HaiBunda

TRENDING

Selain Aman, Vaksin Terbukti Ampuh Tekan Penyebaran Penyakit

Annisa Afani   |   HaiBunda

Senin, 02 Nov 2020 17:57 WIB
Selain Aman, Vaksin Terbukti Ampuh Tekan Penyebaran Penyakit/Foto: Getty Images/iStockphoto/Manjurul
Jakarta -

Vaksin pertama kali dikembangkan pada 1796 oleh Edward Jenner untuk mengobati penyakit cacar (smallpox), Bunda. Karena terbukti dapat mencegah penyakit akibat virus maupun bakteri, vaksin sejak saat itu terus dikembangkan demi kepentingan kesehatan.

Vaksin merupakan antigen pada virus dan bakteri. Jika disuntikan ke tubuh atau dilakukan imunisasi, vaksin bisa memberikan reaksi sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus dan penyakit tertentu.

Beberapa vaksin ampuh menekan penyakit tertentu, seperti haemophilus influenza, radang paru, penyakit gondok, rubella, hingga tifus. Bahkan, imunisasi membantu menurunkan jumlah kasus tersebut.


Selain imunisasi dapat mencegah penyakit, juga kecacatan, kematian hingga penularan penyakit ke lingkungan sosial yang lebih luas. Konsep ini disebut sebagai herd immunity atau imunitas populasi, yang besaran cakupannya tergantung kemampuan penularan virus atau bakteri.

"Jadi kalau banyak orang di sekeliling kita diimunisasi, yang tidak bisa mendapatkan imunisasi karena berbagai sebab seperti, ada penyakit, terlalu muda untuk diimunisasi, atau tidak mendapat akses ke vaksin, jadi ikut terjaga," ujar Prof. Dr. dr. Cissy Rachiana Sudjana selaku Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, dikutip dari laman covid19.go.id.

Keamanan vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh pun menjadi hal yang tak perlu dikhawatirkan, Bunda. Setiap vaksin yang dikembangkan, tentunya diikuti dengan jaminan keamanan di setiap fase uji kliniknya, sehingga produk yang dikembangkan pun dapat dipastikan aman, efektif, serta berkhasiat.

Saat akan memulai pengembangan vaksin, produsen harus mengidentifikasi apa yang akan dibuat terlebih dahulu, Bunda. Apabila 'bakal vaksin' yang terpilih terbukti mampu menghasilkan zat antibodi terbaik, maka vaksin selanjutkan akan diuji praklinik pada hewan, dan selanjutnya dapat diuji pada manusia.

Uji klinik pada manusia

Fase uji klinik pada manusia terbagi menjadi tiga fase bertahap, di antaranya:

  • Fase 1

Di fase ini, vaksin dimasukkan untuk menguji keamanan dan keefektifannya. "Fase 1 ditujukan untuk menguji respon imun pada sekelompok orang dengan jumlah di bawah 100," tutur dr. Cissy Rachiana.

  • Fase 2

Ketika vaksin di fase I teruji aman dan efektif, maka uji klinik dilanjutkan ke fase 2 untuk diuji keamanan dan efikasinya. "Lebih jauh lagi, ini diuji pada jumlah subyek 400-600 orang," ujarnya.

  • Fase 3 

Apabila vaksin dikatakan aman di fase 2, selanjutnya ke fase 3 untuk mengetahui ada efek samping yang jarang terjadi. "Biasanya muncul saat diujikan ke jumlah subjek yang mencakup ribuan atau puluhan ribu orang. Setelah melalui uji klinik fase III dan tidak terdapat efek samping, maka vaksin tersebut ditetapkan aman, efektif, dan berkhasiat," tutur Cissy Rachiana.

Cissy Rachiana menjelaskan bahwa vaksin pada fase ke-3 biasanya melakukan pengujian di beberapa negara. Menurutnya, ini berfungsi untuk mengukur seberapa efektivitasnya melawan infeksi. Bila tercatat aman, maka Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)) di Indonesia akan mengeluarkan izin edar.

Nah Bunda, meski vaksin sudah mendapat izin edar, survei keamanan vaksin akan terus dilakukan untuk tetap menjaga keamanan pada tubuh, lho. Tindakan ini disebut fase 4 atau Post Marketing Study.

Tidak seperti vaksin lain yang pengembangannya bertahun-tahun, vaksin COVID-19 sebagai penyebab Corona dikembangkan dengan waktu yang relatif singkat, Bunda.

Menurut perhitungannya, pengembangan vaksin ini berjalan sekitar 12-18 bulan, dan telah mendapat izin dari para ilmuwan dan regulator yang berjalan. Meski begitu, tidak satupun fase yang harus dilalui terlewatkan dalam prosesnya. Namun untuk mempersingkat pengujian karena urgensi yang terjadi, maka uji klinik pada fase I dan II dilakukan secara berbarengan dengan tetap mengutamakan faktor keamanan.

Untuk vaksin COVID-19 diperkirakan kecepatan penularannya atau Reproductive Number (Ro) mencapai 2 hingga 5 kali. Dengan daya penularan sebesar itu, maka imunisasi COVID-19 harus tercapai 60-70 persen dari populasi agar terciptanya herd immunity.

"Saya mengharapkan semua masyarakat terutama media yang bisa memberikan edukasi, untuk mengedukasi masyarakat kita bahwa vaksin adalah cara paling efektif untuk menurunkan kesakitan, kematian dan juga kecacatan. Biayanya juga paling cost effective. Kita lakukan demi Indonesia, semoga anak-anak kita bisa sehat dengan imunisasi yang sesuai dengan ketentuan," ujar Cissy Rachiana.

Sambil kita menunggu produksi vaksin COVID-19 di Indonesia rampung, jangan lupa dan selalu #ingatpesanbunda untuk #pakaimasker, #jagajarak, dan #cucitanganpakaisabun ya, Bunda!

Bunda, simak juga penjelasan mengenai efek samping demam setelah vaksin dalam video berikut:



(AFN/jue)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Pemain Timnas Rizky Ridho dan Istri Umrah setelah Nikah, Ini Potret Kebahagiaannya

Mom's Life Annisa Karnesyia

Ini 3 Dosa yang Menghapus Pahala sebesar Gunung

Mom's Life Amira Salsabila

Istana Inggris Diduga Balas Konten Viral Dance Hamil Meghan Markle, Posting Unggahan Ini

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

Mengenal Orang Tua Overprotektif: Ciri-ciri, Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Parenting Kinan

Humaira Putri Zaskia Sungkar Ultah Pertama, Intip 5 Potret Keseruan Playdatenya

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Pemain Timnas Rizky Ridho dan Istri Umrah setelah Nikah, Ini Potret Kebahagiaannya

Mengenal Orang Tua Overprotektif: Ciri-ciri, Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Ini 3 Dosa yang Menghapus Pahala sebesar Gunung

Istana Inggris Diduga Balas Konten Viral Dance Hamil Meghan Markle, Posting Unggahan Ini

Humaira Putri Zaskia Sungkar Ultah Pertama, Intip 5 Potret Keseruan Playdatenya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK