Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Putriku Kejang hingga Koma di Ruang PICU, Aku Sangat Rindu Keceriaanmu

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Rabu, 27 Dec 2023 18:30 WIB

Mother hand holding sick daughter hand who have IV solution bandaged with love and care while she is sleeping on bed in the hospital
Ilustrasi Cerita Bunda: Putriku Kejang hingga Koma di Ruang PICU, Aku Sangat Rindu Keceriaanmu/ Foto: iStockphoto/Sasiistock
Jakarta -

#HaiBunda Keiko, putri kecilku yang berusia 4 tahun. Awalnya, dia tumbuh sehat dan ceria. Tapi saat usia 1 tahun, dia demam disertai kejang bahkan sehari bisa sampai 4 kali. Aku panik! Langsung saja ku bawa dia ke rumah sakit.

Bulan berikutnya, Keiko kejang lagi dan kami bawa ke rumah sakit. Diagnosa dokter: putriku epilepsi. Dokter menyarankan EEG (Elektroensefalogram) tapi hasilnya nggak ditemukan gelombang epilepsi. Kondisinya masih sehat, pertumbuhan pun selayaknya anak seusianya.

Akhirnya, Keiko jalani terapi selama 2 tahun. Alhamdulillah, pengobatan sudah berjalan 1,5 tahun dan tak pernah kejang lagi. Dia sehat, bermain sepeda sama teman-temannya, bisa makan sendiri, semua hal kecil juga bisa dilakukan sendiri.

Lalu pada akhir September, Keiko batuk disertai demam. Ku bawa ke IGD dan minum obat selama 3 hari. Karena batuk berdahak nggak reda juga, ku bawa lagi ke rumah sakit. Tapi, setelah dicek darah boleh pulang karena hasilnya normal.

Tak disangka saat dini hari, napas Keiko tersengal-sengal. Tanpa pikir panjang, ku gendong putri kecilku menembus kegelapan saat jam 2 pagi. Waktu itu, suamiku lagi kerja shift malam.

Sampai di IGD, dokter menyatakan kondisi Keiko kritis. Entah berapa banyak jarum infus ditusukkan di tangan dan kakinya. Napasnya makin tersengal dan harus dipindahkan ke ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit).

Selama 10 jam di PICU tak membaik dan hasil rontgen menunjukkan pneumonia. Dokter menjelaskan, Keiko harus dirujuk ke rumah sakit besar dan harus dipasang ventilator. Hatiku rasanya hancur! Air mataku pun terus mengalir.

Keiko diinfus bicnat untuk mencegah gagal napas, tapi jadi muncul luka bakar. Jam 9 malam, Keiko dirujuk ke RS besar. Selang dan kabel menyelimuti tubuh mungilnya. Aku tak kuasa melihat putri kecilku yang selalu ceria kini terbaring tak berdaya.

Ventilator terpasang di mulutnya, jantungnya pun sempat terhenti. Tak hentinya ku mohon agar putriku sehat kembali. Tuhan pun mendengar doaku, setelah 3 minggu akhirnya Keiko membuka matanya.

Tapi, padangannya kosong. Tubuh mungil yang dulu lincah sekarang kaku, tangan yang dulu selalu menyentuh pipiku sebelum tidur kini kaku. Aku tak tahan mendengar penjelasan dokter, Keiko mengidap cerebral palsy.

Tangan yang diinfus bicnat terkelupas kulitnya, sampai harus dilakukan pembedahan karena lukanya cukup dalam. Aku pun heran, kenapa mata Keiko melihat ke atas? Ku tanya perawat, katanya karena kejang.

Astaghfirullah... Keiko kejang lagi! Putri kecilku masih terbaring lemah, canda tawa, tangisan, keceriaan, celotehannya yang lucu telah hilang. Dulu, dia sudah bisa makan dan minum sendiri, sekarang terpasang selang NGT di hidungnya.

Ya Tuhan... Hatiku hancur! Kenapa semua hilang dari putriku? Hanya secercah harapan aku mohon sehatkan putriku, meski tak bisa normal seperti dulu. Berikan kekuatan untuk putriku, aku rindu canda tawa, tangisan, dan suaranya. :(

-Bunda Dewi, Jakarta-

Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke Bubun, kirimkan lewat email [email protected]. Cerita terbaik akan mendapat hadiah menarik dari HaiBunda.

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda