Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Hebat, Ibu 8 Anak Pilih Melahirkan di Rumah hingga Hutan Tanpa Bantuan Medis

Annisa Afani   |   HaiBunda

Sabtu, 29 Aug 2020 09:44 WIB

Silhouette of pregnant woman holding her abdomen in twilight
Hebat, Ibu 8 Anak Pilih Melahirkan di Rumah hingga Hutan Tanpa Bantuan Medis/ Foto: iStock
Jakarta -

Melahirkan menjadi momen yang menegangkan bagi seorang ibu. Mereka kebanyakan memilih untuk melahirkan di rumah sakit, dengan bantuan tenaga medis dan bius untuk meminimalisir rasa sakit, namun ibu satu ini memilih cara sebaliknya.

Ibu delapan anak asal Jerman bernama Sarah Schmid memilih untuk melahirkan buah hatinya, Johanna, Jonathan, Emanuel, Elisabeth, Konstanti, Kiran, serta bayi kembarnya Samuel dan Sarah di rumah dan hutan. Bahkan, tujuh dari anaknya dilahirkan tanpa bantuan tenaga medis, Bunda. Dia juga merekam proses melahirkan tersebut dan mengunggahnya di YouTube, lho.


Sarah melahirkan anak sulungnya pada September 2006 di rumahnya dengan bantuan bidan. Namun ternyata proses melahirkan tersebut membuatnya merasa tidak nyaman.

"Saya tidak suka dibantu bidan. Prosesnya kelahirannya lama dan menyakitkan. Saat itu memakan waktu hingga 15 jam," katanya, dikutip dari KidSpot.

Dengan pengalaman tersebut, Sarah pun memutuskan untuk tidak lagi melakukan proses persalinan dengan cara yang sama pada anaknya yang lain. Dia membekali diri dengan banyak membaca tentang kelahiran. Ternyata, Sarah sempat belajar ilmu kedokteran, sehingga ia cukup memahami teknis, detail, dan hal-hal yang mesti dilakukan dalam proses persalinan.

"Saya sempat belajar kedokteran untuk menjadi dokter meskipun kini akhirnya menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Saya juga telah banyak melihat orang melahirkan dan berpikir, 'saya tak bisa melakukan ini, ini tidak menenangkan'," ujarnya.

Pada 2008, dia melahirkan anak keduanya, Jonathan, di tengah hutan dekat rumahnya di Swedia. Dia melahirkan sendirian, Bunda.

"Saya bisa bersantai di luar. Saya bisa melihat langit, merasakan rumput di bawah kaki saya dan fokus. Saya merasa stres di rumah sakit. Saya menemukan hutan sangat santai, jadi saya pikir itu adalah tempat terbaik untuk melahirkan," tutur Sarah.

Sarah juga bercerita, kala akan melahirkan Jonathan, air ketubannya pecah sekitar pukul 23.00. Lalu, dia berjalan ke hutan pada pukul 01.30 dan melahirkan sekitar pukul 03.30 pagi sendirian tanpa ditemani oleh siapapun, termasuk suaminya, Tim.

Kala itu, Tim masih merasa cemas dan takut untuk melihat proses persalinan tanpa adanya bantuan tenaga medis, Bunda. Ia pun hanya menunggu dari jauh dan datang setelah bayinya lahir untuk mengabadikan buah hati mereka sebelum pulang dan tanpa ke rumah sakit.

Beberapa tahun kemudian, Sarah dan keluarganya pindah ke Prancis. Dua tahun kemudian, dia melahirkan anak ketiganya, Emanuel di halaman belakang rumahnya."Saya tidak keberatan Tim tidak ada di sana. Saya tahu dia memiliki ketakutan tentang kelahiran, terutama karena tidak dibantu (tenaga medis). Tetapi saya merasa saya harus menghadapi ketakutan saya sendiri terlebih dahulu," ucapnya.

Awalnya, Sarah ingin melahirkan Emanuel di dalam tenda yang terpasang di taman. Namun karena kontraksi yang begitu cepat dirasakan, kelahiran pun terjadi saat ia sedang berjalan menuju tenda.

"Saya ingin melahirkannya di sebuah tenda gaya Amerika asli yang kami pasang di taman. Tapi kemudian kelahiran itu terjadi begitu cepat, saya berhenti di tengah jalan dan melahirkan saat itu juga," kata dia.

Anak keempatnya, Elisabeth lahir pada 2012. Dia, lahir di ruang tamu karena saat itu cuaca sedang sangat dingin. Tim yang tidak lagi takut pun dapat membantu Sarah selama proses persalinan berlangsung.

Sedangkan anak kelima mereka, Konstantin yang lahir pada Februari 2015, awalnya direncanakan lahir dengan metode water birth. Namun karena Sarah tidak suka dengan posisi berbaring dan terlentang, maka dia memanfaatkan tangki air rumahnya sebagai sandaran dan pegangan saat melahirkan dengan posisi setengah berdiri.

Lalu anak keenam pada 2016 lalu, Kiran lahir di arena bermain rumah mereka, Bunda. Sarah hanya berpegangan pada tiang trampolin yang sebelumnya melakukan relaksasi menggunakan balancing ball.

Saat itu anak-anaknya yang lain ikut menonton proses persalinan Sarah lho, Bunda. "Mereka benar-benar bersemangat dan sama sekali tidak takut," kata Sarah.

Terakhir, kelahiran si kembar, Samuel dan Sarah pada April 2019 lalu. Keduanya lahir di tempat yang sama dengan Elizabeth, yakni ruang tamu. Kelahiran anak kembar Sarah hanya memakan waktu sekitar lima jam dengan bantuan suaminya.

"Suami saya menangkap si kembar, Samuel dan Sarah dari bawah saat dilahirkan," ucap dia.

Bagi Sarah, dia bahagia memiliki pengalaman free birthing dan tidak merasa keberatan membagikan video kelahiran anak-anaknya di YouTube.

"Saya ingin menunjukkan bahwa kelahiran bisa menjadi acara yang penuh sukacita dan damai dalam keluarga," ujarnya.

Sarah mengaku terinspirasi mengadopsi freebirthing setelah melakukan pelatihan menjadi dokter dan melihat orang melahirkan bayi di bangsal. Freebirthing adalah ibu yang melahirkan bayi tanpa bantuan tenaga medis.

Artinya, calon ibu yang memilih rencana kelahiran dan metode persalinan ini tidak akan dipantau secara klinis, mendapat obat penghilang rasa sakit atau penggunaan teknologi selama persalinan.

Bunda, simak juga kisah Ivy Batuta yang melahirkan sendirian saat berada di Amerika, dalam video Intimate Interview berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(jue/jue)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda