Jakarta -
Para peneliti menemukan jika penyebab autisme bukan hanya faktor lingkungan. Penelitian di Inggris menemukan jika peningkatan kadar hormon seks di dalam rahim berperan dalam risiko terjadinya autisme.
Melansir dari
WebMD, studi sebelumnya telah meneliti tentang hormon seks pria, androgen, dalam meningkatkan kemungkinan gangguan autisme. Temuan ini membantu menjelaskan mengapa autisme lebih sering terjadi pada anak laki-laki, Bun.
Namun, penelitian terbaru dari Cambridge mendapatkan hal baru. Paparan hormon estrogen yang tinggi di dalam rahim dapat meningkatkan kemungkinan anak lahir dengan autisme.
Dalam studi ini, Simon Baron-Cohen dan rekan-rekannya menguji sampel cairan ketuban dari 98 wanita. Semua wanita yang diteliti ini memiliki gangguan spektrum autisme.
Para peneliti melihat secara spesifik kadar amniotik dari empat hormon yang mirip estrogen. Lalu, 98 orang ini kemudian dibandingkan dengan sampel amniotik dari 177 orang yang tidak memiliki gangguan. Ditemukan hubungan kadar estrogen dengan autisme yang kuat dibandingkan penelitian pada hormon seks pria.
"Temuan ini mendukung gagasan bahwa peningkatan hormon steroid seks prenatal menjadi salah satu penyebab kondisi autisme," kata Baron-Cohen.
"Genetika bisa menjadi penyebab lainnya. Hormon ini kemungkinan berinteraksi dengan faktor genetik untuk memengaruhi perkembangan otak janin," sambungnya.
 Ilustrasi hasil USG/ Foto: iStock |
Studi ini lantas dikomentar pakar autisme, Dr.Ruth Milanaik. Dia setuju jika tidak ada penyebab tunggal autisme.
"Studi ini membawa kita selangkah lebih dekat untuk memahami akar penyebab masalah, tapi semuanya bukan penyebab pasti. Penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk memahami hasil temuan ini," ujarnya.
Baron-Cohen sendiri menegaskan jika penelitian ini bukan untuk mencegah atau mengukur risiko di masa depan. Tapi untuk memahami lebih mendalam tentang autisme.
Peneliti bahkan belum menemukan penyebab kadar hormon estrogen meningkat dalam rahim. Hormon yang meningkat bisa berasal dari ibu, bayi, atau plasenta.
Dr.Alexa Pohl, anggota tim peneliti mengatakan, temuan ini cukup menarik, Bun. Mengingat peran estrogen dalam autisme sulit dipelajari.
"Kami berharap dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana kadar estrogen bisa berkontribusi pada perkembangan otak
janin. Kami juga perlu melihat apakah hasilnya juga berlaku pada wanita dengan autisme," jelas Pohl, dikutip dari
Science Daily.
Bunda, simak juga manfaat terapi lumba-lumba untuk anak penyandang autisme di video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(ank/rap)