Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Kisah Wanita yang Meninggal karena Janin Membatu dalam Kandungan, Begini Kronologinya...

Melly Febrida   |   HaiBunda

Kamis, 04 May 2023 14:15 WIB

Close up picture of a pregnant woman showing a love sign on her belly in the first trimester, outdoor
Kisah Wanita yang Meninggal karena Janin Membatu dalam Kandungan, Begini Kronologinya.../Foto: Getty Images/iStockphoto/Ocskaymark

Tahukah Bunda, janin ternyata bisa membatu di tubuh ibunya lho. Bahkan, baru-baru ini dikabarkan seorang wanita meninggal karena janin yang membatu dalam kandunganya. 

Dikutip dari Dailymail, wanita asal Kongo berusia 50 tahun itu meninggal karena kekurangan gizi setelah membawa janin yang belum lahir selama sekitar 9 tahun di dalam tubuhnya.

Wanita yang tidak disebutkan identitasnya itu mengunjungi dokter di New York dengan keluhan kram perut, gangguan pencernaan, dan terdengar suara gemericik setelah makan.

Dokter akhirnya melakukan scan dan terungkap bahwa wanita itu memiliki janin yang sudah membatu atau janin yang terkalsifikasi, sehingga menekan ususnya. Janin ini dikaitkan dengan keguguran yang dialaminya sembilan tahun sebelumnya.

Wanita itu akhirnya meninggal dunia, 14 bulan setelah tiba di Amerika Serikat. Dokter mengatakan dia meninggal karena kekurangan gizi parah, atau kelaparan yang disebabkan janin membatu yang menyumbat usus kecilnya.

Ini merupakan fenomena langka yang tercatat hanya 300 kali, ketika janin yang berkembang di luar kandungan meninggal saat hamil dan tidak dikeluarkan dari tubuh.

Pada kasus ini, kematian dapat terjadi akibat degradasi jaringan yang menyebabkan serangan jantung atau aritmia jantung, detak jantung yang tidak teratur. 

Penyebab lainnya termasuk infeksi, yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang lemah. Pada wanita ini, janin yang membantu menekan ususnya, menyebabkan penyumbatan sehingga tubuhnya tidak lagi mampu menyerap nutrisi penting yang membuatnya kelaparan.

Dr Waseem Sous, ahli penyakit dalam di SUNY Upstate Medical University yang melaporkan kasus tersebut. Ia mengatakan pasien menolak intervensi karena takut operasi dan memilih untuk pemantauan gejala.

"Sayangnya, dia meninggal karena malnutrisi parah dalam konteks obstruksi usus berulang karena lithopedion dan takut mencari perawatan medis," ujar Sous.

Kronologi

Kisah sedih itu terungkap dalam laporan medis di jurnal BMC Women's Health. Wanita ini pindah dari Kongo ke Burundi dan kemudian Tanzania karena konflik. Di Tanzania, dia menetap dan memiliki delapan anak yang dilahirkan secara normal. Sayangnya, tiga anak meninggal tak lama setelah dilahirkan.

Pada kehamilannya yang kesembilan, ia mengunjungi dokter di sebuah kamp pengungsi setelah menyadari janinnya tidak lagi bergerak. 

Petugas medis di sana memberi tahu bahwa bayinya tidak memiliki detak jantung dan merekomendasikan mencoba mengeluarkannya secara alami di rumah. Jika tidak berhasil, wanita itu diminta kembali dalam dua minggu.

Wanita ini mengikuti instruksi, tapi saat kembali lagi ke klinik, ia disambut orang-orang yang menuduhnya membunuh bayi.  Ini yang membuat wanita tersebut bergegas pulang dan berdoa, sebelum memutuskan untuk tidak mencari pertolongan medis.

Dan selama sembilan tahun, perempuan ini membawa janin mati. Ia tidak pernah melakukan kontak dengan petugas medis sampai pemeriksaan kesehatannya enam bulan sebelum dipindahkan ke Amerika Serikat.

Ketika sang ibu tiba di AS, dia dibawa untuk CT scan yang menunjukkan adanya sumbatan di usus kecilnya dan kompresi pembuluh darah besar. Dari pemindaian itu juga terlihat ada massa dalam perut berukuran sekitar enam kali delapan inci dan berisi kerangka.

Dokter menawarkan operasi untuk mengangkat massa itu tapi dia menolak. Ia mengatakan kondisi itu karena kutukan yang diberikan seseorang padanya Tanzania.

Petugas medis akhirnya meyakinkan dia untuk minum antibiotik untuk membantu keluhan perutnya dan pil untuk menurunkan tekanan darahnya. Tapi dia terus menolak operasi. 

Apa sebenarnya kondisi medis yang membuat janin bisa 'membatu'? Simak penjelasannya dengan klik halaman berikutnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Saksikan video tentang perjalanan panjang Dea Ananda untuk mendapatkan kehamilan:

[Gambas:Video Haibunda]



APA ITU JANIN MEMBATU?

Ilustrasi Keguguran

Kisah Wanita yang Meninggal karena Janin Membatu dalam Kandungan, Begini Kronologinya.../Foto: Getty Images/iStockphoto/megaflopp

Dokter mengatakan janin di tubuh wanita tersebut ternyata telah mengembangkan tungkai atas, tulang, dan bahkan kuku. Ini berarti kemungkinan janin terus tumbuh selama berbulan-bulan.

Janin - yang akan menjadi anak kesembilan wanita itu - berhenti berkembang di dalam dirinya pada usia 28 minggu. Namun, wanita itu bukannya keguguran melainkan menderita kondisi yang dikenal sebagai lithopedion.

Dokter tidak dapat mengatakan di mana kehamilan terjadi di dalam tubuh tetapi mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar terjadi di luar rahim.

Banner Musim KemarauBanner Musim Kemarau/ Foto: HaiBunda/ Novita Rizki

Kondisi ini terjadi ketika kehamilan terbentuk di perut, bukan di rahim. Ini merupakan kehamilan ektopik saat embrio terbentuk di bagian tubuh yang salah. 

Dalam kasus lithopedion, suplai darah tidak cukup mencapai bayi, menyebabkan kehamilan gagal. Tubuh juga tidak dapat mengeluarkan janin, yang menyebabkan komplikasi yang berpotensi mematikan.

Lithopedion, yang dalam bahasa Yunani berarti 'bayi batu', sangat langka. Kondisi ini tercatat hanya 290 kali. Kasus yang pertama berasal dari Perancis pada tahun 1582.

Bayi batu dapat terjadi akibat kehamilan ektopik, atau kehamilan yang janinnya berkembang di luar kandungan ibu. Ketika ini terjadi, janin yang meninggal tidak memiliki cara untuk meninggalkan tubuh.

Ketika janin meninggal, terlalu besar untuk diserap kembali oleh tubuh. Akibatnya, sistem kekebalan menentukan bahwa janin yang mati merupakan ancaman dan melancarkan serangan.

Inilah yang menyebabkan endapan kaya kalsium pada janin, yang secara bertahap membungkusnya dalam cangkang yang terkalsifikasi atau mengubahnya menjadi batu.

Beberapa ibu yang melaporkan gejala yang sama jika mengalami lithopedion. Tapi beberapa lainnya dapat hidup hingga beberapa dekade tanpa tanda-tanda kondisi tertentu.


(pri/pri)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda