5 Fakta Menarik Amanda Gorman yang Curi Perhatian di Pelantikan Joe Biden

"When day comes, we step out of the shade of flame and unafraid. The new dawn balloons as we free it. For there is always light, if only we're brave enough to see it. If only we're brave enough to be it." Bunda, inilah petikan puisi berjudul The Hill We Climb yang dibawakan dengan begitu lantang oleh seorang penyair muda saat pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Wakil Presiden AS Kamala Harris, pada 20 Januari 2021 waktu setempat.

Mungkin Bunda bertanya-tanya siapa sosok penyair muda berbalut mantel kuning yang berdiri dengan penuh percaya diri di depan para tokoh dan pejabat penting AS tersebut? Dia adalah Amanda Gorman, perempuan asal Los Angeles, California. Usianya baru menginjak 22 tahun.

Perlu Bunda ketahui, Amanda Gorman dipilih oleh Ibu Negara AS yang baru, Dr. Jill Biden, untuk membacakan puisi di acara pelantikan sang suami. Amanda Gorman bukan penyair pertama yang membaca puisi di acara pelantikan Presiden AS.

Sebelumnya ada Maya Angelou yang membacakan puisi berjudul On the Pulse of Morning di acara pelantikan Presiden Bill Clinton pada tahun 1993. Adapun penyair pertama yang membawakan puisi dalam acara pelantikan Presiden AS adalah Robert Frost. Ketika itu ia membaca puisi pada acara pelantikan John F. Kennedy tahun 1961.

Meski demikian, Amanda Gorman, menorehkan sejarah sebagai penyair termuda yang tampil di acara pelantikan Presiden AS. Hebat ya, Bunda.

Nah, ada banyak fakta menarik tentang Amanda Gorman yang banyak orang belum tahu. Salah satunya, dia menerima penghargaan dari College Women of the Year dan Webbys.

Berikut ini beberapa hal yang jarang orang ketahui tentangnya dirangkum dari berbagai sumber. Klik halaman berikut ya, Bunda.

Simak juga video profil Kamal Harris:

[Gambas:Video Haibunda]

Fakta Menarik Amanda Gorman yang Curi Perhatian di Pelantikan Joe Biden

Amanda Gorman/ Foto: Getty Images

1. Pemenang penyair muda AS di usia 19

Lahir dan dibesarkan di Los Angeles, Amanda Gorman menemukan bakatnya dalam puisi ketika dia masih sangat muda. Seorang guru kelas tiga menarik perhatiannya dengan puisi Ray Bradbury berjudul Dandelion Wine. Ia juga menghabiskan hampir setiap saat untuk menulis jurnal.

Dengan cepat, ia mendapatkan perhatian dengan karyanya tentang ras, feminisme, dan perjuangan untuk hak-hak sipil. Dia dinobatkan sebagai Pemenang Penyair Muda Los Angeles pada tahun 2014, dan menerbitkan koleksi puisi pertamanya, "The One for Whom Food Is Not Enough," di 2015.

Kemudian, saat belajar sosiologi di Harvard, ia dinobatkan sebagai Pemenang Penyair Pemuda Nasional pertama di Amerika Serikat.

2. Puisi lah yang mengatasi kesulitan berbicaranya

Saat pertama kali jatuh cinta dengan puisi, Amanda Gorman kemudian beralih ke menulis untuk mengatasi kesulitan bicaranya. Mirip dengan bagaimana Presiden Joe Biden tumbuh dengan gagap, Gorman mengalami kesulitan mengucapkan suara tertentu.

"Saya tidak melihat kecacatan saya sebagai kelemahan. Itu membuat saya menjadi pemain yang saya dan pendongeng yang saya perjuangkan," kata Gorman kepada Los Angeles Times.

"Ketika Anda harus mengajari diri Anda sendiri bagaimana mengucapkan suara, ketika Anda harus sangat memperhatikan pengucapan, itu memberi Anda kesadaran tertentu tentang sonik, pengalaman pendengaran," ujarnya.