
trending
Ada Orang yang Kebal terhadap COVID-19, Ini Penyebabnya
HaiBunda
Sabtu, 12 Sep 2020 17:42 WIB

Sampai saat ini, angka positif COVID-19Â di dunia masih terus bertambah. Sudah kurang lebih 8 bulan munculnya virus ini terhitung sejak kasus pertama pada 31 Desember 2019 di Wuhan, menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Yang mungkin menjadi pertanyaan di benak Bunda adalah mengapa sudah sejauh ini masih ada orang yang kebal dengan COVID-19?
Dilansir BBC Indonesia, petunjuknya telah menumpuk selama beberapa waktu. Pertama, para ilmuwan menemukan pasien yang telah sembuh dari infeksi COVID-19, tetapi secara misterius tidak memiliki antibodi untuk melawan virus itu.
Antibodi pun menjadi fokus dunia saat ini demi membuat vaksin. Sementara, para peneliti lain mulai menyadari bahwa mungkin ada bentuk kekebalan lain.
Kekebalan yang dimaksud adalah sel T, jenis sel darah putih yang manfaat utamanya adalah mengidentifikasi dan membunuh patogen yang menyerang atau membunuh sel yang terinfeksi.
Hal itu dilakukan dengan menggunakan protein pada permukaannya, yang dapat mengikat protein di permukaan virus itu. Setiap sel T sangat spesifik, Bunda. Ada triliunan versi dari protein permukaan ini, yang masing-masing dapat mengenali target yang berbeda.
Karena sel T dapat bertahan di dalam darah selama bertahun-tahun setelah infeksi, sel T juga berkontribusi pada 'memori jangka panjang' sistem kekebalan dan memungkinkannya meningkatkan respons yang lebih cepat dan efektif saat terkena virus yang pernah menyerang.
Yang paling mengejutkan, ketika para peneliti menguji sampel darah yang diambil bertahun-tahun sebelum pandemi dimulai, mereka menemukan sel T yang secara khusus dirancang untuk mendeteksi protein di permukaan COVID-19.
Ini menunjukkan bahwa beberapa orang sudah memiliki tingkat resistensi terhadap virus sebelum virus itu menginfeksi manusia. Jadi, tampaknya sangat lazim bahwa 40-60 persen individu yang tidak terpapar memiliki sel-sel T ini.
![]() |
Sel T pun semakin mungkin menjadi sumber rahasia kekebalan terhadap COVID-19. Sementara, mengutip ABC News, pakar lain mengatakan bahwa dosis virus atau viral load dapat menentukan seberapa sakit orang tersebut.
Dr. William Schaffner, seorang profesor di divisi penyakit menular di Vanderbilt University mengatakan ada kemungkinan bahwa "Sebagian darinya mungkin jelas dosisnya. Beberapa orang hanya mendapatkan dosis virus yang lebih besar dan kemudian mereka lebih cenderung jatuh sakit."
Dr. Todd Ellerin, direktur penyakit menular di Rumah Sakit South Shore, mengatakan, itu bukan viral load. "Apakah ada sesuatu dalam sistem kekebalan Anda yang tidak memungkinkan virus untuk menyerang?" tanya Ellerin.
Para ahli berharap jawaban ini dapat ditemukan pada anak-anak karena anak-anak lebih sering mengalami gejala ringan hingga tidak ada gejala ketika mereka tertular COVID-19.
"Ada beberapa data terbaru yang menunjukkan bahwa salah satu break point adalah sekitar usia 10 tahun. Artinya, (setelah usia 10 tahun), mereka terinfeksi, dapat menularkan virus, tetapi tidak menjadi sakit parah, sedangkan anak-anak di bawah usia 10 tahun tampaknya tidak mudah terinfeksi," kata Schaffner.
Simak juga asupan alami peningkat imunitas tubuh di pandemi corona melalui video berikut:
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Trending
Stok Vaksin COVID-19 AstraZeneca Seluruh Dunia Ditarik, Alasannya...

Trending
Mengenal FliRT, Varian Baru COVID-19 yang Bikin Kasus di AS Melonjak Drastis

Trending
Siap-siap Bun, Ledakan Kasus COVID-19 Mulai Terjadi

Trending
Sedih, Bocah 5 Tahun Positif COVID-19 Dijemput Sendirian Naik Ambulans untuk Karantina

Trending
Golongan Darah O Berisiko Rendah Tertular Corona? Ini Faktanya


7 Foto
Trending
7 Potret Vaksinasi Massal CT Corp, Dihadiri Warga dengan Antusias Bun
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda