kehamilan
Fakta Seputar Hamil di Luar Kandungan yang Perlu Bunda Tahu
Jumat, 26 Feb 2021 17:24 WIB
Hamil di luar kandungan merupakan gangguan kehamilan yang bisa mengancam jiwa. Kondisi ini dikenal juga dengan kehamilan ektopik, Bunda.
Kehamilan ektopik terjadi saat sel telur yang telah dibuahi tumbuh di luar rahim ibu. Lebih dari 90 persen kasus, sel telur berada di tuba falopi.
Meski begitu, kehamilan ektopik juga bisa terjadi di area lain, seperti ovarium, rongga perut, atau bagian bawah rahim (leher rahim), yang terhubung ke vagina. Demikian seperti dikutip dari Mayo Clinic.
Kondisi kehamilan ini umumnya tidak dapat berjalan normal, Bunda. Sel telur yang telah dibuahi tidak dapat bertahan hidup dan jaringan yang tumbuh bisa mengancam jiwa jika tidak ditangani.
Hamil di luar kandungan bisa berbahaya ketika embrio berada di lokasi selain dinding rahim. Artinya, embrio tidak dapat berkembang secara normal.
Lokasi selain rahim tidak memiliki cukup ruang atau jaringan yang tepat untuk pertumbuhan embrio. Saat embrio tumbuh, dia bisa menyebabkan organ yang melekat padanya pecah, seperti tuba falopi atau ovarium.
Hal ini dapat menyebabkan pendarahan internal yang parah. Dalam beberapa kasus, ibu hamil mungkin bisa meninggal dunia.
"Rahim adalah organ yang unik dan dapat meregang sesuai pertumbuhan saat kehamilan. Tidak ada jaringan lain di tubuh yang memiliki kemampuan untuk tumbuh dan membawa bayi seberat empat kilogram atau kembar," kata dokter kandungan dan ginekolog, Dr. Jennifer Kickham, dilansir Live Science.
Penyebab dan Faktor risiko hamil di luar kandungan
Menurut Kicknam, penyebab hamil di luar kandungan tidak selalu jelas. Kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi riwayat medis sebelumnya dan faktor gaya hidup, Bunda. Melansir dari beberapa sumber, berikut beberapa penyebab dan faktor risiko hamil di luar kandungan:
1. Infeksi menular seksual, seperti gonore atau klamidia yang menyebabkan peradangan di saluran tuba falopi dan organ di sekitarnya
2. Ketidakseimbangan hormon
3. Kelainan genetik
4. Kondisi medis yang memengaruhi bentuk dan kondisi saluran tuba dan organ reproduksi
5. Faktor yang memperlambat pergerakan tuba falopi, seperti merokok
6. Pernah mengalami kehamilan ektopik
7. Perkembangan abnormal dari sel telur yang telah dibuahi
8. Perawatan kesuburan seperti bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF)
9. Penggunaan alat kontrasepsi
10. Pernah menjalani pembedahan di tuba falopi, operasi perut, atau aborsi
11. Berusia di atas 35 tahun
12. Memiliki riwayat penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID)
13. Memiliki riwayat sakit endometriosis.
Gejala hamil di luar kandungan
Munculnya rasa mual dan nyeri di payudara adalah gejala umum pada wanita yang hamil di luar kandungan. gejala biasanya muncul 6 hingga 10 minggu setelah periode menstruasi terlewat. Beberapa gejala lain hamil di luar kandungan adalah:
1. Nyeri yang tajam di perut, bahu, dan leher
2. Bercak atau pendarahan ringan hingga berat pada vagina
3. Pusing, lemas, dan pingsan karena kehilangan darah
4. Kram perut
5. Nyeri di satu sisi tubuh
Beberapa wanita mungkin tidak merasakan gejala apa pun. Gejala spesifik tergantung pada tempat darah terkumpul dan saraf mana yang mengalami iritasi. Segera ke dokter jika Bunda mengalami gejala seperti nyeri perut atau panggul disertai pendarahan di vagina, sakit bahu, atau sakit kepala hingga pingsan.
![]() |
Pemeriksaan dan diagnosis hamil di luar kandungan
Untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, tes darah akan dilakukan. Tes ini untuk menentukan kadar human chorionic gonadotropin (hCG), yakni hormon yang hanya ada saat seorang wanita hamil.
"Pada kehamilan normal, kadar hCG kira-kira akan berlipat ganda dalam periode 48 hingga 72 jam. Pada kehamilan ektopik, kadar akan meningkat lebih lambat," ujar Kickham.
Selain mengukur kadar hCG, dokter akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Dalam pemeriksaan ini, sebuah alat akan dimasukkan ke dalam vagina untuk memeriksa organ reproduksi, termasuk rahim, ovarium, leher rahim, dan saluran tuba. USG menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk mengidentifikasi letak kehamilan.
Terkadang, USG transvaginal tidak dapat mendeteksi hamil di luar kandungan. Tetapi, jika kadar hCG bernilai antara 1.500 hingga 2.000 mIU/ml, dokter akan mencurigai kehamilan di luar kandungan meski dari pemeriksaan USG tidak terlihat.
Pengobatan dan perawatan hamil di luar kandungan
Dilansir Web MD, sel telur yang tidak dapat bertahan hidup di luar rahim akan dikeluarkan dokter jika ibu memiliki masalah kesehatan yang serius. Metodenya dengan pengobatan atau pembedahan, Bunda.
Dalam metode pengobatan, dokter akan memberikan suntikan metotreksat (Trexall). Dengan cara ini, tubuh akan menyerapnya dan menghentikan pertumbuhan sel.
Sementara dengan metode pembedahan, dokter akan melakukan operasi. Teknik yang umum digunakan adalah laparoskopi, yakni dengan memasukkan selang tipis untuk menghilangkan kehamilan ektopik.
Bisakah kembali mengandung setelah hamil di luar kandungan?
Bunda bisa berkonsultasi ke dokter spesialis kesuburan jika berencana hamil lagi. Kemungkinan memang sulit bagi wanita untuk bisa mengandung setelah hamil di luar kandungan.
Bicarakan pada dokter tentang waktu yang diperlukan untuk kembali mencoba memiliki momongan. Beberapa ahli menyarankan, setidaknya butuh tiga bulan agar tubuh kembali pulih.
Ingat ya, Bunda. Hamil di luar kandungan bisa meningkatkan risiko kejadian serupa di kehamilan berikutnya. Jadi, pastikan Bunda memperhatikan perubahan dalam tubuh dan konsultasi ke dokter jika dinyatakan positif hamil.
Selama masa pemulihan, wanita juga memerlukan dukungan dari orang sekitar. Dukungan yang tepat dapat membantu proses pemulihan agar lebih cepat.
Bunda juga harus merasa optimis dan kooperatif menjalani pemulihan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi ibu saat dalam masa pemulihan adalah mendapat nutrisi yang tepat, tidur cukup, rutin olahraga, dan menghindari alkohol, rokok, serta obat-obatan terlarang.