HaiBunda

TRENDING

Curhat Sedih Seorang Ibu, Anak Meninggal Jadi Korban Hoaks Anti Vaksin

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 20 Dec 2019 17:00 WIB
Ilustrasi tangan bayi/ Foto: iStock
Jakarta - Ibu mana yang tidak sedih saat kehilangan anak untuk selamanya. Lebih sedih lagi jika kematian putranya menjadi sasaran berita hoax.

Inilah yang dialami seorang ibu asal Malaysia, bernama Dzurriana. Dilansir mStar, anak sulungnya, Muhammad Yusuff Aymen meninggal lima hari setelah dilahirkan di sebuah rumah sakit swasta, di Johor Bahru pada Oktober lalu.


Berita kematian sang anak ramai dibicarakan karena kabarnya disebabkan suntikan vaksin, Bun. Padahal itu semua salah.


Dalam unggahan di Facebook, sebuah perkumpulan anti-vaksin membagikan berita ini. Tujuannya untuk mendukung pernyataan mereka tentang bahaya vaksin.

"Awalnya tentu sedih, sebab anak meninggal tiba-tiba. Mulanya saya baca, saya tidak terima. Tapi ada teman yang menasihati supaya jangan baca hal yang tidak benar," kata wanita yang akrab disapa Yiyin ini.

Yiyin sempat tidak mengindahkan posting-an itu. Namun, dia akhirnya membuka tautan link dan membaca semua komentar. Ia merasa semua yang dikatakan orang-orang di sana tidak benar.

"Saya merasa kecewa dan juga menangis. Sebab, komentar-komentar mereka keterlaluan dan tidak menghormati perasaan saya," ujar Yiyin.

Twitter Yiyin/ Foto: Twitter

Wanita 29 tahun itu tidak terima anaknya dibilang meninggal karena vaksin. Padahal, penyebabnya karena pendarahan di paru-paru.

"Anak saya meninggal karena pendarahan paru-paru (pulmonary hemorrhage). Tapi, jika ada yang bilang itu karena vaksin, saya jadi sedih," tutur Yiyin.

"Setiap orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Tak ada yang ingin membunuh anaknya sendiri. Komentar-komentar itu sudah kelewatan," sambungnya.

Yiyin lalu meminta bantuan pada teman-temannya untuk melaporkan artikel palsu itu. Meski begitu, dia masih bisa menemukannya di laman Facebook.

"Saya tahu dari tag unggahan di FB. Bila saya klik dan baca, rupanya itu di screenshot dan di bagikan untuk mengokohkan pendapat yang menolak vaksin," jelas Yiyin.

Perkembangan zaman memang tidak bisa dipungkiri menjadi cara untuk menyebarkan isu yang tidak benar. Menurut pengajar psikologi di University of Lincoln di Amerika Serikat, Nathan A Heflick Ph.D., berita palsu hanyalah informasi yang disebarkan oleh sumber yang belum tentu benar.

"Hasilnya sebenarnya tergantung dari penafsiran masing-masing, melihatnya sebagai berita nyata atau palsu," kata Heflick, dikutip dari Psychology Today.


Sedangkan kata penulis buku Think: Why You Should Question Everything Guy, P. Harrison, jangan pernah menerima klaim, cerita, atau artikel itu seratus persen benar.

"Keraguan itu baik, skeptisisme bukanlah sinisme. Berpikir kritis tidak berarti kamu berpikiran tertutup atau negatif. Kita harus mendekati semua berita dengan cara ini, dari manapun sumbernya," ujar Harrison.

Simak juga tips mengatasi anak kejang karena demam di video berikut:

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

15 Kalimat yang Sering Digunakan Orang dengan EQ Rendah

Mom's Life Amira Salsabila

Terpopuler: Potret Rumah Artis Indonesia yang Dilengkapi Ruang Nge-Gym

Mom's Life Amira Salsabila

5 Potret Outfit Kim Yoo Jung, Artis Cantik Korea Bintang Drakor Dear X

Mom's Life Amira Salsabila

Kompak Banget, Potret Nikita Willy dan Nona Willy Liburan Bareng Suami dan Anak ke Jepang

Mom's Life Nadhifa Fitrina

KPR Lunas, Andhara Early Gunting Semua Kartu Kredit agar Tak Lagi Berutang dan Hindari Riba

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

73 Lagu Rohani Kristen Terbaik dan Terpopuler, Penyembahan & Pujian Syukur

5 Potret Kompak Sigit Wardana 'Base Jam' dan Sang Putri yang Sudah Gadis

15 Kalimat yang Sering Digunakan Orang dengan EQ Rendah

5 Potret Outfit Kim Yoo Jung, Artis Cantik Korea Bintang Drakor Dear X

Terpopuler: Potret Rumah Artis Indonesia yang Dilengkapi Ruang Nge-Gym

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK