
kehamilan
Mengenal Atonia Uteri, Komplikasi Kehamilan: Penyebab, Gejala, & Cara Mengobatinya
HaiBunda
Minggu, 15 Jan 2023 16:00 WIB

Setelah melahirkan, saat Si Kecil sudah keluar dari kandungan, belum tentu Bunda sudah dinyatakan aman dari gangguan kesehatan yang sangat mungkin terjadi ya. Terdapat komplikasi kehamilan yang masih mungkin dialami. Salah satunya atonia uteri, Bunda.Â
Melansir dari Osmosis, atonia uteri merupakan komplikasi kehamilan yang terjadi setelah tahap persalinan. Ini adalah kegagalan rahim untuk berkontraksi setelah melahirkan.
Lantas apa penyebab, gejala atonia uteri? Apakah bisa diobati? Yuk kita lanjutkan, Bunda.Â
Penyebab dan gejala atonia uteri
Mengutip dari Verywellhealth, atonia uteri merupakan kondisi saat rahim Bunda gagal berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini bisa menyebabkan perdarahan selama hingga pasca melahirkan. Dalam istilah lain disebut post partum hemorrhage.Â
Osmosis menjelaskan, atonia uteri disebabkan ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi secara memadai sebagai respons terhadap oksitosin, hormon yang dikeluarkan oleh tubuh sebelum dan selama persalinan untuk merangsang kontraksi rahim.
Setelah Bunda melahirkan, otot rahim normalnya berkontraksi untuk melepaskan plasenta atau ari-ari yang menempel di dinding rahim, Bunda. Â Namun pada mereka yang mengalami atonia uteri, otot-otot rahim tidak berkontraksi sesuai kebutuhan, Bunda. Sehingga membuat individu tersebut berisiko mengalami perdarahan postpartum.Â
Atonia uteri dianggap sebagai keadaan darurat kebidanan, yang berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, itu adalah penyebab paling umum dari perdarahan postpartum. Dan, secara global dianggap sebagai salah satu penyebab utama kematian ibu melahirkan.
Beberapa faktor penyebab atonia uteri adalah sebagai berikut:
- Overdistension (peregangan berlebihan) atau pembesaran rahim yang berlebihan dari berbagai penyebab, termasuk kehamilan kembar (melahirkan lebih dari satu bayi sekaligus) dan polihidramnion (cairan ketuban dalam jumlah besar).
- Persalinan yang sulit, berlangsung lama atau justru terlalu cepat
- Penggunaan oksitosin (hormon yang digunakan untuk menghasilkan kontraksi)
- Penggunaan anestesi umum atau obat lain selama persalinan
Ditambah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya atonia uteri karena :
- Makrosomia janin (janin yang lebih besar dari biasanya)
- Paritas tinggi (memiliki banyak kelahiran sebelumnya)
- Infeksi intra-amniotik, atau korioamnionitis (infeksi pada selaput janin dan cairan ketuban)
- Zat tertentu yang mengendurkan rahim (seperti obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri selama persalinan)
- Kehamilan dalam usia lebih dari 35 tahun
- Kegemukan
- Persalinan yang melibatkan forsep atau bantuan vakum
Sementara itu, gejala atonia uteri meliputi:
- Perdarahan yang tidak terkendali
- Tekanan darah rendah
- Peningkatan detak jantung (denyut nadi)
- Sakit punggung
- Sakit lainnya
Klik halaman selanjutnya yuk Bunda untuk tahu cara penanganan atonia uteri.
Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.
Saksikan juga yuk video tentang 5 ciri pendarahan nifas:
CARA MENGOBATI ATONIA UTERI
Mengenal Atonia Uteri, Komplikasi Kehamilan: Penyebab, Gejala & Cara Mengobati/Foto: Getty Images/iStockphoto
Masih berdasarkan Verywellhealth, atonia uteri biasanya dapat dikelola dengan pijatan manual pada rahim, bersama dengan obat-obatan untuk meningkatkan kontraksi rahim (disebut obat uterotonika).
Obat-obatan ini membantu meningkatkan kontraksi rahim dan mengontrol pendarahan, termasuk:
- Oksitosin
- Methergin
- Prostaglandin (seperti Hemabate)
- Alkaloid ergot
- Misoprosto
Untuk kasus atonia uteri, dengan komplikasi, pengobatan lain mungkin diperlukan untuk mengganti cairan dan kehilangan darah seperti:
- Cairan Intra Vena (IV)
- Transfusi darah
- Produksi darah
Perawatan untuk atonia uteri yang sangat parah dengan komplikasi dapat meliputi:
- Operasi untuk mengikat pembuluh darah
- Embolisasi arteri uterine untuk menghalangi aliran darah ke rahim
- Histerektomi, yaitu operasi pengangkatan rahim ketika semua tindakan lain gagal
Penanganan atonia uteri sangat tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan komplikasi yang Bunda alami. Terutama, pengobatan bertujuan memberlangsungkan kontraksi rahim dan menghentikan perdarahan.
Pijat rahim setelah melahirkan serta pemberian oksitosin adalah praktik pencegahan yang umum saat ini. Jika atonia uteri tetap terjadi meskipun sudah ada intervensi awal, semisal teknik tamponade yang diberikan tenaga medis. Pembedahan mungkin diperlukan jika metode konservatif ini gagal mengatasi perdarahan.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Atonia Uteri: Gejala, Penyebab, Pengobatan Rahim Gagal Berkontraksi setelah Melahirkan

Kehamilan
Studi Terbaru Ungkap Komplikasi Kehamilan Serius Meningkat Selama Pandemi

Kehamilan
Mengenal Vasa Previa, Kondisi Keluarnya Pembuluh Darah Janin

Kehamilan
Ini Penyebab Mata Tak Bisa Melihat Usai Melahirkan Menurut Dokter

Kehamilan
Bunda Perlu Waspada, 6 Faktor yang Tingkatkan Risiko Komplikasi Kehamilan


5 Foto
Kehamilan
5 Potret Felicya Angelista Hamil 7 Bulan, Ungkap Naik 12 Kg
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda