Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Bermula Jadi Pemetik Buah, Lulusan SMP Hidup Sukses di Selandia Baru

Kurnia Yustiana   |   HaiBunda

Kamis, 02 Jul 2020 20:46 WIB

ilustrasi cuka apel
Ilustrasi/Foto: Thinkstock
Jakarta -

Muhammad Nastangin berasal dari Tulungagung, Jawa Timur. Pria yang mengenyam pendidikan hingga bangku SMP ini pernah merantau ke Malaysia untuk bekerja.

Selama di Malaysia, banyak yang dipelajari Nastangin. Mulai dari serba-serbi menjadi tukang kayu, listrik dan lain sebagainya. Berbekal berbagai kemahiran ini, dia kemudian mencoba peruntungan di Selandia Baru, Bunda.

Setelah persiapan dan dokumen siap, ia terbang ke Negeri Kiwi itu. Nastangin mulai bekerja di sana sebagai pemetik buah musiman untuk menghidupi keluarga di kampung.

Kisah Nastangin bekerja di Selandia Baru ini diceritakan dalam video di YouTube channel New Zealand Channel yang diunggah beberapa waktu lalu.

"Tahun 2011 pertama masuk untuk pemetik apel," ujar Nastangin, dikutip Kamis (2/7/2020).

Selama bekerja di Selandia Baru, Nastangin selalu gigih menyelesaikan tugasnya. Dari pekerjaannya di perantauan ini, dia bisa mengumpulkan uang hingga Rp70 juta sampai Rp90 juta dalam waktu sekitar 6 bulan.

Sudah beberapa tahun bekerja, dia mendapat tawaran pekerjaan sampingan membuat kandang. Nastangin menyanggupi untuk mengerjakannya saat libur memetik buah.

"Ditawari bikin peternakan ayam, merakit kandang. Kerjaanku ini di rumah kan bikin teralis, pagar, pintu. Bisa hampir 2 tahun ikut di situ yang seasonal saja kan," tuturnya.

Muhammad Nastangin WNI di Selandia BaruMuhammad Nastangin, WNI di Selandia Baru/ Foto: YouTube/New Zealand Channel

Namun pihak perusahaan tempatnya memetik buah kemudian mengetahui pekerjaan sampingan Nastangin. Disebutkan kalau seharusnya Nastangin bekerja sesuai dengan visa dan dokumen awal. Setelah 4 tahun bekerja sebagai pemetik buah, kontrak Nastangin pun tak lagi diperpanjang.

Pria ini lalu pulang ke Tulungagung, membuka usaha sendiri di kampung halaman bersama keluarga. Dia sebenarnya masih ingin kembali kerja di Selandia Baru, namun sudah pasrah.

Tak disangka, pertengahan 2015 dia dikontak lagi oleh perusahaan tempatnya bekerja di Selandia Baru. Ditawari kembali bekerja di sana.

"Dari perusahaan di-SMS, mau enggak kalau dibikinin working visa gitu. Mau jugalah kalau memang biaya ditanggung. Perusahaan bilang oke bisa bantu, tapi tiket sama urusan di Indonesia aku yang tanggung," ungkap Nastangin.

"Aku tunggu proses itu, lama 6 bulan 7 bulan. Aku teruskan usaha bengkel teralis di rumah (Tulungagung). Tiba-tiba datang SMS dari perusahaan, visa approve bisa 3 tahun," imbuhnya bersemangat.

Tanpa tunggu lama lagi, Nastangin segera bersiap merantau ke Selandia Baru. Ia kembali bekerja di perusahaan yang lama. Sampai 3 tahun ia terus gigih bekerja hingga para bos puas dengan hasil kerjanya.

Ekonomi Nastangin pun terus membaik. Ia akhirnya memutuskan memboyong istri dan anak-anaknya ikut tinggal bersama di Selandia Baru. Senang sekali tak harus menjalani LDR lagi. Hal ini juga didukung pihak perusahaan.

"Sudah 3 tahun, oke kamu bisa bawa keluarga," katanya.

Keluarganya pun mulai pindah ke Selandia Baru pada 2019. Anak-anaknya sudah pindah sekolah, istrinya pun ikut mencoba bekerja di Negeri Kiwi itu, Bunda.

Ia berpesan buat yang mau bekerja di Selandia Baru. Silakan saja dicoba, yang penting bisa bekerja keras, tak boleh malas.

"Perusahaan melihatnya sih, suka orang Indonesia, pekerja keras. Sangat loyal," tuturnya.

Simak juga video tips menata ruang kerja modern:

[Gambas:Video Haibunda]



(kuy/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda