Jakarta -
Seorang pemuda asal Purworejo, Jawa Tengah membalas kasih sayang ibundanya dengan membuat robot. Nama pemuda itu adalah Agung Budi Wibowo. Ia membantu sang bunda, Praptining lewat robot penuang telur untuk bisa berjualan.
Diketahui Praptining adalah pedagang telur dadar mini di sebuah sekolah dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Purworejo. Sayangnya ia memiliki gangguan penglihatan sehingga tak bisa menuang telur dengan sempurna.
Dari keinginannya membantu ibunda, diciptakanlah robot tersebut. Anak bungsu Praptining itu semula mengutarakan keinginannya, sang ibunda pun mengizinkan namun tak bisa mendanainya.
"Awal saya bilang, 'Bu, mau tak
buatin, ya beliau mendukung, tapi Ibu enggak bisa memberi dana dulu.' Saya
nabung dulu lah. Akhirnya bisa terealisasi dan Ibu bahagia," ujar lulusan SMKÂ jurusan Teknik Kendaraan Ringan ini.
Dengan bermodal uang yang ditabung sebesar Rp1,5 juta dan berbekal video di YouTube, Agung bisa merakitÂ
robot yang dinamai Egg Filling Robot itu. Praptining pun mengaku senang dengan hasilnya.
 Agung Budi Wibowo ciptakan Egg Filling Robot/ Foto: CNN Indonesia |
Tak hanya membantu berjualan, namun juga menjadi daya tarik pembelinya. Usaha telur dadar mini yang digeluti selama 1,5 tahun itu laris manis oleh anak-anak SD.
"Nggih, dia (robot) kan suka mencet-mencet sendiri. Nah, anak-anak suka," ujar Praptining dilansir
CNNIndonesia.com.Hidup di zaman serba canggih ini memang waktunya kita sebagai orang tua aware dengan pemanfaatan teknologi. Para pendidik dan peneliti sepakat bahwa pengalaman literasi awal penting untuk pengembangan kognitif dan bahasa anak.
Akan tetapi selain keterampilan membaca, kita juga perlu mengasah keterampilan STEM (sains, teknologi, teknik dan matematika) sejak dini pada anak, Bun.
Proses pengenalan dan pembelajaran di usia dini bisa dibilang titik awal untuk pembelajaran STEM, karena anak-anak itu sifatnya penasaran dan ingin menjelajahi lingkungannya.
Menurut Kym Simoncini, asisten profesor di Early Childhood and Primary Education, University of Canberra, Australia, anak-anak adalah pembelajar STEM yang sangat cakap, namun pengetahuan dan keterampilan mereka terkadang enggak diketahui oleh pendidik dan orang tua.
Salah satu caranya adalah ajukan pertanyaan yang berfokus pada 'apa' yang dapat dilihat atau dilakukan anak, bukan 'mengapa'. Ini akan memungkinkan anak untuk percaya diri menjawab pertanyaan yang bisa mereka jawab. Misalnya anak lagi main gelembung sabun pertanyaan "Apa yang terjadi dengan gelembung?" lebih mudah ditanggapi anak ketimbang pertanyaan "Mengapa gelembung tetap bersatu?".
Menurut Kym, jika ingin memperluas percakapan dan pembelajaran, jangan menutupnya dengan pertanyaan yang anak-anak enggak bisa jawab melainkan yang membuka diskusi lebih lanjut.
Orang tua enggak perlu membeli mainan mahal, alat sains atau buku kerja untuk diisi. Orang tua juga enggak perlu memiliki gelar di STEM untuk mengajari anak-anak mereka. Jadi, mengajari anak STEM bisa dilakukan dengan cara simpel dan sedini mungkin sehingga kita juga bisa membantu anak mampu dan percaya diri mempelajari STEM.
Simak juga cara membuat anak membatasi main gadget:
[Gambas:Video Haibunda]
(aci/som)