Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Perlukah Jalani Prosedur Kuret Jika Mengalami Kehamilan Kosong?

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Rabu, 10 Jun 2020 09:15 WIB

Pregnant woman
Perlukah Jalani Prosedur Kuret Jika Mengalami Kehamilan Kosong?/ Foto: iStock
Jakarta -

Hamil kosong atau blighted ovum terjadi ketika embrio tidak atau berhenti berkembang. Kondisi ini juga sering disebut kehamilan anembrionik.

Dikutip dari Parents, ini disebut hamil kosong karena seorang wanita mengandung tetapi tanpa embrio yang sebenarnya. Telur yang dibuahi, mendorong tubuh untuk membuka jalan bagi janin dengan memompa keluar hormon kehamilan dan membentuk sebuah kantung.

Kantung tersebut terbentuk secara penuh. Wanita yang mengalami hamil kosong mendapatkan semua gejala kehamilan, tetapi tidak ada embrio yang berkembang.

Salah satu penanganan hamil kosong yang disarankan dokter adalah prosedur kuret. Namun, cara ini akan menyesuaikan kondisi si wanita, Bunda.

Banyak wanita menggugurkan sel telur secara alami tanpa intervensi atau penanganan apa pun. Jika seorang wanita sudah mulai pendarahan tetapi stabil, dokter mungkin menawarkan untuk melakukan kuret guna membersihkan lapisan jaringan rahim.

"Saya dengan hati-hati menasihati pasien tentang apa yang harus dilakukan dan ketika tak perlu untuk tinggal di rumah sakit. Seringkali akan pulih sendiri di rumah," kata dokter obgyn Octavia Cannon, D.O.

Apa pun proses yang dipilih, dokter kemungkinan besar akan meminta wanita melakukan tes darah mingguan untuk melacak kadar human chorionic gonadotropin (hCG), yaitu hormon kehamilan yang dihasilkan oleh plasenta.

Kebanyakan dokter tidak merekomendasikan kuret untuk keguguran dini. Mereka meyakini bahwa tubuh wanita dapat melewati jaringannya sendiri dan tidak perlu melakukan prosedur bedah invasif dengan risiko komplikasi.

Namun, prosedur kuret akan bermanfaat jika Bunda berencana untuk mengetahui alasan keguguran. Beberapa wanita merasakan prosedur ini membantu pemulihan secara mental dan fisik. Tapi, ada juga yang merasa ini adalah prosedur invasif yang membuat rasa kehilangan lebih traumatis.

Bicara soal prosedur kuret, sebenarnya cara ini tak selalu dibutuhkan untuk mengatasi kehamilan kosong. Robin Elise Weiss, PhD, MPH, asisten profesor dan penulis The Everything New Mother's First Year mengatakan, beberapa tubuh wanita akan memulai proses keguguran tanpa memerlukan operasi.

"Kuret biasanya merupakan operasi rawat jalan. Seluruh operasi berlangsung hanya beberapa menit," ujar Weiss, dilansir Very Well Family.

A female doctor and pregnant woman are inside a hospital room. The doctor is looking at a computer screen while performing an ultrasound.Ilustrasi wanita melakukan USG/ Foto: iStock

Risiko kuret cukup jarang ditemukan, tetapi dapat menyebabkan infeksi, perforasi rahim dan rasa sakit hebat. Sebagian besar wanita akan mengalami kram atau bercak setidaknya selama beberapa hari setelah operasi.

Menurut penulis buku After Miscarriage, Krissi Danielsson, kuret adalah prosedur pembedahan yang biasanya dilakukan setelah keguguran. Tujuannya untuk mengangkat jaringan yang tersisa dari uterus.

"Prosedurnya menggunakan alat berbentuk seperti sendok yang disebut kuret. Digunakan untuk mengikis lapisan dinding rahim dengan lembut," kata Danielsson.

Dalam beberapa kasus, prosedur ini masuk dalam tindakan medis. Terutama pada wanita yang mengalami perdarahan berat setelah keguguran.

"Kuret adalah cara tercepat untuk menghentikan pendarahan dan menghindari perkembangan hipovolemia (kehilangan banyak darah) dan anemia," ujarnya.

Selain kondisi tersebut, ada alasan lain seorang wanita menjalani prosedur kuret. Dilansir dari beberapa sumber, berikut alasannya:

1. Membersihkan jaringan yang berada di rahim setelah keguguran. Tujuannya untuk mencegah infeksi atau pendarahan hebat.

2. Menghilangkan kehamilan mola, di mana ada benjolan yang bukan kehamilan normal.

3. Menghilangkan polip serviks yang biasanya bersifat kanker jinak.

4. Mengobati pendarahan yang berlebihan setelah melahirkan dengan membersihkan semua plasenta yang tertinggal dalam rahim.

Nah, berikut prosedur selama dan sesudah kuret, mengutip Mayo Clinic:

Selama prosedur:

- Pasien akan tidur telentang di atas meja operasi dengan tumit yang bersandar pada penopang yang disebut sanggurdi.

- Dokter akan memasukkan alat yang disebut spekulum ke dalam vagina, seperti Pap test, untuk melihat serviks.

- Lalu akan dimasukkan alat ke dalam leher rahim untuk perlahan-lahan melebarkan serviks sampai terbuka.

- Dokter lalu mengeluarkan alat dilatasi dan memasukkan alat berbentuk seperti sendok untuk mengangkat jaringan di rahim.

Setelah operasi:

Setelah operasi, pasien dirawat untuk pemulihan anestesi. Dokter juga memantau untuk pendarahan hebat atau komplikasi lainnya. Jika pasien mendapatkan anestesi umum, mungkin terjadi mual atau muntah.

Efek samping normal dari prosedur kuret dapat berlangsung beberapa hari, di antaranya kram ringan dan bercak atau pendarahan ringan. Untuk mengatasi kram, dokter mungkin menyarankan pasien mengonsumsi ibuprofen (Advil, Motrin IB, dan yang lain) atau obat lainnya. Pasien bisa kembali beraktivitas normal dalam waktu satu atau dua hari.

Simak juga penjelasan ahli soal beda hamil anggur dan hamil di luar kandungan, di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/jue)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda