
kehamilan
Mengenal Tes Stres Kontraksi, Cara Memeriksa Kondisi Janin agar Tetap Sehat selama Reduksi Oksigen
HaiBunda
Selasa, 13 Aug 2024 17:20 WIB

Daftar Isi
Selama kehamilan terdapat serangkaian pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan. Pemeriksaan ini tentu saja bertujuan untuk memastikan kondisi Bunda dan Si Kecil benar-benar sehat.
Nah, salah satu tes yang umum dilakukan adalah tes stres kontraksi. Meski terdengar jarang dilakukan, ternyata tes ini memiliki berbagai manfaat. Oleh karena itu mari kenali lebih dekat apa yang disebut tes stres kontraksi.
Mengenal tes kontraksi
Melansir dari Cleveland Clinic, tes stres kontraksi atau Contraction Stress Test (CST), adalah prosedur untuk menilai kesehatan janin dengan melihat responsnya terhadap kontraksi rahim yang diinduksi.
Kontraksi ini biasanya dihasilkan melalui stimulasi puting atau pemberian obat oksitosin. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa janin memiliki kemampuan untuk menghadapi stres fisik yang diakibatkan oleh kontraksi saat persalinan nanti.
Tes ini biasanya dilakukan di rumah sakit atau klinik dengan peralatan khusus yang dapat memonitor detak jantung janin dan kontraksi rahim. Selama prosedur, dokter akan mengamati pola detak jantung janin untuk menentukan apakah ada tanda-tanda distress yang dapat menunjukkan bahwa janin tidak mendapatkan cukup oksigen.
Baca Juga : Kontraksi |
Siapa yang perlu melakukan tes stres kontraksi?
Tes stres kontraksi umumnya direkomendasikan bagi Bunda yang memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi selama kehamilan atau persalinan. Beberapa kondisi yang dapat membuat tes ini diperlukan meliputi tekanan darah tinggi, diabetes gestasional atau masalah pada pertumbuhan janin. Ibu hamil yang mengalami penurunan gerakan janin atau yang memiliki riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya juga mungkin perlu menjalani tes ini.
Dokter akan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum merekomendasikan tes stres kontraksi. Keputusan ini biasanya diambil berdasarkan evaluasi menyeluruh terhadap kesehatan Bunda dan janin, serta hasil dari tes kehamilan lainnya seperti tes nonstres atau ultrasound.
Apa perbedaan antara tes nonstres dan tes stres kontraksi?
Tes nonstres dan tes stres kontraksi keduanya digunakan untuk memantau kesehatan janin, tetapi dengan pendekatan yang berbeda. Tes non stres (Non-Stress Test atau NST) mengukur detak jantung janin tanpa memicu kontraksi rahim. Selama NST, ibu hamil hanya perlu duduk atau berbaring sementara monitor mencatat detak jantung janin dalam kondisi normal tanpa stres tambahan.
Sebaliknya, tes stres kontraksi memerlukan induksi kontraksi rahim untuk melihat bagaimana janin merespons stres tersebut. Tujuannya adalah untuk meniru kondisi yang akan dialami janin selama persalinan, sehingga dokter dapat mengevaluasi kemampuan janin menghadapi stres fisik.Â
Perbedaan utama antara keduanya adalah pada kondisi yang diuji. NST menguji janin dalam keadaan tenang, sementara CST menguji janin dalam keadaan stres.
Kapan uji stres kontraksi dilakukan?
Dikutip dari Nemours Kids Health, tes stres kontraksi biasanya dilakukan pada trimester ketiga kehamilan, terutama setelah minggu 34. Hal ini karena saat itu janin sudah cukup berkembang sehingga respons terhadap stres bisa dievaluasi dengan akurat. Dokter mungkin merekomendasikan tes ini jika ada kekhawatiran tentang kesehatan janin atau jika hasil dari tes nonstres menunjukkan kebutuhan untuk evaluasi lebih lanjut.
Uji ini juga bisa dilakukan jika ada indikasi penurunan gerakan janin atau jika Bunda memiliki kondisi medis yang dapat mempengaruhi suplai oksigen ke janin. Dokter akan menentukan waktu yang tepat untuk melakukan tes berdasarkan kondisi spesifik dari kehamilan tersebut.
Detail informasi seputar tes stres kontraksi
Tes stres kontraksi dimulai dengan pemantauan awal detak jantung janin dan aktivitas rahim tanpa kontraksi. Setelah pemantauan dasar, kontraksi rahim diinduksi melalui stimulasi puting atau dengan obat oksitosin yang diberikan melalui infus. Kontraksi ini biasanya ringan dan bertahap, memungkinkan dokter untuk memantau respons janin secara perlahan.
Selama kontraksi, monitor akan mencatat detak jantung janin dan pola kontraksi rahim. Hasil dari pemantauan ini akan menunjukkan apakah detak jantung janin tetap stabil atau menunjukkan tanda-tanda distress. Pola detak jantung yang normal menunjukkan bahwa janin dapat mengatasi stres kontraksi, sedangkan pola yang abnormal bisa menandakan masalah yang perlu ditangani segera.
Bagaimana cara Bunda mempersiapkan diri untuk melakukan tes stres kontraksi?
Sebelum menjalani tes stres kontraksi, Bunda mungkin perlu berpuasa selama beberapa jam untuk mengurangi risiko mual atau muntah selama prosedur. Dokter juga akan memberikan instruksi spesifik tentang apa yang harus dilakukan sebelum tes, seperti menghindari aktivitas fisik berat.
Pada hari tes, Bunda sebaiknya mengenakan pakaian yang nyaman dan longgar untuk memudahkan pemasangan monitor pada perut. Selain itu, penting untuk tetap tenang dan rileks karena stres atau kecemasan dapat memengaruhi hasil tes. Dokter atau perawat akan memberikan dukungan dan informasi yang diperlukan untuk membantu Bunda merasa lebih tenang selama prosedur.
Apa yang dapat saya harapkan selama uji stres kontraksi?
Selama tes stres kontraksi, Bunda akan diminta berbaring atau duduk dalam posisi yang nyaman. Monitor akan dipasang di perut untuk mencatat detak jantung janin dan kontraksi rahim. Pada awalnya, pemantauan dilakukan tanpa kontraksi untuk mendapatkan baseline atau data dasar.
Setelah itu, kontraksi rahim diinduksi melalui stimulasi puting atau pemberian oksitosin. Bunda mungkin merasakan sedikit ketidaknyamanan saat kontraksi terjadi, tetapi prosedur ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit yang signifikan. Selama kontraksi, dokter akan mengamati pola detak jantung janin untuk memastikan tidak ada tanda-tanda distress.
Apa risiko uji stres kontraksi?
Tes stres kontraksi umumnya aman, tetapi sama seperti prosedur medis lainnya ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan. Salah satu risiko utama adalah kemungkinan memicu persalinan prematur, terutama jika Bunda memiliki riwayat kelahiran prematur atau komplikasi lain yang dapat meningkatkan risiko tersebut.
Risiko lain termasuk ketidaknyamanan atau nyeri ringan akibat kontraksi yang diinduksi. Namun, dokter akan memantau Bunda dengan cermat selama prosedur dan dapat menghentikan tes jika ada tanda-tanda bahwa janin atau ibu mengalami masalah. Penting untuk berdiskusi dengan dokter tentang semua risiko dan manfaat sebelum menjalani tes ini.
Siapa yang tidak boleh menjalani uji stres kontraksi?
Tidak semua ibu hamil bisa menjalani tes stres kontraksi. Bunda yang memiliki riwayat persalinan prematur, plasenta previa, atau kondisi medis tertentu yang dapat meningkatkan risiko komplikasi mungkin tidak dianjurkan untuk melakukan tes ini. Selain itu, jika ada tanda-tanda bahwa janin sudah dalam kondisi stres, dokter mungkin akan memilih metode pemantauan lain yang lebih aman.
Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi Bunda dan janin sebelum merekomendasikan tes stres kontraksi. Keputusan ini akan didasarkan pada keseimbangan antara manfaat yang diharapkan dari tes dan risiko potensial yang mungkin timbul.
Detail informasi seputar hasil tes stres kontraksi
Hasil uji stres kontraksi dapat memberikan informasi penting tentang kesehatan janin. Jika detak jantung janin tetap stabil dan tidak menunjukkan tanda-tanda distress selama kontraksi, hasil tes dianggap normal atau negatif. Hal ini berarti janin mampu mengatasi stres kontraksi dan kemungkinan besar dapat menghadapi persalinan dengan baik.
Sebaliknya, jika detak jantung janin menunjukkan pola yang abnormal atau menurun selama kontraksi, hasil tes dianggap positif atau abnormal. Hal ini menunjukkan bahwa janin mungkin mengalami kesulitan mendapatkan oksigen yang cukup selama persalinan dan tindakan medis mungkin diperlukan untuk memastikan keselamatan janin.
Apa yang terjadi setelah uji stres kontraksi positif?
Jika hasil tes stres kontraksi positif, dokter akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan langkah-langkah yang perlu diambil. Biasanya akan dilakukan tes tambahan, seperti tes nonstres atau ultrasound untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kondisi janin. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan induksi persalinan atau operasi caesar untuk mengurangi risiko terhadap janin.
Penting bagi Bunda untuk berdiskusi dengan dokter tentang hasil tes dan pilihan tindakan yang tersedia. Keputusan akan didasarkan pada kondisi spesifik kehamilan dan kesehatan janin serta preferensi dan kebutuhan Bunda.
Seberapa sering uji stres kontraksi dilakukan Bunda?
Frekuensi tes stres kontraksi bergantung pada kondisi kesehatan Bunda dan janin. Bagi Bunda dengan kehamilan risiko tinggi, tes ini mungkin dilakukan lebih sering, terutama jika ada kekhawatiran tentang suplai oksigen ke janin. Dokter akan menentukan jadwal yang paling tepat berdasarkan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi kehamilan
Nah, itulah informasi lengkap tentang tes stres kontraksi. Apakah Bunda sudah pernah melakukannya? Semoga informasi ini bermanfaat, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Kiky Saputri Dirawat dan Diobservasi di RS setelah 2 Kali Kontraksi, Tegaskan Belum Melahirkan

Kehamilan
7 Cara Mempercepat Kontraksi Hamil Bunda, Suami Juga Bisa Bantu

Kehamilan
Sakit Perut Biasa vs Kontraksi, Bagaimana Cara Membedakannya?

Kehamilan
Bedanya Kontraksi Asli dan Palsu, dari Durasi hingga Rasa Nyeri

Kehamilan
Bunda Mau Melahirkan Normal? Kenali Yuk Ciri-ciri Kontraksi Palsu


9 Foto
Kehamilan
9 Potret Gaya Busana Keluarga Kerajaan Inggris Usai Melahirkan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda