Jakarta -
Pernah nggak, Bun, berjauhan dengan anak dan di saat yang sama dapat kabar si kecil sedang
sakit? Hiks, sedih banget pasti ya. Rasanya ingin segera berlari ke samping si kecil yang pastinya rewel dan nggak nyaman saat sakit.
Seperti dialami sahabat HaiBunda, Nita, dirinya galau luar biasa saat putri semata wayangnya yang berusia 7 tahun demam, sementara dirinya harus dinas ke Jerman selama 10 hari. Rasanya ingin banget untuk batal berangkat.
"Saat itu rasanya kepingin membatalkan keberangkatan tapi rasanya nggak mungkin karena itu bukan liburan, tapi pekerjaan yang melibatkan pihak ketiga," tutur Nita saat ngobrol dengan HaiBunda.
Ternyata si kecil
sakit gondongan, Bun. Dokter bilang sejauh ini kondisi anak Nita cukup baik, sehingga bisa mendapat perawatan di rumah. Akhirnya berbekal penjelasan dokter tersebut, Nita pun memantapkan diri terbang ke Jerman.
"Yang bikin aku makin panik karena ayahnya Shira (nama anak Nita) juga lagi di luar negeri dan baru pulang sehari setelah aku berangkat ke Jerman. Jadinya shira harus di Jakarta hanya dengan nanny-nya," kenang Nita.
Kata Nita, hampir 20 jam di pesawat dirinya cuma bisa nangis. Iya sih, penyakit Shira bukan sesuatu yang mengkhawatirkan, tapi tetap saja ya, Bun, namanya ibu-ibu pasti kepikiran saat anak sakit. Nita mencoba tidur tapi nggak bisa juga memejamkan mata.
"Begitu sampai Jerman langsung cari wifi dan video call," lanjut Nita.
Menurut penjelasan mbak pengasuh, Shira sudah turun demamnya. Nita lega banget mendengar kabar tersebut. Tapi dua jam kemudian, dia dikabari Shira panas lagi. Akhirnya Nita meminta pengasuhnya membawa Shira ke rumah sakit.
Saat Shira dirawat di rumah sakit, Nita terus melakukan video call. Sehingga saat Shira diperiksa dokter pun dirinya bisa ikut menyimak penjelasan dokter. Dia pun bisa melihat Shira yang tampak lemas dan menahan rasa nggak nyaman.
"Aku jadi nangis sendiri. Terus lewat video call itu dokter bilang, 'Ibu, ini gondongan, nggak berbahaya kok, tapi ini perlu antivirus karena ini memang virus' . Terus aku bilang, 'Lagi nggak ada orang tuanya dok, gimana kalo Shira tinggal di rumah sakit aja?', " papar Nita.
Dokter akhirnya setuju untuk observasi Shira 1x24 jam di rumah sakit. Saat dirawat, Shira hanya dapat antivirus dan vitamin. Setidaknya bagi Nita, dalam kondisi tidak ada orang tua yang mendampingi Shira, rumah sakit adalah tempat paling tepercaya saat anak sakit.
 Berat Itu Jika Kita Berjauhan Saat Kamu Sakit, Nak/ Foto: Thinkstock |
"Aku cuma telpon ayahnya Shira pulang jam berapa, pulang jam berapa. Akhirnya malam harinya ayahnya baru sampai jakarta. Agak tenang," tambah Nita.
Meski begitu selama di Jerman, Nita merasa bersalah karena nggak bisa meng-cancel kepergiannya. Dirinya juga merasa bersalah karena seolah lebih mementingkan pekerjaan.
"Tapi memang dilema karena itu pekerjaan kan berhubungan dengan pihak ketiga juga dan agak susah untuk diganti nama, jadi ya cuma bisa nangis aja," sambung Nita.
Apalagi saat mau berangkat ke Jerman, tambah Nita, Shira kelihatan sedih banget. Bahkan saat mau tidur juga maunya nempel ibunya terus. Rasanya saat itu pelukan Shira menjelang keberangkatan Nita ke Jerman jauh lebih berat ketimbang biasanya. Hiks.
Akhirnya 10 hari berlalu, Nita pulang ke Jakarta. Yeay! Saat itu Shira sudah membaik, bahkan sudah diperbolehkan sekolah lagi.
"Saat aku udah di rumah dia minta aku anterin berenang dan makan sushi ha-ha-ha," cerita Nita
Hmm, saat anak sakit memang bikin galau ya, Bun. Apalagi buat ibu bekerja. Saya termasuk yang sering galau saat anak sakit. Hanya demam karena batuk pilek saja sering bikin emosi saya ikut diaduk-aduk.
Apalagi anak saya juga tipe yang lekat banget sama ibunya. Jadi ya gitu deh kalau sedang sakit maunya dekat-dekat bundanya terus dan nangis keras saat ibunya pamit mau kerja. Hiks, bunda kan jadi kepikiran melulu, Nak.
Semoga kita sekeluarga sehat semua ya, Bun, biar nggak ada galau-galau seperti ini. Bunda pernah mengalaminya juga? Boleh lho, Bun, share pengalaman di kolom komentar.
(Nurvita Indarini/rdn)