HaiBunda

KEHAMILAN

Risiko Ibu Hamil Alami Hipertensi, Catat Faktor Pemicunya Bun

Annisya Asri Diarta   |   HaiBunda

Senin, 15 Apr 2024 10:50 WIB
Risiko Ibu Hamil Alami Hipertensi, Catat Faktor Pemicunya Bun /Foto: Getty Images/iStockphoto/Antonio_Diaz
Jakarta -

Hipertensi selama kehamilan merupakan kondisi medis yang membutuhkan perhatian khusus, karena dapat berdampak serius pada kesehatan ibu dan bayi yang belum lahir. Hipertensi saat hamil dapat mempengaruhi hampir 6-8 persen dari semua kehamilan di dunia.

Kondisi ini dapat terjadi karena tekanan darah yang tinggi sebelum kehamilan. Ibu hamil dengan hipertensi sering kali memerlukan pemantauan ketat dan perawatan yang hati-hati. Hipertensi ketika kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah 140/90 mmHg dalam dua kali pengukuran atau lebih.

Permasalahan ini dapat berkisar dari hipertensi ringan hingga preeklamsia berat, termasuk bentuk yang lebih serius dan bahkan mengancam jiwa. Preeklamsia adalah kondisi berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi mendadak, protein dalam urine dan masalah organ lain, seperti kerusakan hati atau ginjal.


Penyebab hipertensi selama kehamilan belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor yang mungkin berkontribusi termasuk masalah aliran darah plasenta, ketidakseimbangan hormon, dan masalah pembuluh darah. Faktor risiko termasuk obesitas, riwayat keluarga hipertensi, usia ibu yang lebih tua, dan kehamilan ganda.

Tingginya tekanan darah ketika hamil dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai komplikasi serius. Hal ini termasuk risiko tinggi untuk preeklamsia, gangguan kesehatan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi. Selain itu, Hipertensi juga dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, pertumbuhan terhambat janin, dan masalah kesehatan lainnya yang dapat memengaruhi baik Bunda maupun bayi.

Faktor risiko hipertensi dalam kehamilan

Menilik website Kemkes, hipertensi dalam kehamilan memiliki faktor risiko yang berdampak serius pada tubuh Bunda. Simak selengkapnya.

  1. Perempuan yang mengalami kehamilan untuk pertama kalinya atau primipaternitas, memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi untuk mengembangkan hipertensi dalam kehamilan. Ini bisa menjadi karena adaptasi tubuh yang belum sepenuhnya terjadi terhadap perubahan hormonal dan fisik yang terkait dengan kehamilan.
  2. Kelainan plasenta seperti mola hidatidosa, kehamilan multipel (hamil dengan dua anak atau lebih), diabetes mellitus (DM), hidrops fetalis dan bayi yang besar dapat meningkatkan risiko hipertensi dalam kehamilan.
  3. Ibu hamil pada usia yang lebih tua terutama di atas usia 35 tahun, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipertensi dalam kehamilan. Ini bisa disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada tubuh seiring bertambahnya usia.
  4. Jika Ibu hamil memiliki riwayat keluarga dengan riwayat preeklamsia atau eklamsia, ini dapat meningkatkan risiko untuk mengalami kondisi yang sama selama kehamilan.
  5. Ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit ginjal atau hipertensi sebelum hamil memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan hipertensi selama kehamilan.
  6. Obesitas, terutama dengan indeks massa tubuh (BMI) di atas 35, dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Hal ini karena  dapat memengaruhi fungsi sistem kardiovaskular dan metabolisme tubuh secara keseluruhan. 

Cara pengobatan hipertensi pada ibu hamil

Melansir Mayo Clinic, perawatan tekanan darah tinggi selama kehamilan merupakan langkah penting untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Namun tidak semua obat tekanan darah aman untuk digunakan selama masa kehamilan.

Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), penghambat reseptor angiotensin II dan penghambat renin merupakan beberapa contoh obat tekanan darah yang perlu dihindari selama kehamilan karena dapat menyebabkan komplikasi pada perkembangan janin.

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke dan komplikasi lainnya yang serius. Selain itu, tekanan darah tinggi juga dapat membahayakan kesehatan bayi dalam kandungan.

Oleh sebab itu, sangat penting bagi perempuan hamil dengan hipertensi untuk mematuhi pengobatan yang diresepkan oleh penyedia layanan kesehatan mereka. Minum obat secara teratur sesuai dosis yang ditentukan sangat penting dan tidak boleh menghentikan atau mengubah dosis obat tanpa persetujuan dokter.

Bagi wanita dengan risiko tinggi mengembangkan preeklamsia, aspirin dosis rendah sering direkomendasikan sebagai tindakan pencegahan. Penelitian telah menunjukkan bahwa aspirin dosis rendah aman untuk digunakan selama kehamilan dan dapat membantu mengurangi risiko terjadinya preeklamsia.

Namun seperti halnya dengan obat lainnya, konsultasikan dengan dokter sebelum memulai penggunaan aspirin dosis rendah selama kehamilan.

Selalu penting untuk berbicara dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan Bunda tentang pengelolaan tekanan darah tinggi selama kehamilan. Mereka akan membantu untuk memahami risiko dan manfaat dari berbagai opsi perawatan yang tersedia, serta memberikan saran terbaik sesuai dengan kondisi kesehatan.

Efek jangka panjang hipertensi selama kehamilan

Melansir Kemkes, tidak hanya memengaruhi kehamilan. Ibu hamil dengan hipertensi juga akan berpengaruh dalam jangka panjang, terutama setelah melahirkan. Meski tekanan darah telah kembali normal setelah persalinan, hipertensi mungkin dapat berkembang kembali, sehingga pemantauan secara berkala minimal sekali setahun dapat membantu mendeteksi dini.

Kontrol rutin ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi kesehatan dan mencegah terjadinya berbagai komplikasi yang terkait dengan hipertensi.

Selain itu, anak yang lahir dari ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskular dalam 10 tahun pertama kehidupannya.

Risiko ini dapat meningkat apabila Bunda juga memiliki riwayat penyakit kardiovaskular atau diabetes melitus. Oleh sebab itu, penanganan hipertensi yang efektif dan tepat waktu selama kehamilan, terutama pada tahap awal kehamilan, dapat berkontribusi dalam memperbaiki kesehatan kardiovaskular anak.

Dengan begitu, langkah-langkah pencegahan yang dilakukan dapat membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular pada generasi berikutnya.

Demikian ulasan tentang Ibu hamil dengan hipertensi. Semoga bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

5 Penyakit yang Biasa Dialami Ibu Hamil, Waspada Bun

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Pemain Timnas Rizky Ridho dan Istri Umrah setelah Nikah, Ini Potret Kebahagiaannya

Mom's Life Annisa Karnesyia

Ini 3 Dosa yang Menghapus Pahala sebesar Gunung

Mom's Life Amira Salsabila

Istana Inggris Diduga Balas Konten Viral Dance Hamil Meghan Markle, Posting Unggahan Ini

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

Mengenal Orang Tua Overprotektif: Ciri-ciri, Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Parenting Kinan

Humaira Putri Zaskia Sungkar Ultah Pertama, Intip 5 Potret Keseruan Playdatenya

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Pemain Timnas Rizky Ridho dan Istri Umrah setelah Nikah, Ini Potret Kebahagiaannya

Mengenal Orang Tua Overprotektif: Ciri-ciri, Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Ini 3 Dosa yang Menghapus Pahala sebesar Gunung

Istana Inggris Diduga Balas Konten Viral Dance Hamil Meghan Markle, Posting Unggahan Ini

Humaira Putri Zaskia Sungkar Ultah Pertama, Intip 5 Potret Keseruan Playdatenya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK