kehamilan
Induksi Persalinan, Kapan Dilakukan & Adakah Risikonya?
Senin, 02 Nov 2020 14:06 WIB
Banyak ibu hamil ingin melahirkan secara alami, tanpa intervensi. Sayangnya, sebagian ibu dengan kondisi tertentu perlu melakukan induksi persalinan demi membantu proses melahirkan.
Induksi persalinan berarti membuat kontraksi di dalam rahim sebelum persalinan dimulai dengan sendirinya. Kontraksi sendiri merupakan tanda bahwa persalinan sudah dimulai, dan serviks pun sudah mulai terbuka atau melebar.
Menurut Society of Obstetricians and Gynecologists of Canada (SOGC), satu atau lebih dari lima persalinan yang dialami ibu hamil menggunakan metode induksi, Bunda. Jadi, ini sebenarnya cara yang cukup umum dalam proses melahirkan.
Seorang Obgyn di Ottawa, Jessica Dy mengatakan, ketika Bunda dan dokter membicarakan soal induksi, hal terpenting adalah mengetahui alasannya. Selain itu, perlu memahami metode yang digunakan, risiko, hingga manfaat induksi persalinan.
"Tujuan induksi persalinan, tentu saja persalinan yang sehat dan hasil yang baik bagi Anda dan bayi," kata dia, dikutip dari Today's Parent.
Alasan melakukan induksi persalinan
Ada beberapa alasan berbeda mengapa induksi persalinan perlu dilakukan. Mengutip What to Expect, berikut beberapa alasan ibu hamil perlu melakukan induksi persalinan:
1. Terlambat melahirkan
Biasanya, ibu hamil akan melahirkan tepat usia kandungan 40 minggu, namun kadang proses tak berjalan seperti yang diharapkan. Nah, jika ibu tidak melahirkan setelah melewati batas waktu hingga 2 minggu atau lebih dari tanggal perkiraan lahir (HPL), dokter atau bidan mungkin akan menyarankan ibu hamil untuk melakukan induksi persalinan.
Dokter atau bidan akan menggunakan obat-obatan atau metode lain jika kehamilan bersifat postterm, yakni telah mencapai 42 minggu atau jika berisiko pada kesehatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
2. Ada komplikasi
Terkadang kondisi seperti preeklamsia, diabetes, diabetes gestasional, masalah plasenta atau masalah cairan ketuban seperti sedikit atau infeksi membuat ibu berisiko melanjutkan kehamilan.
3. Ketuban pecah
Jika kantung ketuban pecah dan kontraksi belum dimulai dengan sendirinya dalam waktu 24 jam, dokter mungkin akan melakukan induksi.
Cara menginduksi persalinan
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mempercepat proses bayi melahirkan jika terlambat dari jadwal, Bunda. Cara teraman dan paling efektif adalah konsultasi dokter.
Dikutip dari HealthLine, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menginduksi persalinan, yakni:
Induksi persalinan dengan obat-obatan
Ada dua jenis obat yang digunakan untuk menginduksi persalinan. Prostaglandin melembutkan atau 'mematangkan' leher rahim untuk mempersipakan persalinan. Obat ini bisa diminum lewat mulut atau dimasukkan sebagai supositoria ke dalam vagina.
Selain prostaglandin, ada pitocin. Pitocin adalah obat yang paling umum. Biasanya dimasukkan lewat infus untuk membantu persalinan lebih cepat.
Induksi persalinan dengan metode medis
Selain obat, metode seperti engupas membran dan memecahkan air ketuban adalah opsi lain yang bisa dilakukan. Pengupasan membran melibatkan kantung ketuban. Dokter akan menggunakan jari mereka untuk mendorong kantung ketuban menjaduh dari serviks.
Untuk mengeluarkan air ketuban, dokter akan membuka kantung ketuban dengan kait plastik kecil. Kemudian, bayi akan bergerak ke puncak serviks untuk persiapan melahirkan. Setelahnya, ibu akan segera melahirkan. Pengupasan membran, umumnya dianggap aman, tapi beberapa ahli tidak setuju dengan praktik ini, jadi sebaiknya konsultasi ke dokter lebih dahulu.
Induksi persalinan dengan cara alami
Ibu hamil juga bisa melakukan induksi persalinan tanpa intervensi medis. Studi belum memverifikasi metode ini bisa berhasil, sehingga konsultasi ke dokter sebelum mencobanya.
Cara alami yang bisa dilakukan untuk menginduksi persalinan, di antaranya:
- Jalan kaki
Ini adalah cara termudah dan teraman dilakukan untuk menginduksi persalinan sendiri. Gravitasi dari gerakan ibu saat berjalan dapat membantu menggeser bayi ke posisinya. Meski jalan kaki mungkin tidak mempercepat persalinan, namun baik dilakukan.
- Berhubungan seks
Jika Bunda merasa sanggup untuk berhubungan seks, boleh dicoba. Itu karena sperma mengandung hormon yang disebut prostaglandin, yang membuat otot rahim ibu berkontraksi. Mengalami orgasme sendiri juga akan merangsang rahim ibu.
- Olahraga
Tidak ada bukti bahwa menjadi lebih aktif akan membuat ibu hamil menjadi aktif dalam persalinan, tetapi ini baik dilakukan demi kesehatan dan kehamilan. Olahraga mengurangi risiko operasi caesar dan diabetes gestasional.
- Mengonsumsi nanas
Di dalam inti nanas terdapat enzim yang disebut bromelain, yang memecah protein. Kandungan ini akan membuat leher rahim secara alami melunak dan matang untuk mempersiapkan persalinan. Meski demikian, tidak ada bukti ilmiah untuk teori ini.
- Akupresur
Sama seperti akupuntur, perawatan ini merangsang titik-titik tertentu di sepanjang jalur energi. Namun akupresur menggunakan tekanan pijatan, bukan jarum.
Beberapa titik tekanan di sekitar tubuh dianggap memicu persalinan. Satu titik di atas pergelangan kaki di bagian belakang tulang kering, lainnya di tengah telapak tangan.
Untuk melakukan akupresur pada diri sendiri, tekan salah satu titik tersebut selama beberapa detik. Kemudian pijak area tersebut. Namun sebaiknya pelajari cara ini atau berkonsultasi dahulu dengan ahlinya sebelum mencoba.
Apakah induksi persalinan berisiko?
Setiap metode induksi memiliki beberapa potensi risiko tertentu, Bunda. Oleh karena itu, dokter dan ibu hamil harus berunding dahulu untuk menentukan perawatan serta mempertimbangkan risiko dan manfaatnya.
Sebagian besar para calon orang tua bertanya apakah induksi bisa mengarah pada risiko caesar yang lebih tinggi. Untuk jawabannya sendiri ternyata tidak terlalu jelas, Bunda.
"Hubungan antara induksi dan caesar tampaknya tidak sekuat dulu. Penelitian menunjukkan bahwa induksi pada 39 minggu kehamilan sebenarnya mengarah pada tingkat operasi caesar, kematian bayi dan tekanan darah pada wanita lebih rendah," kata Jessica Dy.
Selain itu, meskipun sebagian besar induksi berjalan lancar, terkadang ada kemungkinan komplikasi yang bisa muncul, Bunda. Berikut ini beberapa kemungkinan komplikasi tersebut:
- Rahim berkontraksi terlalu cepat, menyebabkan perubahan pada denyut jantung janin atau masalah tali pusar.
- Terjadi infeksi pada ibu atau bayi
- Uterus pecah
- Peningkatan risiko operasi caesar
- Pendarahan setelah melahirkan
- Bayi lahir preamtur
- Masalah paru-paru pada bayi
- Kontraksi yang lebih kuat
- Masalah pada pengelihatan dan pendengaran pada bayi
- Perkembangan paru-paru dan otak yang buruk
Namun perlu diketahui bahwa selama proses ini, bayi akan terus dipantau melalui pemantaua janin elektronik, yang akan membantu dokter untuk menilai bagaiamana mereka menghadapi stres akibat persalinan yang diinduksi dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi ibu dan bayi.
Selain itu, induksi persalinan tidak selalu berhasil. Jika induksi persalinan tidak berhasil, ibu mungkin akan menjalani operasi caesar.
Beberapa ibu hamil mungkin akan waspada dan menghindari induksi karena ingin menghindari rangkaian intervensi. "Biasanya, satu intervensi seperti induksi ini berpotensi untuk memulai intervensi yang lain, seperti pemantauan berkelanjutan," kata bidan di Vancouver, Kerry Harris.
Induksi mungkin tidak tepat bagi ibu hamil yang pernah menjalani operasi caesar atau operasi uterus besar lainnya untuk melahirkan secara normal. Jika dipaksakan, maka ini akan berisiko ruptur uteri, plasenta previa, herpes genital aktif, atau bayi lahir sungsang.
Efek samping induksi persalinan
Obat atau metode yang digunakan saat induksi persalinan dapat menyebabkan efek samping pada ibu dan bayi, Bunda. Dengan pitocin dan obat-obatan lain yang mematangkan leher rahim, ini dapat meningkatkan kontraksi, membuatnya semakin cepat dan berdekatan, sehingga akan menimbulkan rasa sakit.
Kontraksi yang lebih cepat pun bisa memengaruhi detak jantung bayi, Bunda. Dokter mungkin berhenti memberi obat jika kontraksi datang terlalu singkat. Sedangkan upaya untuk memecahkan ketuban dapat menyebabkan tali pusar terlepas dari vagina sebelum bayi keluar, dan ini disebut sebagai prolaps.
Tekanan pada tali pusar dapat mengurangi suplai oksigen dan nutrisi bayi. Bila ketuban sudah pecah, maka persalinan harus dimulai dalam waktu sekitar 6 hingga 12 jam setelahnya. Apabila tertunda, maka bisa meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi.
Bunda, simak juga perjuangan Angie 'Virgin' saat harus melahirkan sendirian tanpa suami di London dalam video berikut:

