Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Waspadai Hipertensi Pada Ibu Hamil: Jenis, Penyebab, dan Cara Pencegahannya

Hasna Fadhilah   |   HaiBunda

Sabtu, 05 Nov 2022 21:10 WIB

Ilustrasi Ibu Hamil
Bahaya hipertensi pada ibu hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Hipertensi bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali ibu hamil. Melonjaknya tekanan darah tinggi selama kehamilan bisa menyebabkan preeklamsia, Bunda, sehingga perlu diwaspadai sebelum membahayakan Bunda dan janin. Hipertensi dalam kehamilan

Sejauh ini, angka hipertensi pada ibu hamil tergolong masih tinggi. Data mencatat, 5-10 dari 100 ibu selama masa kehamilannya mengidap hipertensi.

Kondisi tersebut seringkali dianggap remeh, padahal hipertensi dalam kehamilan dapat membahayakan ibu dan calon bayinya. Sehingga sangat penting untuk mengetahui apa saja penyebab hipertensi dalam kehamilan, agar dapat ditangani dengan tepat dan bagaimana cara mencegahnya.

Apa Itu Hipertensi?

Menurut laman Kemenkes, hipertensi dalam kehamilan adalah kondisi dimana tekanan darah Ibu lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan darah pada orang dewasa termasuk ibu hamil normalnya berada di angka 120/80mmHg. Oleh sebab itu, jika ibu hamil memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, menjadi tanda sedang dalam kondisi tekanan darah tinggi yang wajib diwaspadai. 

Jenis Hipertensi dalam Kehamilan

Kondisi hipertensi dalam kehamilan di dunia medis pada dasarnya diidentifikasikan berdasarkan rentang kode ICD. Masing-masing kode tersebut dikategorikan berdasarkan dari hasil diagnosis dokter dan gejala yang dikeluhkan oleh pasien. Sehingga hipertensi dalam kehamilan berdasarkan tingkat tekanan darahnya, memiliki beberapa jenis sebagai berikut:

1. Hipertensi Kronis

Hipertensi kronis pada ibu hamil, dalam beberapa kasus baru terdeteksi ketika usia kehamilan memasuki 20 minggu. Kondisi hipertensi kronis pada ibu hamil ini ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg. Hipertensi kronis dapat bertahan selama kehamilan hingga 12 minggu pasca persalinan. 

Hipertensi kronis pada ibu hamil biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, seperti obesitas, riwayat hipertensi, dan saat seorang ibu mengalami kehamilan di atas usia 35 tahun. Selain itu, meski jarang ditemui, hipertensi kronis juga dapat disebabkan karena kelainan ginjal parenkim, hiperplasia fibromuskular atau hiperaldosteronisme.

2. Hipertensi Gestasional

Hipertensi gestasional termasuk jenis hipertensi dalam kehamilan yang biasanya muncul ketika usia kehamilan setelah 20 minggu atau di trimester kedua.  Kondisi hipertensi gestasional pada ibu hamil ini ditandai dengan tekanan darah di atas 1160/110 mmHg. Kondisi tersebut terjadi hingga 10 hari pasca persalinan. 

Gejala-gejala yang menandakan ibu hamil mengalami hiptertensi gestasional ditunjukkan dengan sakit kepala, penglihatan kabur, sakit punggung, kembung, dan nyeri perut. Hipertensi gestasional juga dapat menyebabkan nyeri otot, umumnya gejala ini terjadi ketika ibu hamil mengejan saat buang air besar atau muntah. 

3. Hipertensi Kronis dengan Superimposed Preeklamsia

Hipertensi kronis dengan superimposed preeklamsia merupakan kondisi dimana ibu hamil yang memiliki hipertensi kronis mengalami preeklamsia selama kehamilan. Kondisi ini terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, ketika kondisi hipertensi pada ibu hamil memberat dan disertai dengan tanda-tanda preeklamsia. 

4. Preeklamsia

Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi disertai adanya protein pada pemeriksaan urine. Kondisi ini terjadi ketika kehamilan memasuki trimester kedua atau kandungan berusia 20 minggu. 

Preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi serius baik bagi ibu maupun bayi. Gejala dari kondisi preeklamsia kasat mata, sehingga jarang dapat dideteksi secara langsung. Namun ada beberapa gejala umum dari preeklamsia yang biasanya dikeluhkan ibu hamil sebagai berikut:

  • Sakit kepala berkepanjangan 
  • Sesak napas 
  • Nyeri bahu atau perut bagian atas 
  • Kejang (indikasi preeklamsia parah)
  • Beberapa ibu hamil mengalami pembengkakan di kaki dan retensi air. Namun kondisi ini sulit dibedakan dengan gejala kehamilan normal. 

Selain itu, penyebab dari preeklamsia belum dapat diketahui secara pasti hingga saat ini. Namun ada beberapa faktor resiko yang bisa diperhatikan, yaitu:

  • Wanita hamil yang berusia di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun 
  • Memiliki riwayat hipertensi
  • Menderita hipertensi kronis
  • Kehamilan kembar
  • Memiliki penyakit ginjal atau diabetes
  • Memiliki riwayat keluarga dengan preeklamsia
  • Obesitas 

5. Eklamsia

Eklamsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklamsia atau hipertensi dalam kehamilan yang paling berat. Kondisi ini ditandai dengan adanya hipertensi, protein pada pemeriksaan rutin, dan disertai kejang pada ibu hamil. Eklamsia dapat diwaspadai dengan tanda-tanda awal yang terjadi pada ibu hamil misalnya nyeri kepala, pandangan kabur, dan nyeri ulu hati. 

Cara Mencegah Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan sebetulnya dapat dicegah apabila ibu hamil menerapkan gaya hidup sehat, seperti:

  • Olahraga dengan teratur, menyesuaikan saran dari dokter kandungan 
  • Menjaga pola makan, misalnya dengan konsumsi biji-bijian, buah-buahan dan sayuran hijau
  • Mengurangi penggunaan garam untuk konsumsi
  • Menghindari paparan asap rokok 
  • Melakukan pemeriksaan rutin, salah satunya cek tekanan darah 
  • Melakukan konseling selama kehamilan untuk mengatasi stres

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Lihat mengenai penjelasan hipertensi pada kehamilan dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda