HaiBunda

KEHAMILAN

Bunda Ini Miliki Firasat Sebelum Melahirkan Bayi Down Syndrome, Seperti Apa?

Annisa Aulia Rahim   |   HaiBunda

Rabu, 08 Oct 2025 14:00 WIB
Bunda Ini Miliki Firasat Sebelum Melahirkan Bayi Down Syndrome, Seperti Apa?/Foto: Getty Images/SDI Productions
Jakarta -

Setiap perjalanan kehamilan selalu menyimpan cerita unik dan penuh makna. Ada ibu yang sejak awal merasa tenang, ada pula yang justru diliputi kegelisahan tanpa sebab yang jelas. Sebagian mungkin menyebutnya 'firasat ibu' yaitu intuisi yang muncul begitu kuat bahkan sebelum dokter memberi hasil pemeriksaan apa pun.

Begitu pula dengan kisah seorang Bunda yang viral di Instagram baru-baru ini. Dalam unggahannya, ia bercerita bahwa sejak awal kehamilan, ia sudah memiliki firasat bahwa anak yang dikandungnya akan memiliki kondisi yang berbeda dari kebanyakan bayi lain. Ia tidak tahu pasti apa, namun hatinya seolah memberi tanda. 

Setiap ibu tentu berharap kehamilannya berjalan lancar dan anak yang akan lahir tidak mengalami masalah serius. Namun memang firasat ibu yang dirasakan sejak dini membuat sesuatu mungkin berbeda. Meski sempat merasa sedih dan takut, sang Bunda kini bangkit dan berbagi kisahnya dengan hati penuh cinta. Ia ingin menguatkan ibu-ibu lain agar tidak larut dalam rasa khawatir, melainkan belajar menerima, mencintai, dan mendukung anak mereka apa adanya.


Berikut ini cerita Bunda yang memiliki firasat sejak dini sebelum melahirkan bayi dengan Down Syndrome, dan refleksi dari kisah tersebut. HaiBunda sudah mendapatkan izin dari pemilik akun untuk menuliskan ceritanya.

Firasat seorang Bunda

Di sebuah unggahan di Instagram dengan nama akun @haiucel, seorang ibu membeberkan bahwa dirinya sudah merasakan firasat sejak masa kehamilan bahwa sesuatu 'tidak biasa' akan terjadi.

Kemudian, setelah kelahiran, diketahui bahwa bayinya mengidap down syndrome. Unggahan tersebut memuat foto-foto dan narasi tentang perjalanan emosional sang ibu serta bagaimana firasat itu muncul berupa insting hati, perasaan gundah, atau sinyal-sinyal kecil di tubuh dan pikiran.

"Kami semua dikasih firasat saat anak spesial calon penghuni surga ini akan datang. Bahkan firasat itu aku bisa rasakan sejak SMP, aku suka kumpulin foto anak kelalaian genetik, bagiku mereka memiliki wajah yang menenangkan," tulisnya dalam unggahannya.

Bagi sebagian orang, itu mungkin hal yang kebetulan. Tapi bagi sang ibu, firasat itu terasa nyata seolah hatinya sudah terhubung dengan sosok kecil yang kelak akan mengajarkan banyak hal tentang makna cinta dan ketulusan. Bahkan ibu tersebut memiliki lebih dari satu firasat bahwa ia akan melahirkan anak down syndrom. Firasat itu ditandai dengan lemahnya fungsi organ lainnya. 

“Firasat kedua, ucel sempat dinyatakan terjadi kematian mudigah namun ada power ajaib h-1, kuret detak jantungnya kembali,” tambahnya.

Kini, sang ibu menjalani hari-harinya dengan penuh syukur bersama anaknya yang diberi nama Ucel, sosok kecil yang dulu nyaris tak memiliki detak jantung, kini justru menjadi pusat kebahagiaan keluarganya.

Meski perjalanan merawat anak dengan Down Syndrome tidak selalu mudah, sang Bunda percaya bahwa setiap langkah adalah bagian dari rencana terbaik Tuhan. Ia berharap bisa selalu melihat anaknya tumbuh hingga usia senja dan bisa menginspirasi para orang tua agar tidak takut menerima anak mereka apa adanya.

Apakah 'firasat ibu' bisa dijadikan dasar medis?

Banyak ibu yang mengaku memiliki firasat sebelum mengetahui kondisi anaknya secara medis. Dalam konteks ilmiah, hal ini bisa dijelaskan melalui ikatan emosional dan hormonal antara ibu dan janin.

Menurut penelitian dari University of Cambridge, peningkatan hormon oksitosin selama kehamilan membuat sistem saraf ibu menjadi lebih sensitif terhadap perubahan kecil dalam tubuh. Hal ini dapat menimbulkan intuisi kuat yang sering disebut sebagai mother’s instinct naluri alami seorang ibu terhadap anaknya.

Namun tentu saja, firasat bukan alat diagnosis medis. Hanya karena seseorang merasa sesuatu, tidak berarti secara medis hal itu benar. Diagnosis Down Syndrome harus dilakukan melalui pemeriksaan genetik atau skrining seperti chorionic villus sampling (CVS), amniosentesis, atau non-invasive prenatal testing (NIPT).

Meski begitu, pengalaman emosional seperti yang dialami sang ibu menunjukkan bahwa hubungan batin antara ibu dan anak memang bisa sedalam itu bahkan sebelum kehidupan si kecil benar-benar dimulai.

Apa itu down syndrome?

Down syndrome (DS) adalah kondisi genetik yang terjadi ketika seseorang memiliki salinan tambahan kromosom ke-2. Normalnya, manusia memiliki 46 kromosom yang tersusun dalam 23 pasang. Namun pada individu dengan down syndrome, terdapat tiga salinan kromosom 21 (disebut trisomi 21), bukan dua.

Tambahan materi genetik inilah yang menyebabkan perubahan pada perkembangan otak, fisik, dan kemampuan belajar anak. Meskipun begitu, penting dipahami bahwa down syndrome bukanlah penyakit, melainkan kondisi bawaan seumur hidup yang memengaruhi cara tubuh dan otak berkembang.

Menurut data World Health Organization (WHO), down syndrome terjadi pada sekitar 1 dari 700 kelahiran hidup di dunia. Kondisi ini bukan disebabkan oleh kesalahan orang tua, gaya hidup, atau makanan, melainkan murni kelainan genetik yang bisa terjadi secara acak.

Penelitian menunjukkan bahwa deteksi dini dan intervensi sejak masa bayi dapat meningkatkan kualitas hidup anak dengan down syndrome secara signifikan. Sebuah studi dari National Institute of Child Health and Human Development menemukan bahwa anak-anak DS yang mengikuti terapi okupasi, fisioterapi, dan stimulasi kognitif sejak usia 6 bulan menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan sosial dan komunikasi.

Selain itu, menurut riset Journal of Pediatrics, dukungan emosional dari orang tua terutama ibu, berperan besar dalam membantu anak beradaptasi dengan lingkungan sosial. Artinya, kesiapan dan penerimaan seorang ibu memegang peranan yang sangat penting.

Selain itu, dengan terapi dan stimulasi sejak dini, anak-anak dengan down syndrome dapat berkembang dengan sangat baik.Penelitian dari National Institute of Child Health and Human Development menunjukkan bahwa intervensi dini seperti terapi wicara, fisioterapi, dan pendidikan inklusif membantu anak Down Syndrome mencapai kemandirian yang lebih tinggi dan kualitas hidup yang baik.

Bahkan, banyak di antara mereka yang kini berprestasi di dunia seni, olahraga, hingga modeling, membuktikan bahwa down syndrome bukan batasan untuk bahagia dan berkarya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

Jangan Sampai Keliru, Ini 7 Perbedaan Ciri Hamil & Menopause

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Tasya Farasya Tolak Rujuk dengan Ahmad Assegaf, Lebih Pilih Sepakati Hal Ini

Mom's Life Annisa Karnesyia

5 Potret Kimmy Jayanti Usai 4 Minggu Melahirkan, Kembali Langsing & Pamer Body Goals

Kehamilan Annisa Karnesyia

Angga Yunanda & Shenina Cinnamon Nonton MotoGP di Mandalika, Intip 5 Gayanya

Mom's Life Annisa Karnesyia

Si Kembar Raffi & Raffa Anak Mendiang Mpok Alpa Ultah Pertama, Intip 5 Momennya

Parenting Nadhifa Fitrina

Kisah Men Badung, Dalang Perempuan Pertama Bali yang Mendunia

Mom's Life Ajeng Pratiwi & Sutan Muhammad Aqil

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Angga Yunanda & Shenina Cinnamon Nonton MotoGP di Mandalika, Intip 5 Gayanya

5 Resep Makanan Balita 3-5 Tahun yang Lezat Bergizi agar Cepat Gemuk

Tasya Farasya Tolak Rujuk dengan Ahmad Assegaf, Lebih Pilih Sepakati Hal Ini

5 Potret Kimmy Jayanti Usai 4 Minggu Melahirkan, Kembali Langsing & Pamer Body Goals

Kisah Men Badung, Dalang Perempuan Pertama Bali yang Mendunia

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK