Jakarta -
Ibu bernama Lentera ini didiagnosis
kanker payudara stadium 3. Dia pun menjalani pengobatan, salah satunya kemoterapi. Nah, setelah
kemoterapi Lentera memilih pisah rumah ke sebuah indekos, Bun.
Lentera beralasan keputusan dia jadi anak kost-an saat kemoterapi karena sebelumnya dia sudah mencari literatur dan bertanya ke dokter dan survivor kanker lain. Ia bertanya soal bagaimana dampak pasca kemoterapi jika dekat anak-anak dan keluarga.
"Dampaknya ternyata nggak bagus. Anak-anak itu'kan kalau ibunya datang pasti kangen, nemplok gitu. Aku mikir 'wah payah juga kalau begitu'. Terus rumah juga nggak ada kamar kosong yang jauh. Akhirnya aku memutuskan ngekost aja. Nggak apa-apa deh sehari Rp50 ribu, demi kebaikan anak-anak juga," tutur Lentera saat berbincang dengan HaiBunda.
 Ilustrasi kemoterapi/ Foto: iStock |
Alhasil, setiap jelang
kemoterapi Lentera akan lebih dulu ngasih tahu ke kedua anaknya yang berumur dua dan tiga tahun, Bun. Lentera menyatakan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak bahwa setiap bulan ia akan "sekolah dulu" dan mungkin akan makan waktu lama.
Sehingga, selama itu anak-anak nggak boleh rewel ketika dititipkan ke neneknya. Istilah "sekolah" sengaja dipakai Lentera karena si kecil kebetulan sudah sekolah dan paham ibunya perlu pergi sejenak tapi nanti akan pulang lagi.
Menurut Lentera, memang dia membohongi si kecil, tapi itu dilakukan demi kebaikan mereka. Dengan memakai kata "sekola", Lentera berharap kedua anaknya nggak kepikiran bila sang Bunda sakit. Soalnya, Bun, pernah suatu hari Lentera sakit dan tiduran terus. Lentera bilang ke si anak dirinya sakit. Tapi yang ada mereka malah menangis karena nggak bisa mengajak Bundanya main.
"Dramalah pokoknya, yang ada suami repot," kenang Lentera.
Jarak tempat kost dengan rumah Lentera nggak jauh, sekitar satu kilometer. Nah, biasanya Lentera ngekost selama dua hari sampai seminggu setelah
kemoterapi.
Memang pisah dengan anak apalagi dalam waktu lama nggak gampang. Rindu membuncah tapi apa boleh buat. Demi kebaikan sang buah hati, Lentera memilih menahan rasa rindunya. Toh sekarang teknologi udah canggih kan, Bun. Kalau lagi kangen dengan si kecil, biasanya Lentera video call dengan anak-anaknya.
 Ilustrasi kemoterapi untuk kanker payudara/ Foto: Thinkstock |
Jaga Jarak Setelah KemoterapiDikutip dari
detikcom dr Fielda Djuita, SpRad (K).Onk.Rad mengatakan memang sebaiknya jangan terlalu dekat dengan pasien kanker setelah kemoterapi, terutama untuk bayi dan anak di bawah umur enam tahun.
"Kalau mau menjenguk cukup salaman saja, nggak usah memeluk. Pasien yang baru kemoterapi akan mengeluarkan gas yang mengandung bahan kimia dari kemoterapi melalui saluran pernapasannya, baik lewat mulut ataupun hidung. Gas ini dapat mengganggu darah tepi penjenguknya yang masih balita dan punya kekebalan tubuh rendah," jelas dr Fielda.
Oleh karena itu, bila orang-orang tersebut dekat-dekat dengan pasien kanker yang baru saja kemoterapi maka gas yang mengandung bahan kimia dari proses
kemoterapi tersebut dapat memengaruhi sel-sel dalam tubuhnya dan yang paling rentan adalah darah tepi. Kerusakan darah tepi inilah yang berpotensi memicu kanker darah.
"Bayi yang dekat-dekat pasien yang baru saja kemoterapi, 10 tahun kemudian bisa menderita kanker darah atau leukemia. Jadi sebaiknya kalau punya cucu jangan dekat-dekat, apalagi dipeluk-peluk, kasian cucunya nanti, tunggu sampai efeknya reda sekitar seminggu," tutur dr Fielda.
(rdn/ziz)