Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Gejala Omicron Tak Semematikan Delta, Ini Penjelasan Dokter Paru

Tim HaiBunda   |   HaiBunda

Jumat, 04 Feb 2022 14:17 WIB

Virus In Red Background - Microbiology And Virology Concept
Ilustrasi virus Omicron/ Foto: Getty Images/iStockphoto/loops7
Jakarta -

Konfirmasi positif COVID-19 di Indonesia terus mengalami kenaikan, Bunda. Data per hari Kamis (3/2/2022) menunjukkan konfirmasi positif di Indonesia menembus angka 27.197, tertinggi sejak diumumkannya konfirmasi Omicron pertama di Indonesia.

Meski demikian, gejala omicron disebut tidak separah dengan pasien yang terinfeksi COVID-19 varian Delta. Ahli ungkap kenapa varian Delta lebih mematikan daripada yang dialami pada orang dengan Omicron.

Varian Delta menimbulkan gejala seperti demam, batuk, sesak napas, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, kehilangan indera penciuman (anosmia), sakit tenggorokan, muntah, diare, dan hidung tersumbat atau pilek.

Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) mengungkapkan hasil studi HKUMed Hong Kong soal laju infeksi serta replikasi di saluran pernapasan dan paru. Pada saluran pernapasan atau bronkus, Omicron punya laju infeksi dan replikasi 70 kali lebih tinggi dibandingkan Delta dan varian awal.

"Inilah kenapa gejala-gejala Omicron itu banyaknya berurusan dengan saluran napas. Apa itu, batuk, nyeri tenggorok, gatal di tenggorok, kemudian hidung tersumbat, pilek atau rinore," kata Erlina dalam Seminar Daring berjudul Super-immunity and Implication on New Variant of COVID-19, beberapa waktu lalu.

Sementara pada paru, menunjukkan hal sebaliknya. Dilaporkan Omicron 10 kali lebih rendah dari varian awal, yang menyebabkan jarang ada gejala sesak napas dan demam tinggi dari pasien yang terinfeksi varian ini.

"Inilah yang bisa menjelaskan kenapa gejala-gejala yang melibatkan radang di paru seperti sesak napas, demam yang tinggi, itu kurang karena memang replikasi di jaringan paru 10 lebih rendah dibandingkan yang lain," tutur Erlina.

TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.

[Gambas:Video Haibunda]



(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda