Jakarta -
Merawat bayi bagi seorang ibu baru terkadang sulit, apalagi seorang
ayah baru yang memiliki anak kembar tiga. Terlebih kalau istri sudah tiada ya, Bun. Nah, inilah yang dialami seorang ayah bernama Martin Magaoa (34), asal Selandia Baru.
Istrinya, Chervonne Magaoa, meninggal pada bulan Agustus lalu setelah mengalami komplikasi serius pasca persalinan di Hawaii. Chervonne meninggal setelah mengalami emboli cairan ketuban, komplikasi kehamilan langka yang terjadi saat cairan amnion yang mengandung sel janin, rambut, urine atau cairan lainnya dari bayi masuk ke aliran darah ibu.
Martin mengaku setelah kehilangan istrinya, 50 relawan telah mendaftar untuk membantu merawat anak kembar tiganya, Aayden, Blaise dan Carson, lewat sebuah komunitas. Ia juga menceritakan bahwa setiap hari sekelompok orang datang ke rumahnya secara bergantian sejak pukul 06.00 sampai jam 10 malam.
"Setiap hari hanya makan seperti biasa, ganti popok. Tidak berbeda dengan bayi lainnya. Satu-satunya perbedaan adalah bayinya ada tiga jadi jadi lebih kerja keras lagi," kata Martin dikutip dari The Herald New Zealand.
Mertuanya, Uskup Hyran Smith mengatakan bahwa kelompok relawan kebanyakan berasal dari anggota gereja setempat, masyarakat Maori setempat serta keluarga dan teman-temannya. Semua orang membantu merawat bayi dan mencatat waktu makan, berat bayi dan rincian lainnya tentang kesehatan si kembar tiga.
 Foto: Istimewa |
"Mereka semua adalah nenek-nenek dan ibu-ibu, kami meminta mereka untuk memandikan, memberi makan bayi, mengganti popok dan menidurkannya," kata Hyran dikutip dari Daily Mail.
Ayah Martin juga membawa si sulung, Tanner, ke makam ibunya untuk ngasih tahu kalau sang bunda telah tiada. Di awal kematian istrinya, dukungan juga datang untuk Martin salah satunya lewat penggalangan dana lewat situs Go Fund Me.
Sejauh ini, sudah terkumpul lebih dari USD 73.000 atau sekitar Rp 974 juta. Martin sampai nggak bisa mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan yang telah diterimanya. Terlepas dari kehilangan keluarga, ayah berusia 34 tahun itu berbagi cerita tentang bayinya yang terus berkembang.
"Bayi-bayi itu sehat dan mereka tumbuh. Mereka senang, jadi kami bahagia. Kami tidak bisa mengeluh," tutur Martin.
Martin bertemu dan menikahi istrinya pada tahun 2007. Setelah punya seorang anak, lahirlah si
kembar tiga melalui prosedur bayi tabung. Sampai saat ini, kata Martin, si kecil Tanner masih sulit memahami kalau sang bunda telah pergi selamanya soalnya dia masih sering mencari-cari ibunya. Ya ampun, sedih banget ya...
(rdn)