Hobart, Australia -
Mungkin ketika dunia membutuhkan orang-orang baik, bocah ini adalah salah satunya. Ya, dialah Oliver Edwards asal Hobart, Australia. Oliver yang masih berusia sepuluh tahun ini membantu tunawisma lewat proyeknya yang dinamakan 'Free on a Tree'. Aksi baiknya ini menyita perhatian media internasional, Bun.
Bocah yang bersekolah di The Hutchins School di Tasmania ini ingin mengatasi masalah serius tentang populasi tunawisma di kotanya. Strateginya simpel, Oliver mengikat jaket gratis di setiap pohon di kotanya dan menempel stiker yang bertuliskan 'gratis di pohon'. Rupanya, ia ingin tunawisma ini mengambil jaketnya supaya nggak kedinginan.
"Sebenarnya proyek ini adalah bagian dari tugas dari sekolah Oliver 'This Matters Challenge'. Jadi, sekolah Oliver mengembangkan program belajar dari rumah yang menggantikan pekerjaan rumah (PR) biasa. Program ini memberikan kesempatan murid-muridnya belajar mengenal isu di lingkungannya," kata ibu Oliver, Cathy Edwards dikutip dari Babble.
Setelah bencana banjir, cuaca buruk, perekonomian menurun dan faktor lainnya yang menimpa kota Hobart, keluarga Oliver sadar bahwa itu adalah kesempatan emas mereka untuk membantu Oliver mengerjakan tugas sekolahnya dan tentunya membantu para tunawisma.
"Kami bersama-sama mendesain poster, menghubungi pebisnis lokal, mengatur donasi, mencari tahu lokasi yang paling membutuhkan dan tentunya mengikat jaket di pohon. Sejauh ini kami telah menggantung 55 sampai 60 jaket di pohon dan sudah mengumpulkan hampir 150 jaket," ujar Cathy.
Keluarga Oliver mengembangkan proyek 'Free on a Tree' menjadi proyek volunteer. Mereka juga mendorong orang-orang untuk mengirim stiker dan amplop yang nantinya diisi uang dari berbagai komunitas. Dengan cara ini anggota komunitas bisa memberi donasi jaket mereka dengan stiker yang bertuliskan penjelasan proyek tersebut kepada umum.
Keren ya Oliver, proyeknya sangat positif dan diterima oleh masyarakat. Nggak sampai situ aja, Oliver juga menginspirasi siapapun untuk turut serta dalam proyeknya.
"Orang-orang tertarik untuk berpartisipasi pada aksi ini dengan mengumpulkan donasi, jaket dan menyebarluaskan proyek ini. Hanya dua setengah minggu kami menjalankan proyek ini tapi sudah ada sepuluh donasi dan lima sampai enam orang yang tertarik. Oliver banyak belajar tentang kebaikan lewat proyek ini," tutur Cathy.
Bicara soal kemampuan anak untuk bisa peduli dan berbagi Bun, psikolog anak dari Tiga Generasi, Anastasia Satriyo yang akrab disapa Anas. mengatakan memang kemampuan anak untuk bisa berbagi jadi salah satu hal yang ingin diajarkan orang tua ke anaknya. Tapi, berbagi yang seperti apa, kapan harus berbagi, dan bagaimana mengajarkan boundaries atau batasan pada anak juga penting lho Bun.
Kalau anak sudah berumur usia 6-7 tahun, ketika ingin berbagi kita bisa berdialog atau melakukan komunikasi dua arah nih Bun sama si kecil dengan menanyakan 'Ada nggak barang yang mau kamu bagi ke orang lain?'. Jangan lupa, jelaskan juga ya Bun manfaat yang bisa anak dapatkan dengan berbagi.
"Misalnya, kita katakan 'Kalau mainan kakak yang masih bagus tapi jarang dimainin dibagi ke orang lain, lemari mainannya jadi lebih kosong. Kalau gitu, lemarinya bisa untuk menyimpan mainan baru yang kakak suka'. Hal ini berlaku untuk buku, pakaian, dan barang-barang anak lainnya ya Bun," kata Anas.
(rdn)