Jakarta -
Kehilangan seseorang, apalagi anak, rasanya nggak bisa diungkapkan. Sedih, merasa bersalah, semua bercampur aduk. Sama halnya dengan sahabat HaiBunda, yang ingin disebut NA. Ia merupakan
ibu dari tiga anak. Ia kehilangan anaknya dua kali. Kedua anaknya meninggal saat masih bayi.
"Yang pertama, Syabil, ia bertahan empat hari karena nggak dapat NICU. Syabil didiagnosa kena asfiksia tapi karena ia cuma empat hari bertahan jadi nggak terlalu diobservasi apa penyebabnya," papar NA kepada HaiBunda.
Putra keduanya, Syafiq, bertahan lebih lama dibanding kakaknya. Selama 24 hari bayi mungil itu bertahan di NICU. Kata NA, Syafiq mengalami komplikasi di pernapasan juga. Anaknya sempat melakukan tes TORCH dan positif terkena Rubella. Jadi, saat itu dokter menyimpulkan kalau Syafiq meninggal karena Rubella.
"Beberapa bulan kemudian, konsultasi ke dokter SpOG. Saya ceritakan kronologinya, lalu saya diberi instruksi untuk melakukan tes darah. Tes darahnya bermacam-macam, dari hasil tes darahnya dokter menyimpulkan saya kena SLE atau lupus," tutur NA.
NA juga bilang kalau ia aman dari Rubella. Lalu oleh dokter ia dirujuk ke hematolog. Satu hematolog bilang kalau ia positif kena lupus. Namun dua hematolog lainnya menyatakan ia negatif lupus dan ada pengentalan darah saja.
"Saya pergi ke tiga dokter biar nggak penasaran dan sekaligus cari second opinion. Sampai sekarang, saya juga masih bingung apakah saya benar positif lupus atau nggak. Soalnya nggak ada gejalanya," ungkap NA.
Akhirnya, ia konsultasi lagi ke dokter SpOG. Dokter pun tetap bilang kalau dirinya terkena lupus. Dengan ikhlas, NA mengikuti prosedur pengobatannya. Ia hanya ingin anak ketiganya nanti sehat dan panjang umur. Ia juga sempat diperingatkan untuk menyiapkan dana guna suntik dua kali sekitar Rp 400 ribu per hari, kalau dirinya kelak
hamil.
"Alhamdulillah waktu hamil lagi, saya lakukan tes darah lagi dan saya nggak perlu disuntik. Saya pakai obat pengencer darah saja dari awal sampai akhir kehamilan. Sebelum saya hamil juga sempat terapi sedot darah dengan lintah selama tiga bulan," papar NA.
Akhirnya di kehamilan minggu ke-38, NA
melahirkan dengan proses caesar meskipun dua anak sebelumnya dilahirkan dengan normal. Hal ini karena dokter takut janinnya akan memburuk jika dilahirkan di atas usia kehamilan 38 minggu.
"Benar aja, pas lahiran dokternya bilang plasentanya udah mulai jelek. Kalau nunggu normal kemungkinan ada risiko janin memburuk," kata NA.
Hingga kini, anak ketiganya yang diberi nama Syauqi kondisinya sehat. Nggak ada gejala penyakit apa pun yang timbul, walau anaknya sempat difototerapi selama dua hari.
"Waktu lahir nangisnya kencang banget dan nyusunya kuat. Saya yakin kalau Syauqi adalah anak yang sehat. Karena kedua kakaknya nangisnya merintih dan nggak bisa menyusu," ujar NA.
Hingga kini
ibu yang satu ini hidup dalam keadaan normal dan tidak menunjukkan gejala lupus sekalipun. Ia bilang, dirinya hanya tetap waspada dan terus berpikir positif, sambil berdoa agar dijauhkan dari penyakit tersebut.
Semangat terus menjalani hidup, Bunda!
(aci)