Florida, AS -
Bagaimana rasanya menjadi seorang
ibu dari tiga anak yang semuanya laki-laki? Pasti ada suka dukanya ya, Bun. Selain itu ada kebanggan tersendiri seperti dirasakan seorang bunda bernama Lindsay Chamberlin ini.
Di mata Lindsay, anak laki-lakinya adalah anak yang 'liar', lucu, dan hebat. Dia pun nggak terlalu memikirkan kapan bisa memiliki anak perempuan. Sampai suatu hari ada seorang remaja yang melihat Lindsay beserta tiga anaknya dan bertanya,"Apakah kamu tidak sedih karena tidak punya anak perempuan?".
"Benar-benar pemecah suasana, saya tak pernah bertemu dengan orang seperti itu. Namun, pada kenyataannya, saya berpikir kembali betapa hebatnya diri saya mengendarai mobil yang penuh upil dan mainan Hot Wheels," ujar Lindsay dikutip dari College park Community Paper.
Kata Lindsay, begitulah kehidupan 'boymoms'. Bukannya ia bermaksud untuk menggeneralisasi, tetapi Lindsay 90 persen yakin sebagian besar ibu dari anak laki-laki pernah ditanya apakah mereka akan mencoba punya anak perempuan. Lindsay berpikir para 'komentator' ini beranggapan hamil anak laki-laki lagi adalah kesalahan.
"Kami berani berjalan melewati bagian pakaian anak perempuan di Target, kami memeriksa Pinterest untuk ide-ide kepang dan bertanya-tanya siapa yang dapat kami jadikan objek praktik. Dan begitulah hashtag boymoms itu lahir. Kami berbagi cerita lewat caption Instagram dan berjuang untuk saling mendukung. Beginilah cara kami berkomunikasi, bagaimana kami bersyukur dan merayakannya," tutur Lindsay dikutip dari Love What Matters.
Lindsay sendiri adalah seorang
ibu muda dan masih menjadi mahasiswi. Ia berusaha tampil feminim untuk diri sendiri. Lindsay juga membagikan sedikit cerita tentang aktivitasnya di rumah. Misalnya, dia menyortir cucian menjadi tiga tumpukan, baju putih, warna dan pakaian yang terkena ompol.
"Ibu-ibu itu bertanya-tanya apakah saya satu-satunya yang harus mengingatkan anak-anak untuk menyikat gigi, memakai celana dan menyeka pantat mereka setiap hari. Menjadi boymom membuat saya bangga menjadi ibu. Saya selalu menganggap diri saya sebagai orang paling beruntung," kata Lindsay.
Soal tantangan mendidik anak laki-laki, menurut psikolog Febria Indra Hastati MPsi Psikolog dari Brawijaya Clinic Jakarta, nantinya anak laki-laki akan menjadi kepala keluarga, akan menjadi pemimpin di masyarakat, meskipun perempuan juga bisa tapi biasanya anak laki-lakilah yang akan jadi kepala keluarga. Sehingga, nomor satu jika kita ingin mendidik anak laki-laki, kita ajarkan dia untuk bertanggung jawab, untuk bisa bersikap jujur.
"Nah bagaimana caranya? Tentunya kita sebagai orang tua harus meneladaninya. Kemudian, yang kedua , kita harus memberikan contoh sosok yang maskulin. Hal ini karena itulah letak pengasuhan seorang pria,kalau pria itu bisa menjalankan peran sebagai ayah secara proporsional maka anak itu akan punya role model yang maskulin," kata Febria kepada HaiBunda.
Tapi, menurut Febria, misalnya orang tua nggak bertanggungjawab, pergi atau melakukan kekerasan kepada anak, maka anak ini nantinya tidak akan melakukan sebuah afiliasi peran atau memberi contoh peran sebagai ayah, akhirnya dia akan menjadi kurang maskulin misalnya.
"Atau misalnya apa yang dinasihatkan nggak sesuai dengan yang dilakukan oleh orang tua. Sehingga anak bisa saja menilai 'ini kok ada kesan munafik ya? Mengapa saya dengar?' Akhirnya ia menjadi sosok yang nggak jujur dan bertanggungjawab," tutur Febria.
Ada peran-peran lain seperti leadership, misalnya dalam Islam diajak untuk menjadi imam salat, lalu bisa juga diajak unutk membantu mengasuh adiknya tapi lebih yang menjaga adiknya supaya nggak digangguin orang. Kemudian diajak membantu yang membutuhkan kekuatan fisik.
(rdn)