Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Alasan Mengapa Sebagian Besar Dokter Menyarankan IUD ketimbang Pilihan Alat KB Lain

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Kamis, 28 Dec 2023 21:45 WIB

Ilustrasi Konsultasi ke Dokter
Alasan Mengapa Sebagian Besar Dokter Menyarankan IUD ketimbang Pilihan Alat KB Lain/ Foto: Getty Images/iStockphoto/

Jika berencana untuk program hamil, Bunda pasti tahu bahwa ada banyak pilihan alat KB di luar sana. Nah, dengan begitu banyak pilihan, mungkin Bunda merasa bingung untuk memilih mana jenis KB yang cocok untuk tubuh dan minim efek samping.

Salah satu jenis KB yang sering direkomendasikan dokter adalah IUD atau dikenal dengan KB spiral. IUD dianggap aman, nyaman, dan dapat digunakan jangka panjang.

Sebelum mengetahui alasan kenapa banyak dokter merekomendasikan IUD, Bunda perlu ketahui dulu jenis-jenis dan cara kerja alat kontrasepsi ini.

Apa saja jenis-jenis IUD?

IUD (Intrauterine Device) adalah alat kecil berbentuk 'T' yang dipasang di dalam rahim oleh dokter. Ada dua jenis IUD, yaitu hormonal dan non-hormonal atau tembaga. Berikut penjelasan lengkapnya:

1. IUD non-hormonal

Mengutip Web MD, IUD non-hormonal dapat mencegah kehamilan hingga 10 tahun. Alat KB ini berbentuk 'T' yang terbuat dari plastik dan tembaga.

IUD non-hormonal menggunakan tembaga sebagai pengganti hormon untuk menghalangi sperma mencapai sel telur, Bunda. Kontrasepsi ini mulai bekerja untuk mencegah kehamilan segera setelah pemasangan.

Perempuan dari segala usia dapat menggunakan IUD non-hormonal karena aman, bahkan tidak memengaruhi produksi ASI pada ibu menyusui. Selain itu, KB ini juga tidak mengganggu hubungan seks dan tidak meningkatkan kemungkinan terjadinya penggumpalan darah seperti yang dilakukan beberapa metode kontrasepsi hormonal.

Pemakaian KB IUD non-hormonal terbilang cukup mudah dan cepat. Dokter akan memasukkan IUD ke dalam rahim, lalu memotong benang di ujungnya. Meski aman, Bunda mungkin akan merasakan efek samping saat pemasangan, seperti pusing, mual, atau tekanan darah atau detak jantung lebih rendah dari biasanya. Setelah berbaring dan rileks, gejala-gejala tersebut biasanya akan hilang.

IUD non-hormonal efektif sekitar 99 persen dalam mencegah kehamilan dan hanya sedikit mengubah cara kerja siklus hormonal alami tubuh. Dokter dapat melepas IUD jenis ini kapan saja, dan Bunda akan bisa segera hamil kembali setelah KB dilepas.

Yang kedua, IUD hormonal. IUD jenis ini menggunakan hormon untuk mencegah kehamilan hingga 7 tahun. IUD hormonal terbuat dari plastik dan dimasukkan ke dalam rahim Bunda.

2. IUD hormonal

KB IUD hormonal tidak dilapisi tembaga, tetapi berisi hormon progesteron. KB jenis ini sering digunakan untuk kondisi tertentu, seperti haid yang banyak hingga menyebabkan nyeri atau pasien yang mengalami adenomiosis.

IUD hormonal bekerja dengan cara mengentalkan lendir di leher rahim untuk menjauhkan sperma dari sel telur. IUD ini juga bekerja dengan menipiskan lapisan rahim (endometrium) sehingga sel telur yang telah dibuahi tidak dapat ditanamkan, dan mengubah pola ovulasi.

IUD jenis ini memiliki manfaat serupa dengan IUD non-hormonal. Bunda dapat menggunakannya saat Bunda menyusui. Bahkan, dokter bisa langsung memasang IUD setelah melahirkan.

IUD hormonal membutuhkan waktu sekitar 7 hari setelah implantasi untuk melindungi dari kehamilan, dengan efektivitas hingga 99 persen. Dokter dapat melepas IUD hormonal kapan saja dan Bunda seharusnya bisa segera hamil kembali.

Kenapa sebagian dokter menyarankan IUD?

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan IUD dan kontrasepsi implan sebagai kontrasepsi 'lini pertama' yang harus 'didorong' sebagai pilihan bagi sebagian besar perempuan.

Apa pun jenis IUD yang dipilih, metode KB ini memiliki banyak manfaat, antara lain:

  • IUD 99 persen efektif mencegah kehamilan. Tergantung pada jenis IUD, hanya 0,1 hingga 0,8 persen perempuan yang hamil saat menggunakan metode kontrasepsi ini.
  • Bunda akan segera kembali subur segera setelah IUD dilepas, tidak peduli berapa lama pun IUD tersebut sudah terpasang di dalam rahim.
  • IUD adalah pilihan kontrasepsi jangka panjang dan mudah perawatannya bagi perempuan karena tidak perlu jadwal, seperti minum pil KB setiap hari.
  • Tergantung pada jenisnya, IUD dapat tetap terpasang selama 3 hingga 10 tahun. 

Bagaimana pun, setiap metode konsepsi pasti memiliki efek samping dan risikonya. Ketahui efek samping IUD di halaman berikutnya ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


EFEK SAMPING PENGGUNAAN IUD

Holding an IUD birth control copper coil device in hand, used for contraception - front view

Alasan Mengapa Sebagian Besar Dokter Menyarankan IUD ketimbang Pilihan Alat KB Lain/ Foto: iStock

Efek samping KB IUD

Metode KB IUD memiliki efek samping dan risiko, yakni:

IUD non-hormonal

Bunda yang menggunakan KB non-hormonal mungkin saja mengalami kehamilan ektopik, yaitu saat embrio tumbuh di luar rahim, namun hal ini jarang terjadi. Efek samping lain dari penggunaan KB ini seperti menstruasi yang lebih berat, munculnya perdarahan di antara periode menstruasi, keputihan, dan juga kram. 

Bunda juga bisa terkena penyakit radang panggul (PID) bila bakteri masuk ke saluran reproduksi. Jika IUD bergerak, maka hal ini juga dapat melukai rahim atau organ lain di dekatnya, tetapi hal tersebut termasuk jarang terjadi.

Banner Hari Ibu 2023

IUD hormonal

Efek samping dari penggunaan KB hormonal biasanya adalah sakit kepala, muncul jerawat, nyeri payudara, perdarahan di antara menstruasi, perubahan suasana hati, dan kram.

Risiko PID juga mungkin terjadi pada perempuan yang menggunakan IUD hormonal. Namun, salah satu efek samping KB IUD hormonal yang umum dialami banyak Bunda adalah tidak terjadinya haid atau berkurangnya darah haid.

Simak juga waktu tepat pemasangan IUD, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]


(aci/ank)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda