KEHAMILAN
Paparan Polusi Berlebihan saat Hamil dapat Sebabkan Obesitas pada Anak Kelak
Melly Febrida | HaiBunda
Kamis, 03 Jul 2025 13:26 WIBBeberapa hari lalu, dunia maya dihebohkan dengan curhatan netizen tentang kabut polusi di sejumlah wilayah di Jabodetabek. Semua orang tentu paham dengan bahaya polusi buat kesehatan, bahkan paparan polusi berlebihan pada ibu hamil dapat menyebabkan kelak anak menjadi obesitas.
Melansir Surinenglish, menghirup udara dengan konsentrasi polusi yang tinggi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak. Sebuah studi yang dipimpin oleh Institut Kesehatan Global Barcelona (ISGlobal), yang dilakukan di delapan negara, menemukan bahwa partikel mikro tersuspensi (PM2.5) merupakan faktor risiko utama.
PM2.5 merupakan komponen umum polusi udara di kota-kota dan wilayah metropolitan yang dihasilkan pembakaran kendaraan (terutama solar) dan aktivitas lain yang menggunakan bahan bakar fosil, seperti pemanas atau proses industri tertentu.
Bahaya paparan polusi pada ibu hamil
Beberapa studi epidemiolgis menunjukkan, paparan polusi udara terutama partikel halus PM₂.₅, PM₁₀, dan PAH—selama kehamilan dapat mengubah perkembangan janin secara epigenetik dan metabolik. Ini dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak usia sekolah.
Dalam penelitian yang diterbitkan di Am J Epidemiol di laman PubMed NCBI, disebutkan ada kekhawatiran paparan bahan kimia pengganggu endokrin selama masa prenatal dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak-anak.
Peneliti memantau anak-anak Afrika-Amerika dan Hispanik yang lahir di Bronx atau Manhattan Utara, New York (1998-226), dengan rincian 422 anak hingga 5 tahun dan 341 anak hingga usia 7 tahun. Selama kehamilan ibunya terpapar hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan dipantau hingga anaknya usia 5 tahun dan 7 tahun.
Pada usia 5 tahun, 21 persen anak mengalami obesitas. Demikian pula 25 persen anak yang juga dipantau sampai usia 7 tahun. Setelah disesuaikan dengan jenis kelamin anak, usia saat pengukuran, etnis, dan berat lahir, paparan PAH prenatal yang lebih tinggi secara signifikan dikaitkan dengan ukuran tubuh anak yang lebih besar.
Sementara pada studi yang dilakukan ISGlobal, peneliti menganalisis hubungan antara paparan harian terhadap unsur-unsur utama polusi udara selama kehamilan dan obesitas anak berikutnya sebelum usia 13 tahun pada lebih dari 30.000 keluarga dari delapan negara, termasuk Spanyol.
Untuk melaksanakan penelitian, para peneliti menentukan konsentrasi PM2.5 dan nitrogen dioksida (NO3) - gas beracun yang dilepaskan pipa knalpot - di area pemukiman masing-masing keluarga yang berpartisipasi.
Penelitian berlangsung sejak awal kehamilan hingga anak berusia 12 tahun, yang melibatkan pemantauan klinis berkelanjutan terhadap anak-anak. Tinggi dan berat badan dipantau selama bertahun-tahun untuk melihat perkembangan indeks massa tubuh (IMT) mereka.
Temuan utama penelitian ini adalah jika ibu menghirup udara dengan kadar partikulat yang tinggi selama kehamilan maka meningkatkan risiko hingga 23 persen memiliki anak yang kelebihan berat badan atau obesitas. Tahap kelebihan berat badan pada masa kanak-kanak terjadi terutama saat anak berusia antara 9 dan 12 tahun.
Namun, tidak ada peningkatan risiko obesitas pada anak-anak yang tinggal di area dengan PM2.5 tinggi (tetapi tidak pada ibu mereka saat mereka hamil) maupun di antara perempuan hamil atau anak-anak mereka karena paparan NO3.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kehamilan dapat menjadi jendela yang sangat rentan terhadap risiko obesitas pada masa kanak-kanak", kata Sarah Warkentin, peneliti ISGlobal dan penulis pertama penelitian ini.
Peneliti belum memahami sepenuhnya mekanisme biologis yang dapat menjelaskan hubungan antara paparan polusi udara dengan penambahan berat badan anak.
"Dalam penelitian sebelumnya, paparan polusi selama kehamilan telah dikaitkan dengan pertumbuhan janin yang berkurang dan berat badan lahir rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh stres oksidatif, peradangan, masalah dengan perkembangan plasenta atau gangguan hormonal," kata Martine Vrijheid, direktur program kesehatan dan lingkungan hidup ISGlobal dan penulis utama penelitian tersebut.
Menurutnya, proses yang sama juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan meningkatkan risiko obesitas selama masa kanak-kanak, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian pada hewan.
Vrijheid mengatakan bahwa paparan PM₂.₅ selama kehamilan dapat merusak plasenta, memicu stres oksidatif, dan mengganggu hormon. Perubahan ini bisa memicu obesitas pada anak.
Tips mencegah paparan polusi untuk ibu hamil
Risiko polusi tak hanya dihadapi ibu hamil, tapi juga bayi di masa depannya. Bunda dapat melakukan berbagai upaya pencegahan, antara lain:
1. Meminimalkan paparan polusi dengan
- Menggunakan masker N95 saat udara buruk
- Menggunakan HEPA air purifier meski berada di dalam rumah.
2. Memperbanyak konsumsi buah dan sayur-sayuran.
Nutrisi di dalam makanan ini dapat membantu melindungi janin dari dampak polusi;
3. Monitor kualitas udara lokal
Saat ini tersedia beberapa aplikasi yang dapat memantau kualitas udara di sekitar. Jika kondisi tak memungkinkan, hindari beraktivitas di luar. Atau kenakan masker jika harus beraktivitas di luar.
4. Konsultasi dengan ahli
Jika Bunda sedang merencanakan kehamilan atau hamil, konsultasikan dengan ahli jika tinggal di daerah dengan polusi berat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)Simak video di bawah ini, Bun:
Selamat! Aaliyah Massaid & Thariq Halilintar Sambut Kelahiran Putra Pertama
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Studi Terbaru Temukan Dampak Polusi Udara Bisa Sebabkan Keguguran, Simak Faktanya Bunda
Polusi Udara Bisa Mengendap di Plasenta Ibu Hamil, Ini Bukti Hasil Studinya
Studi Temukan Dampak Paparan Polusi Udara Selama Hamil, Bisa Picu Depresi Pasca Persalinan
Ibu Hamil Sering Terpapar Polusi, Apa Dampaknya bagi Bayi?
TERPOPULER
Potret VJ Daniel Rayakan Ultah Pernikahan ke-14 Bersama Istri Asal Jerman
Red Flag pada Bayi Baru Lahir yang Perlu Bunda Tahu
9 Jenis Makanan Pemicu Kanker Payudara yang Harus Dihindari
Trimester 1 Berlalu, Zaskia Sungkar Semangat Jalani Trimester 2 untuk Balas Dendam
Demi Sienna, Marshanda Semangat Mandi dan Dandan Cantik dari Pagi untuk Bangunkan Sang Putri
REKOMENDASI PRODUK
11 Rekomendasi Balsem Bayi yang Aman dan Nyaman untuk Kulit Si Kecil
KinanREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Primer Make Up Tahan Lama
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
Review Es Krim Baskin Robbins Musk Melon & Popping Shower, Rasa Favorit Nomor #1 di Jepang
Firli NabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Lotion Anti Nyamuk untuk Bayi yang Aman untuk Kulit
Asri EdiyatiREKOMENDASI PRODUK
7 Rekomendasi Pensil Alis Warna Coklat Muda yang Bisa Jadi Pilihan Bunda
Amira SalsabilaTERBARU DARI HAIBUNDA
Ini Jenis Minuman yang Tingkatkan Risiko Kerusakan Liver, Simak Kata Studi
Potret Romantis Febby Rastanty dan Suami, Join Tren Lagu Rizky Febian
Red Flag pada Bayi Baru Lahir yang Perlu Bunda Tahu
Potret VJ Daniel Rayakan Ultah Pernikahan ke-14 Bersama Istri Asal Jerman
9 Jenis Makanan Pemicu Kanker Payudara yang Harus Dihindari
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Akrab! Potret Dikta dan Ji Chang Wook Nikmati Laut Indonesia di Atas Yacht
-
Beautynesia
Dijamin Nggak Menyesal, 6 Destinasi Travel di Asia yang Wajib Masuk Wishlist Liburanmu!
-
Female Daily
Mesh Cushion Fever, Ini Rekomendasi dari Brand Lokal yang Wajib Dipunya!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Third Wheel Artinya Apa? Ini Penjelasan dan Maknanya
-
Mommies Daily
8 Jenis Celana Dalam Laki-laki Terbaik, Anti Gerah dan Nyaman Seharian