Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Kenali Gejala Awal Turun Peranakan dan Penyebabnya, Ibu Hamil Hati-hati

Melly Febrida   |   HaiBunda

Senin, 20 May 2024 18:03 WIB

Penebalan dinding rahim
Ilustrasi peranakan turun/ Foto: Getty Images/peakSTOCK
Daftar Isi

Peranakan turun terjadi ketika rahim turun menuju keluar atau ke dalam vagina. Kondisi ini bisa terjadi pada perempuan manapun. Yuk kenali gejala awal turunnya peranakan dan penyebabnya.

Melansir laman Cleveland Clinic, peranakan turun atau yang disebut dengan prolaps uteri terjadi ketika otot dan jaringan di sekitar rahim menjadi lemah. Otot, ligamen, dan jaringan di panggul rusak atau melemah hingga tidak dapat lagi memberikan dukungan. Hal ini menyebabkan organ panggul masuk atau keluar dari vagina Anda.

Diungkap oleh Dr. dr. Suskhan Djusad, Sp.OG (K) dari RSCM, organ panggul wanita terdiri dari kandung kemih, uterus (rahim), dan rectum (usus bagian bawah). Kemudian ada jaringan-jaringan yang disebut fasia dan ligamen yang bertugas membantu organ-organ ini tetap bertahan di tempatnya.

Jaringan ini juga membantu organ-organ panggul melekat pada sisi tulang panggul, dan menjaga mereka tetap berada di dalam panggul. Otot-otot dasar panggul Bunda menjadi penyokong organ dari bawah.

"Nah, apabila penyokong-penyokong tersebut robek atau terenggang karena penyebab tertentu, atau otot-otot dasar panggul lemah, maka organ-organ panggul (kandung kemih, rahim atau usus bagian bawah) dapat turun ke dalam vagina atau keluar melalui kemaluan. Kondisi ini yang kemudian dinamakan peranakan turun atau prolaps uteri," ungkap Suskhan pada HaiBunda beberapa waktu lalu.

Peranakan turun paling sering terjadi setelah menopause, dan pada orang yang pernah melahirkan lebih dari satu kali melalui vagina. Kondisi ini bisa bersifat ringan atau berat, bergantung pada seberapa lemah otot pendukung rahim. 

Pada prolaps inkomplit, rahim mungkin tergelincir sehingga berada pada sebagian di dalam vagina. Hal ini menimbulkan benjolan atau tonjolan. Dalam kasus yang lebih parah, rahim Bunda tergelincir cukup jauh hingga keluar dari vagina. Kondisi tersebut dinamakan prolaps total.

Valinda Nwadike, Dokter Kebidanan dan Ginekologi menjelaskan bahwa turun peranakan terjadi secara bertahap. Dokter menilai tingkat keparahannya dari tingkat pertama hingga tingkat keempat. Tingkat keparahan yang paling rendah adalah tingkat pertama.

"Pada prolaps tingkat tinggi, prolaps serviks juga mungkin terjadi. Hal ini terjadi ketika otot dan ligamen dasar panggul tidak lagi mampu menopang rahim," kata Nwadike dilansir dari Medical News Today.

Pada beberapa kasus, rahim bisa menonjol keluar dari lubang vagina. Komplikasi dapat berupa ulserasi pada jaringan yang terbuka dan prolaps organ panggul lainnya, seperti kandung kemih atau rektum.

Penyebab turunnya peranakan

Menurut Dr. dr. Suskhan Djusad, Sp.OG (K), dokter Spesialis Obstetri Ginekologi, dan Konsultan Uroginekologi dan Rekonstruksi Vagina, mengatakan bahwa ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan perempuan mengalami peranakan turun, seperti:

1. Usia

Perempuan yang panjang umur hingga 9-100 tahun rentan mengalami prolaps uteri atau peranakan turun. Ketika Bunda mengalami menopause, gejala peranakan turun mulai bermunculan. Ini karena saat menopause, hormon estrogen berkurang.

2. Kehamilan

Pada saat hamll hormon estrogen berkurang dan mengakibatkan otot di dasar panggul lemas. Saat hamil anak pertama, rahim mulai turun. Hamil anak kedua dan selanjutnya bisa semakin turun.

3. Melahirkan

Sebanyak 50 persen Bunda yang sudah pernah melalui proses persalinan berisiko mengalami prolaps. Angka kelahiran di Indonesia mencapai 5 juta per tahun maka risiko ibu yang mengalami prolaps bisa mencapai 2-2,5 juta jiwa. Sayangnya, masih sangat sedikit yang berani memeriksakan gejala peranakan turun ke dokter.

"Mengapa peranakan turun bisa dialami ibu hamil dan melahirkan? Tanpa Bunda sadari, terjadi kerusakan otot levator ani dan kumpulan otot pada panggul pada saat bersalin, yang akhirnya membuat rahim turun," kata dr Suskhan dalam tulisannya di Haibunda.

Ibu hamil yang mengalami proses mengejan lama pada saat persalinan berisiko mengalami turun peranakan. Begitu juga Bunda yang melahirkan bayi besar, lebih dari 3,5 kg, bayi yang keluarnya susah, serta melalui prosedur vakum memperbesar risiko terjadinya prolaps uteri.

4. Aktivitas dan melakukan pekerjaan berat

Bunda yang sering mengangkat galon, memindahkan lemari, atau melakukan aktivitas berat lainnya berisiko mengalami peranakan turun. Aktivitas tersebut dapat menyebabkan tekanan abdomen turun. Bunda di usia 50 tahun, sebaiknya menghindari mengangkat beban yang beratnya lebih dari 3 kg.

5. Gaya hidup

Gaya hidup sehari-hari juga dapat meningkatkan risiko prolaps. Bunda yang kurang mengonsumsi makanan berserat bisa mengalami konstipasi atau susah buang air besar yang membuat Bunda mengejan. Selain itu, indeks massa tubuh tinggi, overweight, dan obesitas juga berpengaruh.

6. Genetik

Genetik juga bisa menjadi faktor risiko terjadinya peranakan turum,  namun persentasenya kecil. Sebuah suku di Afrika ada yang secara genetik tidak akan mengalami peranakan turun. Namun, ada juga kondisi yang disebut sindrom Ehlers Danlos yang menyebabkan perempuan berisiko lebih besar mengalami peranakan turun.

Gejala peranakan turun

Bunda yang mengalami peranakan turun ketika semakin berat dapat mengalami beberapa gejala di bawah ini:

  • Sesuatu terasa turun atau keluar dari liang kemaluan
  • Terasa atau teraba ada benjolan di liang kemaluan
  • Terasa pegal di daerah belakang atau punggung
  • Susah berjalan
  • Perdarahan pervaginam
  • Inkontinensia urin (gangguan Berkemih)
  • Konstipasi (gangguan BAB)
  • Gangguan bersenggama

Gejala-gejala ini dapat membaik setelah Bunda berbaring. Tapi, Bunda dapat merasakan nyeri dan terkadang disertai pendarahan ketika prolaps keluar dari vagina dan menyentuh celana dalam.

Pencegahan peranakan turun

Bunda dapat mencegah peranakan turun walau memiliki faktor risiko. dr Suskhan mengatakan, pencegahan utama yang dapat dilakukan dengan rajin latihan kegel yang bertujuan agar organ-organ yang tadinya turun akan naik ke atas. 

Begitu anak lahir, Bunda sebaiknya mencari dokter yang berkompetensi dalam peranakan turun. Dokter akan melihat apakah ada potensi peranakan turun atau tidak. Apabila iya, Bunda bisa melakukan latihan kegel.

Selain latihan kegel, Bunda harus menghindari mengangkat beban terlalu berat. Angkat yang ringan dan tak lebih dari 3 kg. 

"Kemudian, makanlah makanan yang tinggi serat, seperti buah-buahan, sayuran agar tidak mengalami konstipasi. Terakhir, buang air kecil yang benar dan jangan ditahan," kata dr Suskhan.

Demikian penjelasan mengenai peranakan turun atau prolaps uteri, setelah mengetahui penyebabnya semoga dapat menjadi pengingat agar ibu hamil tidak mengangkat berat yang berisiko membahayakan kesehatan ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda