Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Dear Ibuku, Nilai Raport Cucumu Tidaklah Sempurna dan Apa Salahnya?

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Jumat, 22 Dec 2023 19:05 WIB

Mental health, girl and window for stress, thinking and depressed in home. Depression, black child and unhappy looking sad, anxiety and frustrated with suffering, disappointed and foster female kid.
Ilustrasi Cerita Bunda: Dear Ibuku, Nilai Raport Cucumu Tidaklah Sempurna dan Apa Salahnya?/ Foto: iStock/AlexanderFord
Jakarta -

#HaiBunda aku seorang ibu yang punya tiga anak. Si Sulung sudah kelas 5 SD, anak kedua kelas 4 SD, dan anak bungsu belum sekolah. Kedua anak perempuan kami sekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) penghafal Al Qur'an.

Grade sekolah ini lumayan bagus di kota tempat kami tinggal. Alhamdulillah, selama ini aku menerapkan pola asuh komunikasi terbuka dua arah dengan anak-anak. Hanya saja, kami nggak tinggal satu atap lagi dengan ayah kandung mereka.

Kami tinggal di rumah orang tuaku. Meski begitu, Alhamdulillah mereka tumbuh dengan baik, nyaman bercerita dan diskusi tentang segala hal yang dialami di sekolah dan di rumah. Cerita apa pun, baik yang menyenangkan ataupun tidak.

Nah, beberapa hari lalu, Si Sulung dan anak tengah menerima raport semester 1. Di sela-sela waktu bekerja, aku sempatkan mengambil raport mereka di sekolah. Jadi, aku bisa komunikasi langsung dengan Wali Kelas tentang perkembangan mereka.

Meski mereka nggak ada dalam daftar 10 besar, aku tetap bangga dan berterima kasih atas usaha serta pencapaian mereka di sekolah. Alhamdulillah, satu kebahagiaan bagiku saat mereka bisa fokus menuntut ilmu agama dan pelajaran lain di sekolah.

Padahal, sejak usia dini, mereka sudah harus terlibat dalam segala badai rumah tangga yang dihadapi Ibu dan Ayahnya. Wali Kelas mereka pun memberikan apresiasi positif atas pencapaian akademis dan akhlak mereka di sekolah.

Bukankah esensi belajar itu termasuk perubahan tingkah laku jadi lebih baik? Tak melulu soal pencapaian deretan angka-angka untuk dianggap sempurna. Sayangnya, berbeda dengan respons Ibu dan adikku.

"Ini si Kakak, lihat aja nih nilainya pada turun ya, rata-ratanya. Kenapa begini sih?" tanya Ibu.

Adikku menimpali, "Iya, dia main HP terus kayaknya. Tapi kalau kita ingatkan, bilangnya nilai bukan lah segalanya."

Ya, nilai rata-rata memang turun dari 96,8 jadi 90,0. Mungkin karena dulu saat sekolah, aku selalu juara kelas dan orang tuaku juga guru, jadi anak-anak dituntut dapat nilai sempurna juga.

Sangat disayangkan, anak-anak seusia mereka harus menghadapi komentar seperti itu. Sejatinya, nilai bukan lah sepenuhnya menggambarkan perjuangan belajar mereka. Aku juga ingin minta maaf pada Ibu dan semua yang diangkat dalam tulisan ini.

"Nek, cucumu bukan manusia sempurna. Terima lah kelebihan dan kekurangannya, sembari mohon doa kebaikan untuk mereka..."

-Bunda Haz, Pangkalpinang-

Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke Bubun, kirimkan lewat email [email protected]. Cerita terbaik akan mendapat hadiah menarik dari HaiBunda.

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda