Jakarta -
Pamor masker meroket ketika terjadi wabah penyakit menular, seperti SARS, MERS, Ebola dan yang terbaru,
Corona. Bahkan, virus yang juga dikenal dengan nama Covid-19 ini juga sudah masuk Indonesia.
Sejak Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengumumkan ada dua warga negara Indonesia (WNI) yang berdomisili di Depok, Jawa Barat positif virus Corona pada Senin (2/3/2020), penjualan
hand sanitizer dan masker melonjak. Bahkan, di beberapa tempat, barang yang biasanya mudah ditemukan itu tiba-tiba menjadi sulit didapat lantaran banyak orang memburunya.
Terlepas dari kelangkaan yang sempat terjadi di beberapa lokasi, Bunda tahu enggak sejarah masker itu sebenarnya bagaimana?
Nah dikutip dari berbagai sumber, diciptakannya masker awalnya untuk melindungi pasien dan dokter dari bakteri dan virus demi menghindari segala bentuk penularan. Namun masker punya presentasi dan tujuan yang berbeda. Yang paling populer, salah satunya masker bedah.
Masker bedah kali pertama digunakan oleh Paul Berger. Dia adalah seorang ahli bedah Prancis yang menggunakan masker tersebut saat melakukan operasi pada akhir abad ke-19. Kemudian dokter dan ahli bedah mengikutinya sebagai tindakan pencegahan keamanan demi menghindari penularan penyakit.
Akhirnya, perawat dan petugas medis lainnya juga memakai masker tersebut. Hingga akhirnya masker menjadi tren publik, di mana masyarakat menggunakan masker untuk menghindari diri dari polusi udara hingga virus.
Di Asia, terutama Asia Timur, penggunaan masker oleh masyarakat umum sebenarnya sudah jamak. Jepang menjadi negara yang punya sejarah panjang penggunaan masker oleh masyarakatnya. Hal ini dimulai pada awal-awal tahun abad ke-20 ketika pandemi influenza menewaskan sekitar 20-40 juta orang di seluruh dunia.
Saat itu, masyarakat menutupi wajah mereka dengan syal atau selendang untuk menangkal penyakit hingga epidemi memudar pada akhir tahun 1919. Namun beberapa tahun kemudian, gempa besar Kanto pada 1923 yang menyebabkan kualitas udara turun selama berbulan-bulan, masker kembali digunakan dan menjadi aksesori khas di jalanan Tokyo dan Yokohama kala itu.
Kemudian, epidemi flu global kedua terjadi pada tahun 1934 kembali membuat warga Negeri Sakura itu memakai masker secara teratur selama musim dingin demi menghindari penularan kuman. Lalu pada tahun 1950-an, industrialisasi yang cepat di Jepang usai Perang Dunia II menyebabkan polusi udara merajalela, sehingga mengenakan masker pun menjadi kebiasaan sepanjang tahun.
 Model menggunakan masker di Paris Fashion Week (Foto: Dok. BBC/Getty Images) |
Masker jadi trenNegara-negara tetangga Jepang, seperti China dan Korea yang menghadapi masalah polusi akut pun akhirnya ikut mengadopsi kebiasaan tersebut. Tentu saja polusi dan virus ada di mana-mana yang ditularkan lewat udara, tapi kenapa tren menggunakan masker didominasi di negara-negara Asia Timur?
Alasan yang mendasarinya bisa karena faktor filosofi. Ketiga negara itu secara luas dipengaruhi ajaran Taoisme dan pengobatan tradisional China, di mana napas dan pernapasan dipandang sebagai elemen sentral dalam kesehatan yang baik.
"
Qi adalah konsep sentral dalam kosmologi Tiongkok, umumnya berkaitan dengan energi dan uap," kata seorang praktisi akupuntur dan obat herbal bersertifikat yang tinggal di Los Angeles, Michelle M Ching, dikutip dari
Quartz.
Dia menjelaskan bahwa
qi punya banyak makna dalam bahasa China, yakni udara, atmosfer, bau, kekuatan dan patogen yang kemungkinan menjadi alasan lain mengapa masker sangat diperlukan di China.
Ketika
qi tubuh habis atau gerakannya berubah, kata dia, rasa sakit dan penyakit berkembang. Karena itu, menurutnya, bernapas sangat penting untuk menjaga
qi yang baik dalam tubuh.
Intinya, penggunaan masker di Asia Timur untuk mencegah paparan polusi adalah sesuatu yang mendahului teori kuman penyakit dan meluas ke dasar budaya Asia Timur. Namun dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan masker karena rasionalitas baru yang makin modern.
Penelitian menemukan bahwa banyak anak muda di Jepang telah membuatÂ
masker berevolusi. Kalangan remaja yang sehat pun memakai masker bersamaan dengan
headset, membuatnya sebagai sebuah cara untuk menghindari komunikasi atau pelecehan di tempat umum hingga menjadi
style Asia Timur.
Di Jepang, masker dengan desain menarik atau gambar karakter yang lucu bisa dibeli di setiap toko. Bahkan masker dengan desain unik karya desainer pun beberapa kali sengaja digunakan model dalam pekan mode bergengsi sebagai bagian dari tren fesyen. Tak cuma di negeri itu, di seluruh negeri termasuk Indonesia pun masker bedah, kain atau bermotif hingga bergambar karakter tak asing digunakan masyarakatnya.
Bunda juga bisa simak pertolongan pertama saat anak terluka dan berdarah:
[Gambas:Video Haibunda]
(jue/jue)