KEHAMILAN
Ciri-Ciri Sifilis pada Ibu Hamil dan Cara Mencegahnya
Asri Ediyati | HaiBunda
Selasa, 23 Apr 2024 11:03 WIBSifilis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Paling sering, penyakit ini menyebar melalui kontak seksual, Bunda.
Penyebaran sifilis dimulai sebagai luka yang seringkali tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya muncul di alat kelamin, rektum, atau mulut. Penyakit sifilis menular dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan luka tersebut.
Penyakit sifilis juga dapat ditularkan ke bayi selama kehamilan dan persalinan dan terkadang saat proses menyusui. Dilansir Mayo Clinic, setelah infeksi terjadi, bakteri sifilis dapat bertahan di dalam tubuh selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala. Namun infeksinya bisa menjadi aktif kembali.
Tanpa pengobatan, sifilis dapat merusak jantung, otak, atau organ lainnya. Penyakit ini bisa mengancam jiwa, Bunda.
Sifilis dini sebenarnya dapat disembuhkan, terkadang dengan satu suntikan obat yang disebut penisilin. Mengetahui gejala serta penanganan sifilis, terutama pada ibu hamil, sangat penting untuk mencegah risiko penularan pada bayi.
Sifilis pada ibu hamil
Pada ibu hamil, penyakit sifilis bisa menular secara transplasental (dari ibu ke janin). Penularan sifilis dari ibu ke anak (sifilis bawaan) biasanya berdampak buruk pada janin bila infeksi pada ibu hamil tidak terdeteksi dan tidak diobati secara dini dalam kehamilan. Perlu diketahui, beban kesakitan dan kematian akibat sifilis kongenital cukup tinggi.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, diperkirakan 350.000 hasil kehamilan yang merugikan di seluruh dunia dikaitkan dengan sifilis, termasuk 143.000 pada kematian janin/lahir mati, 62.000 kematian neonatal, 44.000 bayi prematur atau berat badan lahir rendah, dan 102.000 bayi yang terinfeksi.
Ciri-ciri gejala sifilis pada ibu hamil
Sifilis dapat ditularkan ke bayi selama kehamilan. Hal tersebut dapat berkontribusi pada kemungkinan komplikasi selama kehamilan, seperti persalinan prematur atau keguguran.
Selain masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang belum lahir, pengidap sifilis selama kehamilan juga dapat mengalami gejala tergantung pada stadium infeksi sifilis. Berikut beberapa gejalanya:
1. Sifilis primer
Mengutip Healthline, pada infeksi sifilis tahap pertama atau primer, gejalanya dapat berupa luka di area tubuh, seperti vulva, vagina, serviks, dubur, lidah, bibir.
Gejala infeksi pada tahap ini biasanya timbul 10 sampai 90 hari setelah terpapar bakteri dan dapat berlangsung selama 3 hingga 6 minggu. Sifilis yang tidak diobati pada stadium 1 dapat berlanjut ke stadium 2.
2. Sifilis sekunder
Sifilis tahap kedua dimulai ketika luka asli mulai sembuh dan ruam mulai terbentuk. Ruam yang tidak gatal ini muncul sebagai bintik kasar berwarna coklat kemerahan pada perut, dada, telapak tangan, atau di telapak kaki.
Selain ruam, gejala lain yang dapat muncul pada stadium sekunder antara lain:
- luka mulut
- kelenjar bengkak
- demam
- rambut rontok
- sakit kepala
- nyeri otot
- penurunan berat badan
- kelelahan
3. Sifilis laten
Sifilis laten atau tahap tidak aktif dimulai ketika luka dan ruam aktif hilang. Infeksi tampaknya sudah berakhir, namun kenyataannya infeksi memasuki fase tidak aktif yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Pasien mungkin tidak merasakan gejala yang nyata selama periode ini, namun infeksi tetap ada di tubuh. Gejala dapat muncul kembali di kemudian hari, dan infeksi dapat berkembang.
4. Sifilis tersier
Tanpa pengobatan, sifilis bisa berpindah ke stadium akhir atau tersier. Pada titik ini, gejalanya tidak hanya berupa luka dan ruam, tetapi juga kerusakan organ yang lebih serius. Penyakit ini dapat memengaruhi organ mana pun dan dapat menyebabkan masalah saraf, kebutaan, ketulian, kelumpuhan, demensia, hingga kematian.
Cara mengobati sifilis pada ibu hamil
Sifilis pada kehamilan dapat diobati dengan antibiotik penisilin. Dosis, waktu, dan durasi pengobatan akan bergantung pada stadium penyakit saat didiagnosis dan berapa banyak waktu yang tersisa dalam kehamilan sebelum melahirkan. Perawatan harus dimulai setidaknya 30 hari sebelum melahirkan. Setiap pasangan seksual dari individu yang didiagnosis sifilis selama kehamilan juga harus diobati untuk mencegah infeksi ulang.
Selama kehamilan, sifilis ditularkan ke bayi pada sekitar 80 persen kasus, dan bayi yang lahir dengan sifilis kongenital juga akan diberi penisilin. Perawatan biasanya berlangsung sekitar 2 minggu. Bagi pengidap alergi penisilin, antibiotik lain seperti sefalosporin atau amoksisilin dapat digunakan.
Cara mencegah sifilis pada ibu hamil
Perempuan dianjurkan untuk melakukan tes sifilis bila sedang merencanakan kehamilan. Setelah hamil, dokter umum, bidan atau dokter kandungan seharusnya menawarkan tes darah sifilis pada kehamilan pertama atau pemeriksaan antenatal dan pada minggu ke 28 dan 36. Saat memeriksakan kandungan, Bunda sebaiknya menanyakan soal pemeriksaan ini ke dokter.
Selain pemeriksaan, ada beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk mencegah sifilis sebelum dan saat hamil, yakni:
- Memakai kondom untuk semua jenis hubungan seks, termasuk seks oral, vagina dan anal.
- Menjalani tes penyakit menular seksual secara teratur.
- Melakukan perawatan antenatal dan melakukan tes darah yang diperlukan selama kehamilan.
Secara khusus, tes sifilis merupakan jenis pemeriksaan laboratorium penyakit menular yang tersedia di fasilitas kesehatan. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), tes laboratorium termasuk bagian dari perawatan rutin selama kehamilan.
"Tes-tes ini dapat membantu menemukan kondisi yang dapat meningkatkan risiko komplikasi pada ibu dan janin. Banyak masalah yang ditemukan dari hasil tes ini dapat ditangani selama kehamilan," tulis ACOG dalam laman resminya.
Bahaya sifilis pada ibu hamil dan janin
Ibu hamil yang mengidap sifilis dapat menularkan penyakit tersebut kepada bayinya. Bayi yang belum lahir bisa terinfeksi melalui plasenta. Selain itu, infeksi juga bisa terjadi saat melahirkan.
Penyakit sifilis pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, atau kematian bayi sesaat setelah lahir. Sekitar 40 persen bayi yang lahir dari perempuan dengan sifilis yang tidak diobati dapat lahir mati atau meninggal akibat infeksi tersebut saat baru lahir.
Bayi baru lahir yang mengidap sifilis kongenital mungkin tidak menunjukkan gejala. Namun, tanpa pengobatan yang cepat, beberapa bayi mungkin mengalami:
- Luka dan ruam pada kulit.
- Demam.
- Suatu jenis perubahan warna kulit dan mata, yang disebut penyakit kuning.
- Kurangnya sel darah merah disebut anemia.
- Limpa dan hati bengkak.
- Bersin atau hidung tersumbat dan berair, disebut rinitis.
- Perubahan tulang.
Gejala selanjutnya mungkin termasuk ketulian, masalah gigi, dan saddle nose. Bayi yang mengalami sifilis juga bisa lahir terlalu dini, meninggal di dalam rahim sebelum dilahirkan, atau mati setelah lahir.
Demikian penjelasan Bubun terkait sifilis saat hamil. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/ank)