Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Misteri Kaki Busuk Kehitaman Pada Pasien COVID-19, Simak Penjelasannya Bun

Annisa Afani   |   HaiBunda

Jumat, 13 Aug 2021 09:00 WIB

Corona Virus test report Stock Image, Test tube
Ilustrasi COVID-19/Foto: Getty Images/iStockphoto/Richard Maguluko

Masalah yang dihadapi oleh pasien COVID-19 beragam, Bunda. Belum lama ini, soal kaki yang menghitam dan membusuk menjadi perbincangan hangat di kalangan publik.

Terkait hal tersebut, sebetulnya ada beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab. Di antaranya karena penyumbatan pada pembuluh darah arteri dan vena.

Dijelaskan dr. Vito Anggarino Damay, kedua pembuluh ini memiliki fungsi amat vital dalam tubuh. Dokter spesialis Jantung dan Pembuluh Darah itu juga memaparkan bahwa jika ada penyumbatan, maka dapat menyebabkan pembusukan seperti halnya yang dialami oleh beberapa pasien COVID-19.

"Misteri pembusukan kaki pada pasien COVID-19, hal ini disebabkan karena adanya pembekuan darah pada arteri atau vena," bukanya, dikutip dari akun Instagram @doktervito pada Kamis (12/8/2021).

Lebih lanjut, ia pun memaparkan fungsi dari kedua pembuluh darah tersebut. "Pembuluh arteri membawa darah bersih ke seluruh tubuh termasuk kaki dan pembuluh vena membawa darah kotor ke jantung untuk diproses agar bersih kembali."

"Apabila terdapat penyumbatan di kedua pembuluh darah ini, maka dapat berpotensi mengakibatkan kaki menghitam, membengkak, dan menyebabkan kaki membusuk," sambungnya.

Kemudian, dr Vito mengatakan bahwa memang COVID-19 dapat menyebabkan kejadian tersebut. Ini umumnya terjadi pada pasien dengan komorbid.

"Virus COVID-19, yakni SARS-CoV-2 menyebabkan kerusakan pada bagian dalam pembuluh darah serta pembekuan-pembekuan, terutama pada orang-orang yang memiliki faktor komorbid seperti obesitas, hipertensi, atau penyakit jantung."

"Masalahnya, orang-orang enggak tahu bahwa mereka punya komorbid tersebut," tuturnya.

Untuk mengetahui kondisi tersebut, dapat dilakukan dengan pemeriksaan secara klinis, yakni oxitey atau alat untuk mengukur saturasi oksigen dalam tubuh. Ini berguna untuk mengetahui lebih cepat agar pasien dapat diberi tindakan dengan tepat lho, Bunda.

"Dugaan pembekuan darah ini dapat diketahui usai pemeriksaan secara klinis, juga dibantu dengan oximetry. Alat saturasi oksigen enggak cuma bisa dipakai di tangan, tapi juga di kaki untuk mengetahui apakah aliran darah yang berisi oksigen cukup di jari-jari kaki," ungkapnya.

Tak hanya oximetry, mendiagnosis hal tersebut juga bisa dilakukan dengan cara lainnya, mulai dari USG hingga katerisari. "Selain itu, penyumbatan pada arteri dan vena juga dapat diketahui dari USG pembuluh darah, CT Scan, MRI, atau pun kateterisasi seperti pada jantung," tuturnya.

Selama ini, beberapa pasien memang mendapat resep obat yang berfungsi untuk mengencerkan darah, Bunda. Bukan tanpa alasan, hal tersebut diharapkan agar adanya sumbatan dalam pembuluh darah dapat terbuka, sehingga tak menimbulkan masalah baru.

"Obat pengencer darah diharapkan dapat membuka sumbatan tersebut," katanya lagi.

Simak informasi terkait COVID-19 lainnya di halaman berikut ya, Bunda.

Tonton juga empat cara atasi stres akibat COVID-19 pada Bunda menyusui dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

LARANGAN PASIEN COVID-19 KONSUMSI MI INSTAN SELAMA MASA PENYEMBUHAN

a bowl of noodles

Ilustrasi mi instan/Foto: Getty Images/iStockphoto/Supersmario

Selain komorbid, hendaknya Bunda juga memerhatikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang selama penyembuhan COVID-19. Sat mendapat perawatan di rumah sakit,  makanan senantiasa terjaga. Berbeda dengan pasien yang melakukan isolasi mandiri di rumah.

Selama isoman, ada beberapa makanan yang sebaiknya tidak diberikan, salah satunya adalah mi instan.

"Pada pasien yang melakukan isolasi mandiri, penting untuk memerhatikan kecukupan nutrisi agar lebih cepat sembuh dari COVID-19. Ada beberapa makanan yang sebaiknya dihindari, agar tak memperburuk gejala," tutur Winda Ekayanti, MND, APD selaku Ahli Gizi.

Selama menjalani isolasi mandiri, pastikan agar pasien tidak mengonsumsi makanan instan seperti mi instan, ya. Ini karena makanan dalam kemasan tersebut mengandung kalori yang tinggi, namun rendah akan nutrisi, tinggi gula, lemak, dan garam. Sehingga dinilai tak baik bagi tubuh, Bunda. Dengan alasan tersebut, maka makanan instan amat tidak disarankan dikonsumsi orang yang positif COVID-19.

Selain itu, menurut dr. Gorga I.V.W Udjung, Sp. OG dari RSIA Bunda, Jakarta, dalam bumbu mi instan mengandung garam atau sodium yang tinggi. Ditambah adanya zat adiktif lain seperti pengawet, pewarna, dan perasa agar makanan lebih tahan lama dan memiliki rasa enak.

Sedangkan salah satu zat yang dianggap berbahaya dalam mi instan adalah MSG atau Monosodium Glutamat yang sering digunakan sebagai tambahan untuk penyedap makanan agar rasanya lebih gurih. Kandungan garam tinggi memang tidak baik bila dikonsumsi berlebihan. Apalagi untuk pasien COVID-19 yang masih dalam masa penyembuhan, Bunda.

"Mi instan merupakan sumber karbohidrat yang dapat memicu peningkatan kadar gula dalam darah, tetapi juga dapat menurun dengan cepat. Nah, penurunan kadar gula darah inilah yang menyebabkan kita merasa lapar lagi. Kalau hanya mengonsumsi karbohidrat tanpa protein dan lemak (nutrisi yang seimbang), tubuh akan terasa lebih cepat lapar dan lemas," terang Gorga beberapa waktu lalu.

Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.

MAKANAN YANG DISARANKAN BAGI PASIEN COVID-19

7 Cara Mudah Membuat Makanan Lebih Sehat Menurut Ahli Gizi

ilustrasi makanan sehat/Foto: iStock

Bagi pasien COVID-19 yang berada dalam masa penyembuhan, ada beberapa jenis makanan yang perlu untuk dikonsumsi. Apa saja? Berikut di antaranya:

1. Tinggi protein

Makanan dengan protein yang tinggi amat dibutuhkan oleh tubuh. Ini berguna untuk memperbaiki sel tubuh yang rusak karena terserang virus. Selain itu, ini juga berfungsi sebagai zat pembangun sel serta bisa menjaga sel imun tubuh.

Protein hewani dan nabati yang perlu dipenuhi yakni dengan total 60-120gram per hari. Di antaranya seperti daging merah, ikan, ayam, telur, dan produk susu.

Susu sapi boleh dikonsumsi dalam satu hari maksimal 0,5 liter atau 500 ml. Sementara protein nabati bisa didapatkan dari kacang-kacangan.

Makan kacang-kacangan juga boleh, namun diusahakan tidak digoreng. Akan lebih bagus jika yang masih natural atau disangrai (roasted) dengan porsi sekali makan yaitu 30 gram.

Sumber protein lain yang bagus dikonsumsi dalam masa penyembuhan COVID-19 adalah omega-6 dari lemak nabati. Sumber makanan ini adalah minyak-minyak yang berasal dari biji-bijian atau tumbuhan. Beberapa di antaranya yakni biji bunga matahari, kelapa sawit, minyak biji kapas (cotton seed oil) yang sering dipakai untuk memasak dengan suhu tinggi, minyak jagung dan minyak kacang kedelai.

2. Mengandung vitamin dan mineral

Makanan tinggi vitamin dan mineral juga bagus dikonsumsi selama masa penyembuhan. Makanan ini terdapat dari sumber nabati, sayur dan buah-buahan. WHO menyarankan pasien COVID-19 mengonsumsi makanan seimbang, yang terdiri dari buah-buahan sekitar 2 porsi dan sayuran sekitar 5 porsi per hari.

Bunda dapat mengonsumsi sayuran hijau, polong-polongan, dan berbagai jenis buah-buahan. Pastikan buah tersebut tidak mengandung kadar gula tinggi, makanan kaleng, atau buah kering. Konsumsi buah sangat bermanfaat karena mengandung vitamin, mineral dan cairan yang dibutuhkan tubuh.

"Selama masa penyembuhan, disarankan untuk tetap memerhatikan asupan suplemen tertentu, misalnya vitamin C, D, E, dan Zinc. Biasanya orang yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman) sudah mendapatkan resep multivitamin ini," pesan Winda.

3. Mengandung karbohidrat kompleks

Bunda juga bisa menyajikan makanan dengan kandungan karbohidrat kompleks untuk pasien COVID-19. Sumber karbohidrat kompleks ini ada di biji-bijian dan umbi-umbian, seperti beras, singkong, talas, kentang, dan oat gandum.

"Beberapa makanan tersebut mengandung serat yang baik untuk mikrobioma usus atau bakteri baik di sistem pencernaan," ungkap Winda.

4. Penuhi kebutuhan cairan

Selain makanan bergizi, kita juga perlu memenuhi asupan cairan saat terinfeksi virus COVID-19. Cairan yang terbaik adalah minum air putih atau yang tidak mengandung kalori.

Tak hanya minum air, kebutuhan cairan juga dapat dipenuhi dengan minum susu atau sayuran berkuah, seperti sup. Jika ingin minum susu, maka pilihlah yang susu rendah lemak atau skim.

Selain susu dan air putih, Bunda juga bisa minum air kelapa atau air madu. Air kelapa muda mengandung elektrolit dan gulanya rendah, sehingga aman dikonsumsi saat terpapar COVID-19. Sementara madu bisa dikonsumsi minimal 2 sendok teh dan dilarutkan dalam air.

Perlu diingat, konsumsi madu tidak disarankan berlebihan. Ini karena madu mengandung gula dan kalori yang tinggi, sehingga tak perlu minum madu atau air larutan madu setiap hari.

Selain itu, alternatif lainnya bisa dengan meminum teh hijau dan infused water yang ditambahkan potongan buah-buahan atau empon-empon campuran rempah seperti jahe dan kayu manis.

"Penting diingat bahwa orang dewasa membutuhkan sekitar 2,5 liter cairan setiap hari," pesan Winda.


(AFN)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda