Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Tega! Foto Anak Difabel Disalahgunakan buat Kampanye Aborsi Ilegal

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Sabtu, 07 Apr 2018 09:08 WIB

Sedihnya bunda ini, foto anaknya disalahgunakan.
Tega! Foto Anak Difabel Disalahgunakan buat Kampanye Aborsi Ilegal/ Foto: Corrie Owens Photography via CNN
North Carolina, AS - Ada orang lain pakai foto anak kita tanpa izin aja kita bisa marah dan was-was. Ya kan, Bun? Apalagi kalau foto anak dijadikan poster komersial atau kampanye yang ilegal.

Hal ini dialami oleh seorang ibu asal North Carolina, AS, Natalie Weaver. Putrinya yang berkebutuhan khusus atau difabel, Sophia (9), menjadi korban penyalahgunaan. Jadi, foto Sophia dipakai oleh orang nggak bertanggungjawab, Bun. Orang tersebut membuat poster untuk kampanye mendukung aborsi. Orang asing tersebut menganggap anak yang nggak bersalah ini harusnya mati. Orang tersebut memposting gambar Sophia yang mengalami sindrom Rett di Twitter.

Hal ini berawal ketika Natalie membuat media sosial dan menjadi aktivis ibu dari anak yang berkebutuhan khusus. Jauh sebelum itu, Natalie adalah ibu rumah tangga yang merawat tiga anak. Dia menjadi tertutup sejak banyak kejadian buruk tiap kali mengajak Sophia keluar rumah dan pergi ke tempat umum.

"Itu adalah rasa sakit yang saya perjuangkan. Saat itu saya baru tahu kalau daerah tempat saya tinggal mengubah cakupan dan mengurangi pelayanan untuk anak difabel. Jadi saya memperjuangkan kembali untuk mendapatkan perawatan kesehatan di tingkat lokal dan federal. Saya merasa tak punya pilihan selain berbicara karena perawatan kesehatan dan kehidupan putri saya sedang terancam," kata Natalie dikutip dari Cafe Mom.

Natalie menyampaikan suaranya melalui konferensi pers, wawancara, dan media sosial. Namun, nggak semua orang menaruh perhatian pada pesannya bahwa perubahan layanan kesehatan dapat berdampak serius pada orang-orang dengan penyakit kronis atau cacat. Dan usai Natalie menyampaikan suaranya, seperti biasa, ada saja orang-orang yang nggak menyukai bahkan membencinya.



"Saya tidak terkejut ketika orang mulai menyerang saya secara online berdasarkan penampilan saya. Saya merasa kuat menentangnya dan itu tidak mengganggu saya, tetapi lama kelamaan mereka menghancurkan saya dan saya menangis. Saya mencoba kuat dan bertahan, tetapi komentar itu perlahan-lahan terbangun di pikiran," ujar Natalie.

Sampai pada puncaknya di bulan November, foto Sophia digunakan dalam tweet yang menyeramkan untuk kampanye 'aborsi paksa'. Kampanye ini menyerukan orang tua untuk menggugurkan janin dengan kelainan yang ditemukan selama kehamilan. Di kampanye itu disebutkan para orang tua nggak harus bertanggung jawab untuk semua tagihan biaya perawatan yang masih harus dibayar setelah itu. Ih, jahat banget ya, Bun. Hiks.

"Iklan itu menggunakan gambar anak saya untuk mempromosikan aborsi. Dia menyatakan Sophia cacat dan tidak layak hidup. Saya butuh waktu berbulan-bulan untuk menghadapinya, bisa dibilang hal itu adalah 'puncak' semua kebencian yang saya terima," kata Natalie dikutip dari CNN.

Ujaran kebencian di TwitterUjaran kebencian di Twitter/ Foto: Twitter


Sedihnya lagi, dari pihak Twitter mengiriminya pesan yang mengatakan tweet itu nggak melanggar kebijakannya. Natalie dan dan followers-nya terus menekan Twitter dan akhirnya diberi jawaban yang berbeda setelah seminggu. Dari pihak Twitter bilang, mereka membuat kesalahan. Twitter sebenarnya sudah memiliki kebijakan untuk melindungi orang-orang cacat dari ujaran kebencian.

"Saya tidak menyerah ketika harus berjuang untuk anak saya. Saya akan berjuang untuk kualitas hidup Sophia sejak dia lahir dan dia layak mendapatkan rasa hormat dan cinta," ujar Natalie.

Tentang apa yang dialami Sophia, ia lahir dengan cacat dan didiagnosis dengan sindrom Rett di usia 1 tahun. Natalie pertama kali mengetahui bahwa putrinya akan lahir dengan cacat tangan, kaki, dan wajahnya ketika melakukan cek USG di usia kehamilan 34 minggu. Awalnya dari pihak medis bilang bahwa kondisinya dikhawatirkan nggak tertolong. Namun, nyatanya Sophia bisa lahir dengan selamat. Sejak itu, Sophia telah menjalani 22 operasi untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan mengurangi rasa sakit.

Sindrom Rett yang dialami Sophia sangat memengaruhi perkembangan otaknya. Ini menyebabkan Sophia kehilangan kemampuan berjalan, berbicara dan melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri. Kemampuan geraknya pun mulai menghilang pada usia 2 tahun. Ia mengalami kejang, masalah pernapasan, tremor, dan memiliki risiko kematian mendadak. Terlepas dari itu semua, Sophia adalah sosok yang menjadi pelipur lara di keluarganya.

"Tak ada orang lain di dunia seperti Sophia," kata Natalie.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda