Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Waspadai Hipertensi dalam Kehamilan, Penyebab, Cara Mengobati & Mencegah

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Rabu, 02 Nov 2022 21:15 WIB

Hipertensi pada Ibu Hamil
Hipertensi dalam Kehamilan: Jenis, Penyebab, Cara Mengobati & Mencegah/ Foto: iStock

Bunda pasti sudah tak asing dengan penyakit darah tinggi ya. Penyakit yang dikenal juga dengan hipertensi ini bisa dialami siapa pun, termasuk ibu hamil atau bumil.

Beberapa Bunda dapat mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan. Kondisi ini bisa berisiko pada Bunda dan Si Kecil dalam kandungan.

Tekanan darah tinggi dalam kehamilan

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), tekanan darah adalah kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh darah atau arteri. Nah, arteri ini berfungsi membawa darah dari jantung ke paru-paru dan mengambil oksigen untuk dibawa ke organ dan jaringan. Kemudian, pembuluh darah yang disebut vena akan mengembalikan darah ke jantung.

Pada hipertensi, kekuatan darah terhadap dinding arteri menjadi terlalu tinggi. Biasanya, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90 mmHg.

Tekanan darah tinggi biasanya tidak menimbulkan gejala, Bunda. Namun, selama kehamilan, tekanan darah tinggi yang parah atau tidak terkontrol dapat menyebabkan masalah pada Bunda dan janin.

"Beberapa wanita memiliki tekanan darah tinggi sebelum mereka hamil. Sementara yang lain mengalaminya pertama kali selama kehamilan," tulis ACOG dikutip dari laman resminya.

Jenis hipertensi dalam kehamilan

Bumil yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi selama kehamilan perlu mendapatkan pemantauan ketat. Dokter mungkin perlu mengetahui potensi risiko yang terjadi dari tekanan darah tinggi ini.

Ada 5 jenis hipertensi atau tekanan darah tinggi dalam kehamilan yang Bunda perlu tahu. Berikut penjelasan lengkapnya:

1. Hipertensi kronis

ACOG menjelaskan bahwa hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi yang dialami wanita sebelum hamil atau yang berkembang pada paruh pertama kehamilan, yakni sebelum usia kehamilan 20 minggu.

Hipertensi kronis dapat memberikan tekanan ekstra pada jantung dan ginjal. Selain itu, tekanan darah tinggi selama kehamilan ini juga bisa meningkatkan risiko preeklamsia, kelahiran prematur, solusio plasenta, dan kelahiran caesar.

Pada paruh pertama kehamilan, tekanan darah biasanya turun. Jika hipertensi Bunda ringan, maka tekanan darah mungkin tetap seperti itu atau bahkan kembali normal selama kehamilan. Tetapi jika tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih tinggi, maka dokter kandungan mungkin menyarankan pemberian obat darah tinggi.

Ibu hamil sakitIlustrasi Bumil Mengalami Hipertensi/ Foto: iStock

2. Hipertensi gestasional

Dilansir Mayo Clinic, hipertensi gestasional adalah tekanan darah tinggi yang berkembang setelah usia kehamilan 20 minggu. Pada kondisi ini, tidak ditemukan adanya kelebihan protein dalam urine dan tidak ada tanda-tanda kerusakan organ lainnya. Namun, pada beberapa kasus, hipertensi gestasional bisa menyebabkan preeklamsia.

Menurut ACOG, kebanyakan wanita dengan kondisi ini hanya mengalami sedikit peningkatan tekanan darah. Tetapi, beberapa di antaranya bisa mengalami hipertensi berat, yakni 160/100 mmHg atau lebih.

3. Hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia

Kondisi ini terjadi ketika hipertensi kronis menyebabkan tekanan darah tinggi yang memburuk selama kehamilan. Bumil dengan kondisi ini dapat mengembangkan protein dalam urine atau komplikasi lainnya selama kehamilan, Bunda.

Menurut ulasan di American Journal Obstetrics & Gynecology tahun 2021, hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia dapat mempersulit sekitar 20 persen kehamilan pada wanita dengan hipertensi kronis. Selain itu, kondisi ini juga dikaitkan dengan peningkatan morbiditas pada ibu dan perinatal dibandingkan dengan preeklamsia.

4. Preeklamsia

Preeklamsia adalah kondisi meningkatnya tekanan darah ibu saat hamil, yang bisa mencapai 140/90 mmHg.  Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Sub Endokrinologi & Menopouse, Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG-KFer, menjelaskan bahwa preeklamsia terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

"Preeklamsia dapat terjadi pada Bunda dengan kehamilan sehat. Pada Bunda yang sudah tinggi tekanan darahnya sebelum usia kehamilan 20 minggu, kemungkinan sudah tinggi sebelum hamil," ungkap dokter yang berpraktik di RS Hermina Jatinegara ini saat dihubungi HaiBunda, beberapa waktu lalu.

Ada tiga cara untuk menegakkan diagnosis preeklamsia saat hamil, yakni melihat riwayat pada kehamilan sebelumnya, pemeriksaan protein di urine, dan pemeriksaan darah. Selain ketiga pemeriksaan, di atas, diagnosis preeklamsia juga dapat ditegakkan dengan melihat tanda-tanda yang muncul, seperti penurunan fungsi hati, penurunan fungsi ginjal, muncul sesak napas, sakit kepala, atau gangguan penglihatan.

5. Eklamsia

Eklamsia dalam Bahasa Latin berarti 'petir'. Secara harafiah, eklamsia berarti kejang yang dialami bumil.

Eklamsia tak dapat muncul begitu saja selama masa kehamilan. Sebelum mengalami eklamsia, bumil sudah terlebih dahulu didiagnosis preeklamsia, Bunda.

"Pada kondisi eklamsia, Bunda juga dapat mengalami kejang hingga tidak sadarkan diri. Kejang juga dapat terjadi sampai berulang-ulang," ujar Andon.

Tanda-tanda eklamsia

Berikut tanda-tanda eklamsia yang dapat terjadi menjelang persalinan:

  • Tekanan darah tinggi
  • Tungkai dan kaki bengkak
  • Kejang
  • Cortical blindness, yakni gangguan penglihatan karena masalah di otak

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga tanda preeklamsia pada bumil, di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

PENYEBAB DAN CARA MENCEGAH HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Hipertensi pada Ibu Hamil

Hipertensi dalam Kehamilan: Jenis, Penyebab, Cara Mengobati & Mencegah/ Foto: iStock

Penyebab hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi selama kehamilan dapat disebabkan karena beberapa hal, Bunda. Melansir dari Healthline, berikut 9 penyebabnya:

  1. Kelebihan berat badan atau obesitas
  2. Tidak melakukan aktivitas fisik atau jarang bergerak
  3. Merokok atau minum alkohol
  4. Kehamilan pertama
  5. Riwayat keluarga mengalami hipertensi terkait kehamilan
  6. Hamil lebih dari satu anak
  7. Hamil di atas usia 35 tahun
  8. Mengidap diabetes atau penyakit autoimun tertentu
  9. Hamil melalui prosedur bayi tabung
Banner Gerakan Janin

Efek hipertensi bagi ibu hamil

Mengutip laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), insiden hipertensi pada kehamilan cukup sering terjadi. Data menunjukkan, komplikasi hipertensi terjadi pada 5-10 dari 100 ibu hamil.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riise dkk pada tahun 2017, hipertensi gestasional meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular di masa yang akan datang, seperti penyakit jantung koroner dan gagal jantung. Insiden penyakit kardiovaskular ini bahkan ditemukan lebih berat pada bumil dengan hipertensi gestasional di kehamilan kedua, dibandingkan pada kehamilan pertama.

"Bila insiden penyakit kardiovaskular di masa depan dibandingkan antara pasien hipertensi gestasional dan preeklampsia, maka didapatkan insiden yang lebih tinggi pada ibu hamil dengan preeklampsia", tulis dr. Aditya Angela Adam, M.Biomed dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta.

Bunda juga perlu waspada dengan preeklamsia dan eklamsia ya. Menurut Aditya, bumil dengan preeklampsia berat maupun eklampsia memiliki risiko yang besar untuk mengalami kematian pada ibu dan janin. Bunda yang mengalami tanda awal eklampsia atau sudah mengalami kejang, perlu menghentikan kehamilan dengan cara operasi caesar.

Cara mengobati hipertensi

Merawat diri sendiri dengan baik adalah cara terbaik untuk menjaga kehamilan pada Bunda dengan hipertensi. Berikut cara menangani hipertensi selama hamil:

  1. Rutin kontrol ke dokter untuk cek kesehatan dan tekanan darah.
  2. Minum obat hipertensi sesuai resep dokter. Dokter pasti memberikan obat yang paling aman dengan dosis yang tepat untuk bumil.
  3. Tetap aktif selama hamil, misalnya melakukan olahraga ringan.
  4. Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Bila perlu Bunda konsultasi ke ahli gizi untuk membuat aturan pola makan sehat selama hamil.
  5. Hindari konsumsi obat herbal atau obat lain tanpa resep dokter.

Ada beberapa obat untuk menurunkan tekanan darah biasanya tidak dianjurkan selama kahamilan, seperti ACE inhibitor, renin inhibitor, dan penghambat reseptor angiotensin. Penggunaan obat-obatan mungkin diperlukan, tapi semua atas resep dokter kandungan.

Cara mencegah hipertensi

Bunda dapat mencegah hipertensi saat program hamil. Berikut cara mencegahnya:

  1. Faktor risiko hipertensi, seperti obesitas, dapat diminimalisir dengan diet sehat dan olahraga.
  2. Pastikan berat badan ideal sebelum hamil.
  3. Konsumsi makanan sehat yang lengkap nutrisi.
  4. Membatasi asupan garam karena bisa menyebabkan hipertensi dan memengaruhi pertumbuhan janin.
  5. Hindari merokok dan minum alkohol.
  6. Kelola stres dengan baik sebelum hamil.

(ank/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda