Jakarta -
Dulu, saat merencanakan untuk menikah dengan suami, sudah merencanakan yang lain, Bun? Rencana punya anak berapa, rencana tinggal di mana, dan rencana lainnya? Sayangnya, sebagian besar masyarakat di Indonesia saat merencanakan untuk menikah justru disibukkan dengan perayaan pernikahannya.
Hal ini diutarakan oleh Direktur Bina Kesertaan
Keluarga Berencana (KB) Jalur Swasta BKKBN, drg Widwiono MKes.
"Indonesia memiliki penduduk paling banyak di dunia nomor 4, namun kualitas (pendidikan) lebih rendah. Indonesia rata-rata menghabiskan 7,6 tahun pendidikannya. Padahal negara lain yang sudah maju ada yang menghabiskan 18 tahun di pendidikan," tutur Widwiono di acara Peluncuran Moth3rs.com oleh Andalan di Restoran Kembang Goela, Jakarta Selatan, Senin (23/4/2018).
Widwiono bilang, jika sebuah keluarga mengikuti program KB bisa mencegah lebih dari 100 juta kelahiran tiap tahunnya. Kenapa harus ditekan angka kelahirannya? Hal ini karena angka kematian ibu masih tinggi, Bun, di Indonesia. Di tahun 2017 sebanyak 4.294 ibu meninggal dunia usai melahirkan.
"
Keluarga yang diharapkan itu cukup memiliki dua anak. Dan usahakan jangan ada dua balita dalam satu keluarga. Kalaupun nanti mau tambah anak, kakaknya kalau bisa beda 3 sampai 4 tahun. Kalau cuma beda satu tahun dikhawatirkan ada cemburu dengan adiknya (sibling rivalry)," ujar Widwiono.
Di kesempatan yang sama psikolog Febria Indra Hastati MPsi Psikolog dari Brawijaya Clinic menambahkan hal-hal yang harus diketahui dalam merencanakan anak adalah persiapan fisik, ekonomi dan jarak kehamilan.
"Ketika memasuki usia produktif yakni dewasa muda. Para wanita dan laki-laki pasti berkeinginan untuk bekerja, menikah, punya anak dan kebanyakan berpikiran kalau mereka harus punya anak banyak. Kadang ada juga stereotip, pokoknya sampai punya anak perempuan atau laki-laki, sementara sudah dikaruniai anak sampai lebih dari dua," kata Febria.
Padahal secara nggak sadar, seorang wanita juga menjalankan tugas sebagai ibu. Penting bagi wanita merencanakan keluarganya, hal ini karena jika ia sudah memiliki satu anak lalu tak lama jaraknya sudah hamil lagi, maka akan ada kemungkinan wanita itu mengalami stres.
"Kalau jaraknya dekat akan beberapa risiko yang harus dihadapi, bisa ada sibling rivalry antar saudara, perlu ada pengasuh, jadi dia nggak bisa napas dulu untuk quality time dengan keluarga, dengan anak pertamanya. Kalau keluarganya atau orang terdekatnya seperti suami nggak solutif, bisa stres," ujar Febria.
Lalu, bagaimana jika sebuah
keluarga sudah terencana dengan baik? Kata Febria, secara langsung dampaknya sangat positif untuk anak. Ya, anak pertama bisa mendapatkan kasih sayang penuh dari kedua orang tua, anak bisa lebih bersemangat ke sekolah, dan berprestasi. Lalu, kalau dengan suami, si bunda bisa makin mesra karena semuanya sudah terencana, secara finansial juga bisa tercukupi.
(rdn)