Jakarta -
Suatu kali saya melihat pesan yang menyebar di Facebook tentang seorang anak yang duduk di TK B mengeluh gatal di punggung, padahal tidak tampak bentol atau bercak merah di kulitnya. Nah, setelah lima hari, muncul bentol-bentol di kaki dan tangan anak perempuan itu. Bentol-bentol itu kemudian berubah menjadi seperti ruam.
Nggak lama, si kecil mengeluh sakit di sendi, dan harus tertatih-tatih saat berjalan. Setelah menjalani sejumlah pemeriksaan, ternyata anak tersebut mengalami Henoch-Schonlein Purpura (HSP), merupakan peradangan di pembuluh darah. Nah, ditengarai Henoch-Schonlein Purpura itu muncul lantaran gigi si kecil yang rusak.
Hmm, benarkah gigi yang rusak bisa menjadi penyebab Henoch-Schonlein Purpura? Penasaran, saya pun bertanya ke drg Dhanni Gustiana, SpBMM. Apa kata Pak Dokter? Yuk, kita simak bersama ya, Bun.
"Kerusakan gigi ditengarai bisa memicu banyak penyakit, salah satunya HSP. Beberapa kelainan kulit dan penyakit autoimun yang manifestasinya mirip HSP dilaporkan memiliki korelasi dengan infeksi yang berasal dari gigi dan rongga mulut," jelas drg Dhanni.
Nggak cuma HSP lho, Bun, berbagai jurnal juga telah menulis penyakit Buerger (sumbatan pada pembuluh darah kaki dan tangan), Palmoplantar pustulosis (kelainan kulit pada permukaan tangan dan kaki), dan dermatitis purpura pigmentasi (kelainan pada kulit yang
disertai dengan pigmentasi) disebabkan oleh infeksi dari rongga mulut.
Lalu gimana kita tahu Dok kalau penyakit-penyakit itu karena masalah kerusakan gigi? "Untuk menentukan apakah penyebab penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh mikroba dari rongga mulut, maka dilakukan tes kultur, yaitu tes untuk mengembangbiakan bakteri yang diambil dari lokasi penyakit, dari gigi lubang atau dari darah," terang drg Dhanni.
Nah, setelah bakteri berkembang biak maka diperiksa jenis bakterinya, selanjutnya dicocokan dari kebiasaan hidup bakteri tersebut.
drg Dhanni menuturkan penyakit HSP salah satunya dipicu oleh bakteri streptokokus grup A, jenis bakteri yang biasanya berada dimulut dan tenggorokan. Sebenarnya bakteri streptokokus grup A dan bakteri lain adalah flora normal rongga mulut. Tapi, Bun, bakteri-bakteri ini segera menjadi parasit apabila jumlahnya terlalu banyak yang disebabkan oleh banyaknya sisa makanan pada gigi berlubang.
"Bakteri flora normal juga bisa menjadi parasit bila migrasi ke tempat yang bukan seharusnya, contohnya dari gigi ke aliran darah," sambung drg Dhanni.
Pada kasus HSP yang diakibatkan oleh bakteri gigi, terjadi bakteremia yaitu adanya bakteri gigi dalam aliran darah. Hal ini dapat terjadi karena jenis infeksi gigi yang dalam. Biasanya infeksi terjadi di sekitar akar gigi. Nah, penilaian mengenai kemungkinan jenis infeksi ini bisa dilihat melalui rontgen.
"Selanjutnya perjalanan bakteri dalam darah, akan dihadang oleh sistemn pertahanan tubuh kita kita yaitu immunoglobulin A, sehingga pada penegakan diagnosis HSP akan ditemukan imunoglobulin A. Di sini pemeriksaan gigi sangat penting, karena gigi berfungsi sebagai penapis, dari mana suatu penyakit berasal," papar drg Dhanni.
Ketika ada suatu infeksi bakteri atau virus, maka akan dicari jalan masuk (port de entree) bakteri atau virus tersebut. Kata drg Dhanni, ada jurnal nih yang melaporkan kasus HSP di Jepang, di mana HSP mengalami kekambuhan yang terjadi akibat port de entree pada gigi yang tidak dihilangkan. Waduh!
"Jadi rongga mulut bisa menjadi penapis, apakah suatu penyakit disebabkan oleh kerusakan di rongga mulut atau sebaliknya penyakit yang tidak berasal dari rongga mulut tapi bermanifestasi di rongga mulut," tutur drg Dhanni.
Hmm, langsung pengen ngecek nih gigi susu si kecil banyak yang rusak atau nggak ya. Duh, amit-amit ya, Bun, kerusakan gigi bisa merembet ke penyakit lainnya.
(Nurvita Indarini)