Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Mengenal Eklamsia, Komplikasi Parah pada Ibu Hamil

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Selasa, 10 Nov 2020 15:19 WIB

Doctor checking baby heart rate of pregnant woman, regular check-up, motherhood
Mengenal eklamsia yang bahayakan ibu hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Motortion

Jakarta - Tekanan darah tinggi wajib diwaspadai selama kehamilan ya, Bunda. Kondisi ini dapat menyebabkan eklamsia yang membuat kehamilan lebih berisiko.

Eklamsia merupakan komplikasi preeklamsia yang parah. Ini merupakan kondisi langka namun serius, di mana tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kejang selama kehamilan.

Kejang sendiri yakni periode aktivitas otak yang terganggu dan dapat menyebabkan kondisi penurunan kesadaran dan kejang hebat. Faktanya, eklamsia dapat memengaruhi sekira 1 dari setiap 200 wanita dengan preeklamsia. Bahkan, siapapun dapat berisiko mengalami eklamsia meskipun tidak memiliki riwayat kejang, seperti dikutip dari laman Healthline.

Eklamsia sering terjadi setelah preeklamsia, yang ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi yang terjadi pada kehamilan. Temuan lainnya mungkin juga ada seperti adanya protein dalam urine. Nah, jika preeklamsia memburuk dan memengaruhi otak Bunda, tentunya dapat menyebabkan kejang. Kondisi tersebut juga menandakan adanya potensi risiko eklamsia.

Preeklamsia biasanya memengaruhi fungsi ginjal. Protein dalam urine Bunda yang dikenal sebagai proteinuria merupakan tanda umum dari kondisi tersebut. Setiap kali konsultasi ke dokter, urine Bunda mungkin akan diuji proteinnya.

Biasanya, ginjal akan menyaring limbah dari darah dan membuat urine dari limbah tersebut. Namun, ginjal mencoba mempertahankan nutrisi dalam darah, seperti protein, untuk didistribusikan kembali ke tubuh. Jika filter ginjal yang disebut flomeruli rusak, protein dapat bocor melaluinya dan keluar ke urine.

Jika Bunda pernah mengalami preeklamsia, Bunda kemungkinan juga berisiko mengalami eklamsia. Atau, Bunda yang memiliki riwayat hipertensi, usia lebih dari 35 tahun atau lebih muda dari 20 tahun, kehamilan anak kembali, memiliki penyakit ginjal atau diabetes, biasanya lebih berisiko mengalami eklamsia.

Mengenai penyebabnya, dokter sendiri tidak mengetahui pasti apa yang menyebabkan preeklamsia. Tetapi, diperkirakan kondisi tersebut diakibatkan pembentukan dan fungsi plasenta yang tidak normal. 

Melansir Abcnews, preeklamsia dengan tekanan darah tinggi dan protein dalam urine akan semakin berisiko di akhir trimester kedua atau ketiga. Kemungkinan penyebabnya termasuk adanya gangguan autoimun, masalah pembuluh darah, pola makan atau keturunan. Wanita yang berusia di atas 35 tahun, hamil anak kembar atau yang mengalami obesitas akan memiliki risiko lebih besar.

"Penyakit ini juga bisa menular dalam keluarga. Selain itu, preeklamsia juga dapat terjadi dalam enam minggu pasca melahirkan," ujar Dr Jenn Ashton, seorang obgyn.

Ashton juga mengingatkan agar selama kehamilan, para ibu hamil perlu menyadari kondisi dan risiko tersebut. Bahkan, setelah melahirkan pun, Bunda tetap perlu waspada.

Jika bunda mengalami sakit kepala parah atau pusing atau mulai melihat bintik-bintik, atau tiba-tiba mengalami edema (bengkak) yang dramatis di kaki, maka segera berkonsultasi ke dokter atau pergi ke IGD untuk mendapatkan penanganan darurat.

Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

 

Bunda, simak yuk perjuangan Winda 'Idol' hamil dengan darah tinggi, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



 

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda