Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Berapa Lama Reaksi Obat Perangsang Melahirkan Bekerja?

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Kamis, 15 Aug 2024 16:35 WIB

Ilustrasi Melahirkan
Ilustrasi Induksi Persalinan/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Daftar Isi
Jakarta -

Penggunaan obat perangsang melahirkan merupakan bagian dari induksi persalinan. Tindakan ini umumnya dilakukan untuk meminimalkan risiko komplikasi yang mengancam ibu dan bayinya, Bunda.

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menjelaskan, induksi persalinan dilakukan dengan menggunakan obat-obatan atau metode lain untuk mempercepat (menginduksi) persalinan. Persalinan diinduksi untuk merangsang kontraksi rahim dalam upaya melahirkan melalui vagina.

"Induksi persalinan mungkin disarankan jika kesehatan ibu atau janin terancam," demikian penjelasan ACOG, dalam laman resminya.

Melansir dari Mayo Clinic, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dokter untuk menyarankan ibu hamil melakukan induksi persalinan. Beberapa di antaranya adalah kondisi kesehatan Bunda, kondisi janin, usia kehamilan, perkiraan berat badan janin, ukuran dan posisinya di dalam rahim.

Dokter yang menyarankan induksi persalinan sering kali mempertimbangkan manfaatnya yang lebih besar dibandingkan risikonya. Induksi persalinan juga dapat dilakukan meski tidak ada indikasi medis pada usia kehamilan minimal 39 minggu.

Induksi persalinan dengan obat

Ada beberapa jenis obat yang digunakan sebagai perangsang melahirkan atau induksi persalinan, yakni:

1. Prostaglandin

Dilansir Cleveland Clinic, prostaglandin merupakan zat yang bertindak seperti hormon dalam tubuh. Zat ini membantu melunakkan serviks atau leher rahim sehingga kontraksi dapat dimulai. Dokter dapat memberikan prostaglandin dalam bentuk pil atau supositoria di vagina untuk menginduksi persalinan.

Ada dua jenis prostaglandin yang paling umum digunakan sebagai obat perangsang melahirkan, yakni misoprostol (Cytotec®) dan dinoprostone (Cervidil®). Berikut penjelasan lengkap dan cara kerja kedua jenis obat tersebut:

Misoprostol

Menurut ulasan di laman Drugs, misoprostol digunakan untuk mendorong pematangan serviks, induksi persalinan pada perempuan yang mengalami pecah ketuban dini, dan pengobatan perdarahan pasca-persalinan yang serius. ACOG merekomendasikan penggunaan misoprostol ini dengan dosis 25 mcg secara vaginal setiap 3 hingga 6 jam. Beberapa pasien mungkin memerlukan dosis 50 mcg setiap 6 jam.

"Misoprostol tersedia dalam bentuk tablet yang dapat diberikan lewat mulut atau dioleskan langsung ke serviks. Obat akan diserap dan akan mulai melunakkan serviks seiring berjalannya waktu. Setelah beberapa jam dan beberapa dosis, pasien mungkin akan mengalami dilatasi (serviks menitis dan terbuka) 2 atau 3 cm, dan, jika beruntung, proses persalinan dapat dimulai," ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Patricia Santiago-Munoz, M.D., dilansir University of Texas Southwestern Medical Center.

Beberapa ahli menyatakan bahwa obat perangsang melahirkan ini merupakan metode persalinan yang lebih efisien (dibandingkan oksitosin) pada pasien sebelum usia kehamilan 28 minggu.

Meski begitu, dosis penggunaan mesti tepat. Sebab, dosis yang tinggi dikaitkan dengan risiko efek samping, seperti penurunan denyut jantung janin dan takisistol uterus (kontraksi uterus yang sangat sering terjadi).

Dinoprostone

Dinoprostone bekerja dengan cara membuat serviks menipis dan melebar, serta menyebabkan rahim berkontraksi seperti yang terjadi selama persalinan. Penggunaan dinoprostone juga mesti dengan pendampingan dokter karena dapat menimbulkan efek samping dan tidak semua kondisi ibu hamil bisa diberikan obat ini.

Dinoprostone tersedia dalam bentuk benda kecil dan gel yang dimasukkan ke dalam vagina. Obat ini diberikan menggunakan jarum suntik oleh tenaga kesehatan di rumah sakit atau klinik. Setelah dosis diberikan, Bunda akan diminta tetap berbaring hingga 2 jam.

Dosis kedua gel dapat diberikan dalam 6 jam jika dosis pertama tidak menghasilkan respons yang diinginkan, Bunda. Dalam studi klinis, dinoprostone (Cervidil) umumnya bekerja dalam menginduksi persalinan antara 7 hingga 12 jam setelah dimasukkan ke dalam vagina.

2. Oksitosin

Oksitosin adalah hormon yang bisa memicu terjadinya kontraksi. Untuk menginduksi persalinan, dokter dapat memberikan oksitosin buatan (sintetis) yang diberikan secara intravena atau melalui infus.

"Meskipun oksitosin adalah hormon alami, hormon ini dapat diberikan secara sintetis untuk menginduksi atau mempercepat persalinan atau untuk mencegah atau mengobati pendarahan pasca persalinan," ujar Doherty.

Melansir laman Harvard Health Publishing dari Harvard Medical School, seorang perempuan yang persalinannya lambat terkadang diberikan oksitosin sintesis untuk mempercepat prosesnya. Setelah bayi lahir, oksitosin membantu mengalirkan ASI dari saluran di payudara ke puting.

Salah satu jenis oksitosin sintesis yang sering digunakan dalam persalinan adalah Pitocin. Hormon sintesis ini dapat membantu menginduksi persalinan dengan cara diberikan melalui infus di lengan. Biasanya, perawat akan secara bertahap meningkatkan kadar Pitocin hingga Bunda mengalami kontraksi teratur setiap 2 hingga 3 menit.

Dosis awal Pitocin kecil, dan dosisnya akan ditingkatkan perlahan hingga kontraksi terjadi dalam jarak beberapa menit. Setidaknya, butuh waktu lebih dari 30 menit bagi obat ini bekerja merangsang persalinan.

"Butuh waktu sekitar 40 menit setelah Pitocin dimulai sebelum pasien mulai mengalami kontraksi yang terlihat di monitor. Kontraksi biasanya sangat, sangat ringan," ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Brigham Faulkner Ob/Gyn Associates di Boston, Shannon Smith, M.D, mengutip laman Baby Center.

Risiko induksi persalinan dengan obat

Salah satu risiko induksi persalinan adalah efek dari penggunaan oksitosin. Ketika oksitosin digunakan, rahim bisa mengalami rangsangan yang berlebihan.

"Hal tersebut bisa menyebabkan rahim terlalu sering berkontraksi. Kontraksi yang terlalu banyak dapat menyebabkan perubahan detak jantung janin," kata ACOG.

Jika terdapat masalah pada detak jantung janin, pemberian oksitosin dapat dikurangi atau dihentikan. Perawatan lain mungkin diperlukan untuk menstabilkan detak jantung janin.

Induksi persalinan selain penggunaan obat

Selain pemberian obat, ada dua metode induksi persalinan untuk merangsang melahirkan, yakni:

1. Penggunaan kateter balon

Dokter dapat menempatkan tabung kecil dengan balon di bagian atas untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam serviks. Kemudian, balon akan diisi dengan larutan garam hingga mengembang. Tekanan ini dapat mematangkan leher rahim dan membantunya melebar.

2. Amniotomi

Amniotomi adalah tindakan di mana dokter memasukkan kait plastik kecil melalui serviks untuk memecahkan kantung ketuban. Saat prosedur dilakukan, serviks perlu sedikit melebar.

Kedua metode di atas tetap bisa menimbulkan risiko, seperti infeksi pada cairan ketuban atau plasenta, infeksi pada bayi, dan pada kasus yang jarang terjadi menyebabkan pecahnya rahim.

Apa yang dilakukan bila induksi persalinan tidak berhasil?

Terkadang, induksi persalinan tidak berhasil dilakukan. Jika Bunda dan kehamilan dinyatakan baik-baik saja dan kantung ketuban belum pecah, maka dokter mungkin akan meminta Bunda untuk pulang. Selanjutnya, dokter dapat menjadwalkan waktu lain untuk mencoba induksi lagi.

Tetapi bila kondisi Bunda atau bayi tidak membaik selama atau setelah mencoba induksi, maka proses persalinan caesar mungkin direkomendasikan oleh dokter. Meski sebagian besar kelahiran caesar aman, ada beberapa risiko yang dapat terjadi, seperti infeksi, perdarahan, dan komplikasi dari anastesi.

Sebelum melahirkan, Bunda sebaiknya benar-benar memahami kondisi kehamilan dan janin. Jangan lupa untuk konsultasikan ke dokter tentang pilihan proses persalinan yang terbaik dan minim risiko.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda