
kehamilan
Komplikasi Induksi Persalinan, Kenali jenis hingga Efek Sampingnya untuk Bayi & Bunda
HaiBunda
Jumat, 13 Oct 2023 11:20 WIB

Induksi persalinan dapat dilakukan pada proses melahirkan normal. Meski bisa membantu kelahiran anak, ada beberapa komplikasi induksi persalinan yang bisa berisiko bagi ibu dan bayinya, Bunda.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), induksi persalinan dilakukan untuk merangsang kontraksi rahim sebagai upaya untuk melahirkan melalui vagina. Proses persalinan ini mungkin disarankan dokter bila ada kondisi yang mengancam Bunda dan janin.
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Sub Endokrinologi & Menopouse (Gangguan Hormon & Berhentinya Haid) Paruh Waktu di RS Hermina Jatinegara, Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG-KFer, mengatakan bahwa induksi persalinan dilakukan saat proses persalinan belum terjadi. Dalam Bahasa Indonesia, induksi dapat berarti 'dipicu'.
"Proses persalinan yang harusnya spontan ini dipicu agar terjadi. Ini biasanya berisiko karena ditambah obat, sehingga rahim dipaksa kontraksi dengan baik.," kata Andon saat dihubungi HaiBunda, Selasa (10/10/23).
"Perdarahan atau robekan pada rahim atau jalan rahim dapat terjadi bila induksi persalinan tidak dilakukan dengan hati-hati dan benar," sambungnya.
Mengutip Mayo Clinics, sekitar 75 persen wanita yang pertama kali melakukan induksi bisa melahirkan secara normal. Namun, sisanya 25 persen mengalami gagal induksi sehingga memerlukan operasi.
Jenis komplikasi induksi persalinan
Induksi persalinan dapat berisiko pada ibu dan bayi. Berikut beberapa jenis komplikasi induksi persalinan yang perlu diwaspadai:
1. Infeksi
Beberapa metode induksi persalinan, seperti memecahkan ketuban, dapat meningkatkan risiko infeksi bagi ibu dan bayi. Semakin lama waktu antara ketuban pecah dan persalinan, maka semakin tinggi risiko terjadinya infeksi.
2. Ruptur rahim
Ruptur atau robek pada rahim adalah komplikasi yang jarang terjadi, namun bisa menyebabkan kondisi serius. Ruptur rahim merupakan robekan rahum yang terjadi di sepanjang garis bekas luka akibat operasi caesar sebelumnya.
Kondisi ini cukup jarang terjadi pada perempuan yang belum pernah menjalani operasi caesar sebelumnya, Bunda. Namun, bila sudah terjadi, tindakan operasi caesar darurat diperlukan untuk mencegah komplikasi yang mengancam nyawa.
3. Perdarahan setelah melahirkan
Induksi persalinan dapat meningkatkan risiko otot rahim tidak berkontraksi dengan baik setelah melahirkan. Hal tersebut dapat menyebabkan perdarahan serius, Bunda.
Perdarahan menjadi salah satu komplikasi persalinan yang menjadi penyebab paling banyak kasus kematian ibu. Perdarahan akibat induksi juga dapat disebabkan karena ruptur uteri.
4. Gawat janin
Menurut ACOG, pada beberapa metode induksi, rahim akan mengalami rangsangan berlebihan sehingga menyebabkannya berkontraksi terlalu sering. Kondisi tersebut dapat menyebabkan perubahan detak jantung janin.
Penggunaan obat-obatan seperti, oksitosin atau prostaglandin, bisa mengurangi pasokan oksigen bayi dan menurunkan detak jantungnya. Hal tersebut dapat menyebabkan gawat janin atau fetal distress.
5. Risiko bayi terkena penyakit kuning
Penyakit kuning terjadi ketika hati tidak mampu memecah sel darah merah. Pada bayi baru lahir, kondisi ini terjadi karena organ bayi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya, sehingga kadar bilirubin naik dan menyebabkan penyakit kuning.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Pediatrics tahun 2017 menemukan bahwa penggunaan oksitosin selama persalinan dikaitkan dengan kadar bilirubin yang tinggi, tapi hanya terjadi di hari kedua setelah kelahiran.
Indikasi melakukan induksi persalinan
Induksi persalinan umumnya dilakukan karena adanya indikasi, Bunda. Melansir dari berbagai sumber, berikut 9 indikasi medis yang membuat seorang perempuan perlu mendapatkan induksi persalinan:
- Bunda mengidap diabetes, sehingga fungsi plasenta menurun atau bayi kemungkinan besar jadi sulit dilahirkan secara normal.
- Kehamilan lewat waktu dua minggu dari Hari Perkiraan Lahir (HPL).
- Janin tidak berkembang akibat fungsi plasenta menurun dan gizi buruk.
- Proses persalinan lemah, kacau, atau berhenti.
- Plasenta tidak lagi berfungsi optimal atau suasana rahim tidak sehat bagi bayi.
- Ketuban pecah dini atau sebelum HPL.
- Bunda mengalami preeklamsia dan tidak bisa dikendalikan dengan istirahat atau obat, sehingga persalinan harus segera dilakukan.
- Janin terkena penyakit rhesus darah yang parah, sehingga harus segera dilahirkan.
- Bunda memiliki penyakit menahun yang mengancam kehamilan, seperti hipertensi atau ginjal.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
3 Penyebab Komplikasi Persalinan yang Paling Umum Terjadi & Cara Mencegahnya

Kehamilan
17 Jenis Komplikasi Persalinan, Bunda Perlu Tahu

Kehamilan
Pengertian Komplikasi Persalinan, Kenali Juga Penyebabnya

Kehamilan
Retensio Plasenta Saat Persalinan: Kenali Gejala, Penyebab & Pengobatannya

Kehamilan
Ngerinya Persalinan Paramitha Rusady, Mati Suri 4-5 Hari Usai Melahirkan


5 Foto
Kehamilan
5 Potret Perjalanan Kehamilan Kartika Putri, Ternyata Sudah Kontraksi saat Pemotretan Bun
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda