Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Mengenal Tingkeban Tradisi Kehamilan yang Digelar Via Vallen, Maknanya Dalam Bun

Alysa Audriani   |   HaiBunda

Rabu, 03 Jul 2024 10:50 WIB

Via Vallen
Mengenal Makna Tingkeban Tradisi Kehamilan yang Digelar Via Vallen, Maknanya Dalam Bun /Foto: Instagram @viavallen @chevra_yo88
Daftar Isi
Jakarta -

Maulidia Octavia atau yang lebih sering dikenal dengan Via Vallen saat ini tengah menjalani kehamilan anak pertama. Untuk mendapatkan kehamilan, penyanyi yang satu ini harus menghadapi tantangan yang tidak mudah lho. 

Pasalnya, ia dan sang suami Chevra Yolandi harus menanti selama dua tahun setelah menjalin hubungan rumah tangga. Seiring berjalannya waktu, tak terasa kini usia kehamilan Via Vallen semakin bertambah.

Bahkan, pelantun lagu Meraih Bintang tersebut juga sudah memasuki bulan ke-7 alias trimester ketiga lho. Tentu, kehamilan ini memberikan rasa kebahagiaan yang luar biasa bagi Via dan suaminya.

Sebagai sosok yang memiliki keturunan Jawa, Via Vallen memiliki tradisi tersendiri untuk mengucapkan rasa syukur atas kehamilannya. Di usia kehamilan tujuh bulan ini, ia dan suaminya pun melakukan tradisi tingkeban. 

Melalui akun Instagram pribadinya, Via membagikan beberapa potret dirinya bersama sang suami saat melakukan tradisi tingkeban tersebut. Pasangan yang satu ini juga terlihat antusias ketika sedang melalui proses dari tradisi tingkeban.

“Alhamdulillah tingkeban baby A berjalan lancar. Tumbuh sehat selalu ya anakk ami & abi,” tutur Via Vallen, dikutip dari akun Instagram pribadi Via dan Chevra, @viavallen dan @chevra_yo88.

“Terima kasih buat keluarga, berikut teman teman yang hadir dan turut mendoakan baby A,” sambungnya. 

Namun, tahukah Bunda? Tingkeban ini bukanlah tradisi yang biasa lho. Hal ini lantaran tradisi tingkeban memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Jawa. 

Lantas, apa sebenarnya makna dari melaksanakan tradisi tingkeban saat menjalani kehamilan? Simak terus untuk mengetahui informasi selengkapnya, Bunda. 

Mengenal tingkeban

Tingkeban merupakan tradisi upacara yang bertujuan untuk menolak bala dan memohon keselamatan selama kehamilan. Pada umumnya, upacara tingkeban akan dilaksanakan saat usia kehamilan ibu hamil telah mencapai tujuh bulan. 

Perlu Bunda ketahui bahwa 'tingkeb' ini memiliki arti 'tutup'. Sehingga, upacara tingkeban merupakan upacara penutup selama kehamilan sampai bayi dilahirkan.

Tak hanya itu, pelaksanaan tingkeban biasanya juga setelah waktu maghrib dan dihadiri oleh berbagai pihak. Hal ini meliputi sang ibu hamil itu sendiri, suaminya, keluarga, dukun, serta ulama. 

Melansir dari laman Pemerintah Kota Surakarta, tingkeban juga memiliki istilah lain lho. Beberapa masyarakat Jawa akan memberi panggilan tradisi ini sebagai mitoni. Yang membedakan adalah, tingkeban merupakan istilah yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa Timur.

Sementara itu, masyarakat yang berasal dari Jawa Tengah seperti Karesidenan Solo menganggap tradisi tujuh bulanan ini dengan istilah mitoni.  

Lebih lanjut, upacara tingkeban atau mitoni ini juga terbagi menjadi dua jenis. Melansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, hal ini di antaranya: 

  1. Mitoni atau tingkeban bagi calon ibu yang akan mempunyai anak pertama dengan tambahan siraman. 
  2. Mitoni atau tingkeban bagi calon ibu yang akan mempunyai anak kedua dan seterusnya hanya melakukan selamatan kenduri. 

Perlengkapan upacara tingkeban

Pada dasarnya, setiap masyarakat Jawa yang melaksanakan upacara tingkeban akan membutuhkan dua perlengkapan. Hal ini meliputi sajen dan kenduri. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sajen merupakan makanan, bunga, dan dupa yang dipersembahkan dalam upacara keagamaan yang dilakukan secara simbolis dengan tujuan berkomunikasi dengan kekuatan gaib. Sementara itu, kenduri adalah perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat, dan sebagainya. 

Kendati demikian, upacara tradisi tingkeban akan memiliki perlengkapan sajen dan kendari yang berbeda bagi setiap masyarakat yang melaksanakannya lho. Pasalnya, hal ini akan bergantung kembali dengan golongan masyarakat tersebut. 

Dalam upacara tingkeban atau mitoni, masyarakat akan terbagi menjadi dua golongan. Yaitu, golongan bangsawan dan golongan rakyat biasa. 

Berikut adalah perbedaan dari perlengkapan upacara tingkeban bagi golongan bangsawan dan golongan rakyat biasa: 

Perlengkapan upacara golongan bangsawan 

  • Sajen: tumpeng robyong, tumpeng gundul, sekul asrep-asrepan, ayam hidup, sebutir kelapa, lima macam bubur, dan jajanan pasar.
  • Kenduri: nasi majemukan, tujuh pasang nasi, pecel ayam, sayur menir, ketan kolak, apem, nasi gurih, ingkung, nasi punar, ketupat, rujak dan dawet, emping ketan, air bunga dan kelapa tabonan. 

Perlengkapan upacara golongan rakyat biasa 

  • Sajen: sego jangan, jajanan pasar, jenang abang putih, jenang baro-baro, emping ketan, tumpeng robyong, sego golong, sego liwed, dan bunga telon. 
  • Kenduri: sego gurih, sego ambengan, jajanan pasar, ketan kolak, apem, pisang raja, sego jajanan, tujuh buah tumpeng, jenang, kembang boreh, dan kemenyan.

Perlu dicatat bahwa terdapat juga beberapa makanan yang dapat menjadi pantangan untuk tradisi tingkeban lho. Makanan-makanan tersebut di antaranya ikan gabus atau ikan sungsang, daging yang bersifat panas, belut, kepiting, hingga buah durian dan maja.

Bunda, itulah makna dari tradisi tingkeban yang baru saja dilaksanakan oleh Via Vallen dan sang suami di kehamilan anak pertama mereka. Semoga informasinya bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda