Jakarta -
Kalau mendengar
anak yang sejak kecil tinggal di luar negeri seperti Amerika Serikat, umumnya orang bisa berpikir keseharian mereka bakal kebarat-baratan nih. Kemudian, tradisi di Indonesia terkait bulan Ramadan bisa jadi mereka nggak tahu. Tapi, buat empat anak ini, hal tersebut nggak berlaku.
Adalah Aditya Harimurti, Aisya Anjani, dan Artha Pradipta yang kini berusia 12 tahun serta si bungsu Adinda Rania (10) yang merupakan anak dari pasangan Eva Mazrieva dan M Haryo Dewanto. Sejak kecil, si kembar tiga dan adik bungsunya itu tinggal di AS. Tapi sebagai Muslim, Eva dan suami tetap menanamkan nilai-nilai Islam dalam keseharian anak-anaknya termasuk mengaji, salat berjamaah, puasa, dan bersedekah.
Sejak tiga tahun lalu, keempat anak Eva sudah biasa puasa sehari full. Nah, di tahun 2015 Eva pernah mudik ke Indonesia, tepatnya di Jakarta. Saat itu, ada pengalaman yang nggak terlupakan bagi si kembar tiga dan adiknya, juga sang bunda pastinya. Kata Eva pengalaman ini lucu sekaligus mengharukan sebenarnya, Bun.
Di Amerika, Eva bilang anak-anaknya memang belajar mengaji seminggu sekali dan salat berjamaah setiap waktu salat. Tapi selama ini mereka cuma dengar suara azan dari laptop yang dipasangi alarm azan pada jam-jam salat. Jadi saat mereka di Jakarta dan dengar suara azan dari masjid sebelah rumah, Aditya, Artha, Aisya, dan Adinda kaget terus buru-buru keluar rumah dan mendengarkan dari pagar masjid. Aditya dan Artha bilang ke Pak RT dengan Bahasa Indonesia patah-patah bahwa mereka juga bisa azan.
 Foto: dok.pribadi |
"Pak RT cukup akomodatif. Ia mengizinkan
anak yang laki-laki, Aditya dan Artha azan ketika zuhur dan ashar. Dan yang lucu, ketika yang laki-laki azan, kedua saudaranya yang perempuan lari ke ujung gang untuk mendengar suara saudara mereka. Lalu mereka berlari lagi ke masjid menunggu azan selesai, baru bersorak gembira, 'we can hear your azan from the other street, it's so cool!'" kata Eva waktu ngobrol sama HaiBunda.
Melihat antusiasnya anak-anak Eva, Pak RT mengizinkan Aditya atau Artha jadi imam salat zuhur atau ashar. Kata Eva, ini benar-benar membuat dirinya haru luar biasa karena dulu kebetulan mendiang ayah Eva, Machmud Dahlan, yang biasanya jadi imam dan khatib di masjid itu.
"Sayang ia tidak sempat menyaksikan cucu-cucunya menggantikannya," ujar Eva yang berprofesi sebagai wartawan Voice of America (VOA) ini.
Beberapa hari sebelum Idul Fitri, Eva sempat membelikan anak-anaknya beduk kecil dan ditaruh di halaman depan. Setelah maghrib, keempat kakak-adik ini gantian memukul beduk sampai malam hari dan nggak ada capeknya, Bun. Nah, di malam takbiran Aditya, Artha, Aisya, dan Adinda diminta datang ke masjid untuk bergantian takbir bersama anak-anak lain. Saat itu, kata Eva, suasananya seru banget karena keempat anaknya bisa takbir dalam Bahasa Arab.
 Foto: dok.pribadi |
Ya, meskipun ketika berkomunikasi dengan teman-teman barunya mereka pakai Bahasa Inggris dan sedikit Indonesia. Eva menambahkan, ada beberapa orang di daerah tempat tinggalnya yang sempat berpikir bahwa anak-anak Eva pasti kebarat-baratan dan lupa bahkan nggak tahu tradisi di Indonesia. Hmm, gimana Eva menanggapi hal ini?
"Saya nggak terlalu memusingkan hal itu karena saya menilai sejak tinggal di Amerika malah kami jadi lebih menomorsatukan keluarga dan nilai-nilai tradisi. Bisa jadi karena kami begitu takut anak-anak larut dengan budaya Barat ya. Jadi kami memasukkan mereka ke kelas belajar mengaji, mendisiplinkan salat lima waktu dan mengawasi dengan ketat penggunaan komputer atau media sosial," papar Eva.
Eva bilang, sampai sekarang memang anak-anaknya nggak punya HP dan cuma pakai komputer untuk main video games saat weekend, itu pun hanya 3 sampai 4 jam sehari. Selama ini, Aditya, Artha, Aisya, dan Adinda terbiasa ke perpustakaan umum di kabupaten tiap hari Kamis atau Jumat. Nggak cuma itu, keempat anak Eva juga terbiasa bicara terbuka dan apa adanya ke orang tuanya.
"
Anak-anak juga menjadwalkan kegiatan untuk sebulan ke depan dan memberitahu kami jika ada perubahan sehingga mudah mengantisipasi jika harus minta izin dari kantor. Jadi saya pikir tidak benar jika dikatakan tinggal di Amerika menjadikan mereka kebarat-baratan dan melupakan nilai-nilai tradisi," kata Eva.
 Foto: dok.pribadi |
(rdn)