengan mengikuti permintaan anak, kita berarti sudah menghargai hak anak atas tubuhnya.
Modus Menggelitik dan Predator SeksualPsikoterapis Tracy Lamperti bilang menggelitik bisa aja dimanfaatkan oknum nggak bertanggungjawab untuk melakukan pelecehan seksual pada anak. Ya, dengan menggelitik, bakal tercipta suasana yang akrab. Ketika itu tercipta, anak bisa merasa hubungannya dekat dengan orang yang bersangkutan.
"Menggelitik bisa memudahkan mereka melakukan pelecehan seksual terhadap anak yang kemungkinan besar nggak akan diketahui. Modusnya, mereka menggelitiki anak sambil main-main padahal selama itu pula pelecehan dilakukan," kata Tracy.
Nah, Jennifer sendiri punya aturan nih ketika menggelitiki si kecil. Kalau anak belum bisa ngomong, lebih baik nggak usah menggelitikinya, Bun. Terus kalau mau main
gelitik, tanya dulu anak mau apa nggak ya. Terakhir, buat kesepakatan apa sinyal tanda anak minta gelitikan untuknya dihentikan. Kalau anak udah mengeluarkan tanda itu, kita juga harus langsung berhenti. Baiknya, gelitiki anak di area yang bukan area pribadinya ya. Jadi, gelitiki saja tubuh anak di bagian tangan atau kaki misalnya.
Kenapa Digelitiki Bisa Bikin Tertawa?Praktisi yoga tertawa, Emmy Liana Dewi mengatakan ketika kita digelitiki seseorang akan terjadi 'sentuhan'. Nah, sentuhan itu bisa menyenangkan dan tidak menyenangkan. Ketika sentuhan itu menyenangkan dan yang menyentuh atau menggelitiki sambil tertawa dan membuat rasa gembira, otomatis kita akan tertawa untuk mengekspresikan kegembiraan itu.
"Berbeda kalau sentuhan itu tidak menyenangkan. Respons refleks seseorang yang digelitiki merasa kaget, tegang, dan sering menahan napas secara tidak sadar. Nah, perasaan tegang, kaget, dan menahan napas tersebut bisa dilepaskan dengan tertawa keras," kata Emmy dalam wawancara dengan detikHealth.
Mengutip artikel 'How Laughter Works' yang ditulis Marshall Brain, Emmy menambahkan agar menggelitiki bikin tawa, otak membutuhkan ketegangan dan kejutan atau surprise. Dan ini nggak mungkin terjadi kalau kita menggelitiki diri sendiri. Itulah sebabnya ketika digelitiki orang lain, seseorang bisa tertawa terbahak-bahak. Tetapi ketika
digelitik diri sendiri, kita nggak bisa tertawa.
(rdn)