HaiBunda

HAIBUNDA SQUAD

Tantangan Bunda Nina 22 Th Besarkan Putra dengan ASD, Bukan cuma Lingkungan & Biaya tapi...

Pritadanes   |   HaiBunda

Rabu, 25 Sep 2024 13:05 WIB
Tantangan Bunda Nina 22 Th Besarkan Putra dengan ASD, Bukan cuma Lingkungan atau Biaya tapi.../Foto: Instagram@zidan_autismdiary
Jakarta -

Setiap anak merupakan anugerah pemberian Tuhan. Kehadirannya akan menjadi sebuah kebahagiaan dan berkah tersendiri bagi para Bunda dan Ayah. Orang tua pun tentu memiliki tantangan dan cerita masing-masing dalam membesarkan Si Kecil. Semua itu demi satu harapan, menjadikan anak-anak kita siap untuk menjalani hidup mereka dengan baik kelak.

Kisah inspiratif dan menyentuh hati datang dari seorang Bunda yang memiliki anak dengan autism spectrum disorder atau ASD. Bunda bernama Nina Rukmina Dewi Sumantri, S.Pd., M.M ini telah membesarkan sang putra dengan ASD non verbal selama 22 tahun hingga dewasa. Sang putra yang bernama Zidan itu pun kini tumbuh sehat dan mengalami perkembangan yang luar biasa.

Bunda yang akrab disapa Nina ini merupakan seorang konselor pendidikan, remaja, dan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus bernama Zidan, yang usianya kini sudah 22 tahun. Bunda Nina dikenal sangat inspiratif karena sering membagikan pengalaman membesarkan anak dengan autisme, lewat konten media sosial.


Melalui momen Temu Bubun Online bertema "We Can Raise Our Special Kids" di WA Group ABK HaiBunda Squad pada Selasa, 24 September 2024, ia bercerita tentang suka dan duka yang ia alami selama membesarkan Zidan, termasuk berbagai tantangan yang dihadapi.

Bunda Nina berkisah saat lahir, Zidan sempat kuning karena bilirubin tinggi. Setelah itu, Zidan bahkan dirawat sekitar satu minggu sebelum diperbolehkan pulang oleh dokter. Sampai usia dua tahun, tumbuh kembang pun tergolong Zidan normal, ada kontak mata dan sempat bisa mengucapkan beberapa kata, seperti 'mama, minta, dan terima kasih'.

Tak hanya itu, Bunda Nina juga memberikan ASI penuh pada Zidan hingga 2 tahun. "Alhamdulillah ASI Zidan saya cukupkan hingga usia 2 tahun," ucapnya. Perubahan Zidan cukup terasa ketika selesai disapih dan mulai mengonsumsi berbagai jenis makanan. "Semenjak itu, Zidan lebih aktif dan kurang fokus, senang lari-lari dan manjat. Kalau jatuh seperti tidak merasa sakit," kisahnya.

Semula ia menganggapnya biasa saja, tapi mulai waspada ketika anak-anak seusia Zidan sudah mulai menunjukkan perkembangan dan mampu bicara komunikasi dua arah. Dengan latar belakang ilmu psikologi anak, Bunda Nina pun segera memeriksakan Zidan ke dokter dan psikolog.

Trauma terapi

Mendapat diagnosis awal ADHD dari psikolog, Zidan pun menjalani terapi bicara, okupasi dan sensori integrasi bahkan diet sesuai saran dokter. Sekitar usia 4 tahun, Zidan menjalani terapi akupunktur di Jakarta oleh seorang profesor yang dikenal bisa menyembuhkan banyak anak autis, bahkan punya siaran khusus rutin di salah satu stasiun TV pada saat itu.

Namun, ada metode terapi yang menggunakan arus listrik membuat Zidan merasa kesakitan. "Karena terapinya menyakitkan, Zidan jadi trauma dan setelah itu Zidan yang hiperaktif berubah jadi hipoaktif tidak mau interaksi dengan lingkungan luar sama sekali," ucap Bunda Nina.

Setelah itu, Zidan enggan untuk kontak mata dan semua kemampuan kognitifnya seperti hilang, tidak mampu meniru dan sangat pasif.

Usia sekolah

Memasuki usia sekolah saat 5 tahun, Zidan sempat masuk TK reguler tapi sama sekali tidak bisa mengikuti dan tak mau interaksi. Setelah itu, Zidan tidak melanjutkan ke sekolah SD reguler karena tidak ada sekolah yang mau menerima. Di sisi lain, SLB pun dirasa Bunda Nina kurang pas untuk Zidan.

Zidan pun melanjutkan ke berbagai sekolah dan terapi hingga akhirnya sag Bunda memutuskan melakukan home program sendiri di rumah. "Saya mencoba beberapa home program yang saya laksanakan sendiri untuk Zidan di rumah. Dua tahun lalu Saya resign dari mengajar di SMA Al-Azhar dan full di rumah mendampingi Zidan," jelasnya.

Beragam tantangan selama membesarkan Zidan

Bunda Nina kemudian menceritakan apa saja tantangan yang ia hadapi selama 22 tahun membesarkan Zidan. "Saat Zidan kecil dulu, pemahaman orang-orang tentang autistik belum seperti sekarang. Anak autistik sering disamakan dengan kelainan jiwa. Tak jarang pula Zidan disebut gila karena perilaku nya yang aneh," kisahnya.

Adapun tantangan lain yang ia hadapi yaitu:

1. Menjaga keharmonisan dengan pasangan

Tantangan lain juga adalah ketika tetap menjaga keharmonisan hubungan dengan pasangan. Pasalnya, kondisi anak dapat membuat kita dan pasangan merasa stres dan sensitif. "Kadang jika tidak pandai menahan diri dapat sering terjadi pertengkaran dengan pasangan," ucapnya.

2. Lelah secara fisik

Tantangan besar juga adalah melawan rasa lelah fisik karena kegiatan mendampingi anak spesial jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan mendampingi anak tipikal.
"Tantangan besar juga adalah ketika Zidan memiliki adik, bagaimana menjaga hubungan harmonis di antara mereka, menjaga adik-adik tetap percaya diri walau memiliki kakak istimewa," kata Bunda Nina.

3. Lingkungan

Bunda Nina juga terus berupaya membuat keluarga besar bisa menerima Zidan. "Karena masih ada juga yang malu dengan adanya Zidan yang dianggap aib keluarga," tambahnya.

4. Biaya

Tantangan besar lain juga adalah perihal ekonomi. Pasalnya, biaya pendidikan dan konsumsi anak autistik lebih besar daripada anak-anak pada umumnya.

5. Optimalkan kemampuan anak

Mengoptimalkan kemampuan Zidan dengan segala keterbatasannya juga merupakan prioritas bagi Bunda Nina. Sehingga kelak, sang putra bisa lebih mandiri dan tidak bergantung orang-orang di sekitarnya.

Alami burnout

Lalu bagaimana Bunda Nina menghadapi semua tantangan tersebut selama ini? "Berdamai dengan diri sendiri, merendahkan ekspektasi, dan tetap tenang menghadapi segala situasi terutama menghadapi sentimen negatif dari lingkungan," ujarnya.

Meski begitu, Bunda Nina mengaku seperti yang lainnya ia juga kerap mengalami burnout. "Burnout sering sekali. Apalagi dulu waktu Zidan kecil. Rasanya dunia kelabu seperti tidak ada matahari," ucapnya.

Kalau sedang burnout, Bunda Nina menyarankan agar menarik diri dulu. Berikan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan menenangkan diri. "Kalau saya pribadi jika merasa burnout biasanya pertanda hubungan saya dengan Allah sedang kurang baik. Banyak lalai dalam menjaga ketaatan kepada Nya," tambahnya

Bunda Nina mengaku mudah burnout ketika merasa harapan terhadap Zidan tak kunjung tercapai, "Ketika segala ekspektasi diturunkan dan bersikap lebih realistis juga tidak membandingkan kehidupan kita dengan orang lain, ternyata lebih mudah lho terhindar dari burnout," tambahnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

Tips Menumbuhkan Empati pada Anak Melalui Permainan dan Cerita

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Tampil Beda! Adinia Wirasti dan Suami Bule Kenakan Pakaian Adat Jawa, Ini 5 Potretnya

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Dua Kali Melahirkan Pervaginam, Acha Sinaga Sulit Berjalan Pasca Persalinan Caesar Anak Ketiga

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

5 Potret Romantis Pevita Pearce Liburan Naik Yacht Bareng Suami

Mom's Life Ajeng Pratiwi & Randu Gede

Ternyata Ini Alasan Jatuh di Kamar Mandi Bisa Berakibat Fatal untuk Kesehatan

Mom's Life Annisa Karnesyia

Contoh Budget Bulanan dari Pakar, Bantu Cegah Pengeluaran Membengkak

Mom's Life Amira Salsabila

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Usia Berapa Anak Mulai Ingat Kenangan Manis saat Liburan?

Semarak Pentas Kampung Seruni 'JUMBO' Hadir 10 Juli 2025 di Trans Studio Cibubur

Tampil Beda! Adinia Wirasti dan Suami Bule Kenakan Pakaian Adat Jawa, Ini 5 Potretnya

Contoh Budget Bulanan dari Pakar, Bantu Cegah Pengeluaran Membengkak

Innalillahi...Direktur RS Indonesia dr Marwan Al Sultan di Gaza Tewas Diserang Israel

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK