Jakarta -
Belanja kebutuhan pribadi seperti menjadi 'siraman' di gersangnya hari ya, Bunda. He-he-he. Bukannya berlebihan, tapi memang menurut psikolog Polly Young-Eisendrath Ph.D. dari
Psychology Today, perempuan terdorong untuk belanja seperti halnya pria tertarik pada olahraga.
Namun, yang namanya anggaran
belanja memang tidak bisa sembarang Bunda hamburkan. Apalagi ketika keuangan rumah tangga sedang pengetatan ikat pinggang. Itu sama saja Bunda menghabiskan hak anak dan suami untuk mendapatkan kebutuhan dasar mereka.
Disarankan oleh Ruisa Khoiriyah selaku Perencana Keuangan dan Financial Blogger, Bunda membuat rekening belanja. Rekening ini dibuat agar Bunda bisa menyisihkan paling tidak lima hingga sepuluh persen dari pendapatan.
"Lima hingga sepuluh persen itu berapa (dari total pendapatan) kita sisihkan khusus di rekening shopping. Jika mau lebih besar enggak masalah, asalkan indikator kesehatan keuangan aman," ujar Ruisa seperti dilansir program
Investime CNBC Indonesia.
Yang dimaksud dengan indikator kesehatan keuangan adalah jumlah utang maksimal 35 persen, biaya hidup sehari-hari, dan dana darurat 10 persen. "Selama itu kemudian aman ya
nggak apa-apa kita ikut menikmati diskon akhir tahunan," tambahnya.
 Ilustrasi belanja Foto: Dok. iStock |
Andai pendapatan Bunda sebulan adalah Rp5 juta dan diambil 10 persennya untuk tabungan, maka ada Rp500 ribu di rekening
belanja. Bayangkan jika Bunda sisihkan ini setiap bulannya, di akhir tahun akan ada Rp6 juta dana belanja. Wah, lumayan kan untuk membeli tas dan sepatu yang sudah Bunda incar!
"Tidak harus menunggu akhir tahun, kadang ada
online shop yang tiba-tiba bikin (penawaran) spesial. Nah, kita bisa ambil dari situ (rekening belanja)," tegas Ruisa.
Tapi ingat disiplin ya, Bunda. Jika memang anggaran di rekening
belanja sudah habis, jangan dipaksakan. Lebih baik tunggu bulan berikutnya.
Untuk lebih jelasnya, Bunda bisa lihat penjelasan Ruisa di video dari
CNBC Indonesia berikut ini.
[Gambas:Video 20detik]
(ziz/rdn)