Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Risiko Solusio Plasenta di Trimester 3, Waspadai Sakit Perut atau Punggung Tiba-tiba

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 18 Oct 2022 07:00 WIB

Ilustrasi perkembangan janin
Risiko Solusio Plasenta di Trimester 3, Kenali Penyebab dan Gejalanya Bun/Foto: Getty Images/staticnak1983

Solusio plasenta termasuk salah satu kondisi yang rawan dialami ibu hamil (bumil). Pada saat itu, plasenta terlepas terlalu dini sebelum bayi siap dilahirkan. Padahal plasenta merupakan organ yang memberikan nutrisi ke bayi saat Bunda hamil.

Dengan lepasnya plasenta tentu dapat berdampak ke bayi di dalam rahim. Solusio plasenta dapat menyebabkan komplikasi dan membahayakan untuk Bunda maupun bayi.

Debra Rose Wilson, Ph.D., MSN, R.N., IBCLC, AHN-BC, CHT, profesor, peneliti, dan praktisi kesehatan holistik, menjelaskan bahwa menurut March of Dimes, diperkirakan 1 dari 100 bumil mengalami solusio plasenta.

Risiko solusio plasenta di trimester 3

Solusio plasenta dapat terjadi kapan saja setelah 20 minggu kehamilan, tetapi paling sering terjadi pada trimester ketiga. Karenanya, bumil penting untuk mengenali gejala solusio plasenta sehingga dapat ditangani dengan cepat.

"Sangat penting untuk mencari pengobatan secepat mungkin untuk kemungkinan solusio plasenta. Menurut American Pregnancy Association, 15 persen kasus solusio plasenta yang parah berakhir dengan kematian janin," kata Wilson dikutip dari Healthline.

Wilson bilang, belum diketahui apa yang menyebabkan solusio plasenta. Namun, jika bumil berisiko tinggi dapat melakukan beberapa langkah untuk mengurangi risikonya. Hal-hal lain yang juga menjadi faktor risiko meliputi:

  • Usia lebih tua dari 35 tahun.
  • Hamil dengan banyak bayi.
  • Mengalami cedera traumatis, seperti kecelakaan mobil, jatuh, atau kekerasan fisik.
  • Memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau abrupsio sebelumnya.
  • Mengalami komplikasi kehamilan, seperti infeksi rahim, masalah tali pusat, atau jumlah cairan ketuban yang tinggi.
  • Merokok.
  • Menggunakan obat-obatan terlarang, seperti kokain.

Gejala solusio plasenta

Waspada dengan pendarahan vagina karena merupakan gejala utama solusio plasenta. Namun, sebanyak 20 persen bumil yang mengalaminya tidak ada pendarahan vagina.

Jumlah darah juga dapat bervariasi. Jika jumlahnya sedikit bukan berarti solusio plasenta tidak parah. Terkadang, darah terperangkap di belakang plasenta.

Gejala lain yang dapat terjadi dengan solusio plasenta meliputi sakit perut atau punggung tiba-tiba. "Gejala-gejala ini akan bertambah buruk seiring waktu. Segera hubungi dokter jika Anda mengalami gejala-gejala ini. Ini terutama benar jika Anda mengalami pendarahan vagina pada trimester ketiga," jelas Wilson.

Dokter mendiagnosis solusio plasenta dengan melakukan pemeriksaan fisik, dan seringkali dengan melakukan USG. Dokter juga dapat melakukan tes darah dan pemantauan janin.

Dokter mungkin saja sudah mencurigai solusio plasenta, tetapi dokter hanya dapat mendiagnosisnya setelah melahirkan. Dokter akan mencoba mengumpulkan informasi sebanyak mungkin untuk membuat keputusan terbaik bagi bumil dan bayinya.

Apa yang bisa bumil lakukan untuk mencegah solusio plasenta? Klik halaman berikutnya.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Saksikan juga yuk video tentang 5 fungsi plasenta untuk janin.

[Gambas:Video Haibunda]





PENCEGAHAN DAN PERAWATAN SOLUSIO PLASENTA

Ilustrasi gawat janin

Risiko Solusio Plasenta di Trimester 3, Kenali Penyebab dan Gejalanya Bun/Foto: iStockphoto

Solusio plasenta juga bisa terjadi sedikit demi sedikit, yang disebut abruptio kronis. Bunda dapat memperhatikan beberapa tanda ini seperti dikutip dari WebMD:

  • Mengalami pendarahan vagina ringan yang terjadi terus-menerus.
  • Jumlah cairan ketuban yang rendah.
  • Bayi tidak tumbuh secepat yang seharusnya.

Pencegahan solusio plasenta

Bumil dapat menjaga kesehatan dan keselamatan untuk mencegah solusio plasenta. Ini termasuk selalu mengenakan sabuk pengaman, tidak merokok, dan menjaga tekanan darah pada tingkat yang sehat.

"Namun, Anda tidak selalu dapat mencegah terjadinya solusio plasenta," ujar Wilson.

Menu diet lezat

Menurut American Pregnancy Association, 15 persen kasus solusio plasenta yang parah berakhir dengan kematian janin.

Bumil kemungkinan tidak mengalami banyak masalah jika hanya sebagian kecil dari plasenta yang terlepas. Tetapi jika sebagian besar plasenta atau semuanya terlepas dari rahim, itu dapat menyebabkan komplikasi serius pada bumil dan bayi.

Pada bumil, kehilangan darah besar yang dapat menyebabkan bumil:

  • Mengalami syok atau membutuhkan transfusi darah
  • Masalah dengan pembekuan darah
  • Gagal ginjal atau kegagalan organ lain
  • Kematian ibu atau bayi

Sedangkan bayi yang lahir dari ibu yang mengalami solusio plasenta berisiko lebih tinggi mengalami beberapa komplikasi terkait kehamilan, antara lain:

  • Kesulitan tumbuh pada tingkat normal
  • Kelahiran prematur, atau kelahiran yang terjadi sebelum 37 minggu kehamilan
  • Kelahiran mati

"Jika solusio plasenta terjadi setelah 37 minggu kehamilan, kemungkinan bayi mengalami masalah kesehatan lebih kecil dibandingkan bayi yang lahir pada usia kehamilan lebih awal," ujar Wilson.

Penanganan solusio plasenta

Jika mengalami solusio plasenta tentu tak bisa disambungkan kembali plasentanya. Jadi pilihan perawatannya bergantung pada usia kehamilan, tingkat keparahan solusio, serta status ibu dan bayi.

Solusio plasenta ringan pada 24 hingga 34 minggu. Jika bumil dan bayi baik-baik saja, dokter mungkin memberi obat untuk mencoba dan mempercepat perkembangan paru-paru bayi serta membiarkannya terus berkembang.

Jika Bunda hamil kurang dari 34 minggu, mungkin dirawat di rumah sakit untuk pemantauan - selama detak jantung bayi normal dan solusio plasenta tampaknya tidak parah. Jika bayi tampak baik-baik saja dan bumil berhenti berdarah, mungkin bisa pulang.

Bumil kemungkinan juga diberikan steroid untuk membantu paru-paru bayi berkembang lebih cepat jika melahirkan lebih awal.

Jika Bunda hamil lebih dari 34 minggu, mungkin masih bisa melahirkan pervaginam jika solusionya tidak tampak parah. Jika parah dan membahayakan kesehatan ibu dan anak, tentu memerlukan operasi caesar sesegera mungkin. Bumil mungkin juga memerlukan transfusi darah.

Dalam kasus yang jarang terjadi, jika dokter tidak bisa menghentikan pendarahan, bumil mungkin memerlukan histerektomi.

"Ini adalah operasi pengangkatan rahim. Sekali lagi, ini jarang terjadi pada pendarahan hebat," ujar Wilson.


(pri/pri)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda