Jakarta -
Lihat susu atau mayones, kenapa ya si anak kok langsung lari dan cenderung ketakutan. Bunda pernah melihat fenomena seperti ini?
Perilaku anak di atas, cenderung menunjukkan
fobia terhadap makanan. Melansir
Health Line, fobia makanan biasa dikenal dengan istilah cibofobia. Orang dengan
cibofobia sering menghindari makanan atau minuman karena mereka takut untuk mencobanya.
Sejauh ini, sekitar 19 juta orang Amerika mengalami fobia yang sangat parah dan berdampak pada kehidupan mereka. Mereka biasanya cenderung ketakutan melihat beberapa makanan. Seperti makanan yang mudah rusak seperti sayuran segar, buah-buahan, mayones dan susu.
Atau, mereka juga bisa ketakutan ketika harus menyantap makanan yang kurang matang. Bahkan, mereka juga memiliki kekhawatiran berlebih saat disuruh menyantap makanan sisa dan makanan siap saji. Efeknya, mereka akan menghindari makanan di restoran, rumah teman dan di tempat-tempat umum yang sulit untuk menolak ketika ditawari makanan.
"Ada pesan di luar sana tentang makanan yang dimasak dengan tidak benar, membawa bakteri, makanan yang disimpan dengan tidak tepat, dan semua hal yang menciptakan kecemasan dalam pikiran saya,"ungkap Sondra Kronberg, spesialis gangguan makan, dilansir
CBS Newyork.
Para ahli mengatakan, dalam kondisi parah orang yang mengalami cibofobia akan mengalami ketakutan menyantap makanan yang di masak di luar rumah. Bahkan, mereka tidak akan bisa memakan masakan di rumah saudaranya sendiri.
"Benar-benar ada siksaan di sekitar karena tidak bisa berpartisipasi," lanjut Kronberg.
Perlu Bunda tahu, fobia ini memiliki tingkatan berbeda, Bun. Ada yang mengalami pada tingkat ringan, sampai ke tahapan ekstrem yang bisa berdampak pada kualitas hidup mereka dan orang-orang di sekelilingnya.
Fobia makanan pada anak-anak dapat disebabkan karena keterbatasan mereka dalam berkomunikasi. Akibatnya, mereka jadi kesulitan mengekspresikan apa yang mereka alami, Bun. Keadaan semakin parah, ketika orangtua tidak mengajari mereka mengatasinya. Akibatnya, gangguan lebih sering muncul dengan frustrasi sebagai reaksinya.
 Fobia makanan pada anak/ Foto: Dok. iStock |
Melansir
Eating Disorder Hope, Libby Lyons, pekerja di klinik Certified Eating Disorder Specialist (CEDS) mengatakan bahwa anak-anak yang memiliki fobia terhadap makanan biasanya menunjukkan gejala cemas dan takut ketika harus mengonsumsi makanan tertentu. Anak akan merasa pusing, keringat berlebih, mual, perasaan seolah tidak bisa bernapas, detak jantung meningkat, dan bergetar ikut bermunculan.
Anak yang mengalaminya, akan menolak makanan yang baru dan asing bagi mereka. Fobia ini pertama kali muncul pada bayi antara usia 12-24 bulan. Untuk mencegah fobia makanan, butuh waktu 5 -10 kali pengulangan untuk mengenalkan makanan baru. Hingga, mereka dapat beradaptasi dengan makanan tersebut, seperti dikutip dari laman
Parent Circle.
Jenis makanan yang biasanya tidak disukai di fase tersebut yakni susu, sereal, kacang-kacangan, daging, ikan, sayuran, dan buah-buahan. Anak dengan fobia makanan biasanya akan membatasi pilihan makanan, yang berpotensi menyebabkan defisiensi nutrisi jika tidak dilakukan penanganan dengan tepat.
Meski demikian, Bunda tidak perlu khawatir berlebihan. Kasus fobia makanan tersebut bisa diminimalisir melalui tindakan yang dicontohkan Bunda dan orang-orang di rumah. Jika anggota keluarga lainnya berhasil menciptakan kesan positif, anak-anak pun dapat menerima makanan baru tanpa gangguan.
Bunda juga dapat membiasakan duduk dan makan bersama sesering mungkin dengan anak-anak. Ajari mereka tentang manfaat mengonsumsi makanan yang dapat menyehatkan tubuh. Kemudian biarkan mereka mengonsumsi makanan tersebut. Pastikan juga ya, Bun, bahwa mereka tidak stres karena
fobia makanan. Pasalnya, hal tersebut dapat membahayakan kesehatan fisik dan emosional mereka.
Biasakan anak untuk mengenal berbagai makanan sejak dini. Jangan lelah untuk mendampingi mereka mengenal berbagai makanan, sehingga anak terhindar dari
fobia makanan.
[Gambas:Video 20detik]
(rap/rap)