Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kisah di Balik Video Ibu yang Menyeret Anaknya

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 28 Nov 2017 11:49 WIB

Kisah ini memberi pelajaran untuk nggak gampang menghakimi dari sesuatu yang kita lihat sesaat.
Ilustrasi autisme/ Foto: Thinkstock
Liverpool - Apa yang terlintas di benak Bunda ketika melihat video seorang ibu yang menyeret anaknya? Mungkin kita kesal dan marah karena menganggap ibu ini kejam. Di luar sana ada orang yang sulit punya anak, tapi ibu ini malah menyeret-nyeret anaknya. Tapi kejadian yang sebenarnya ternyata nggak seperti yang kita pikirkan.

Ya, ketika video ibu menyeret anaknya yang meringkuk di trotoar menggunakan tali, ibu itu menuai banyak kecaman. Ribuan pengguna internet yang melihat video tersebut menyatakan kekesalan dan kemarahan

Ibu asal Liverpool, Inggris, yang berada dalam video tersebut lantas mengklarifikasi yang sebenarnya terjadi. Dalam wawancara dengan Echo, wanita yang tak disebutkan identitasnya itu mengaku apa yang terjadi sebenarnya terjadi tidak seperti yang terlihat.

Jadi ibu itu bilang anaknya yang berumur empat tahun mengalami autisme yang parah. Nah, saat itu, emosi si anak sedang tidak terkontrol. Bocah itu menjatuhkan tubuhnya ke trotoar lalu menampilkan perilaku yang buruk.


"Apa yang saya lakukan di video itu adalah satu-satunya cara agar saya bisa memindahkannya. Dia melakukannya setiap saat dan tidak akan bangun atau membiarkan saya menjemputnya," kata ibu yang namanya dirahasiakan tersebut seperti dilansir Goodhousekeeping.

Mendapati banyaknya kecaman yang didapat, ibu tersebut pun merasa dirinya adalah ibu yang buruk. Tapi dia menyesalkan banyak orang yang cepat menilai dan menghakimi sebelum tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Apalagi menurut ibu tersebut, membesarkan anak dengan autisme bukanlah hal yang mudah. Terutama ketika anaknya mulai bertingkah. "Dia sebelumnya menyerang saya dan menjatuhkan saya. Tapi dia tidak tahu kalau sudah menyakiti saya," sambungnya.

Si ibu itu menambahkan saat dirinya sibuk menolong anaknya, hanya ada dua perempuan yang menghampirinya. Sementara orang-orang lain yang beradadi sekitarnya hanya lewat saja sambil menatap.

Menurut Autism Speaks' Challenging Behaviors Tool Kit, saat situasi krisis seperti emosi anak yang tidak terkontrol di tengah masyarakat, orang tua sangat penting memiliki rencana yang paling sesuai untuk mengatasinya. Nah, seperti bunda di video itu, dia menggunakan tali untuk diikatkan ke tubuh anaknya karena di anak tak memiliki rasa takut akan bahaya.

"Saya mencoba yang terbaik, dan orang yang mengenal saya tentu tahu saya ibu yang baik," imbuhnya.



Anak Autis Agresif

Anak autis seringkali mengalami masalah dalam komunikasi sehingga membuatnya lebih agresif dibanding anak-anak lainnya. Namun sebenarnya anak autis nggak bermaksud untuk melukai orang lain. Ia hanya merasa tidak nyaman dengan kondisinya sendiri tapi tidak bisa mengkomunikasikannya.

"Anak autis itu memiliki masalah sensorik. Jadi dia mengolah informasi yang berbeda dengan kita. Hipersensitif terhadap suara, sinar, kerumunan, yang membuat dunia mereka menjadi tidak nyaman," jelas dr Adriana Ginanja, MS, psikolog sekaligus pendiri sekolah khusus anak autis 'Mandiga', demikian dikutip dari detikHealth.

Ketika tubuh anak menjadi overwarm (lebih panas), anak akan menjadi agresif dan mudah marah. Menurut wanita yang juga pengajar di Universitas Indonesia ini, anak autis tidak seperti anak nakal lainnya yang memang suka memukul temannya sendiri.

Anak autis cenderung lebih mudah mengamuk karena tidak bisa menyampaikan apa yang dirasakan oleh tubuhnya. Namun, lanjut Adriana, tekanan dari lingkungan sekitar yang terus terjadi, misal menjadi bahan ledekan (bully) dari teman-teman sekolah, bisa saja meningkatkan agresivitas anak autis.

Agresivitas pada anak autis biasanya lebih sering terjadi pada masa anak-anak. Dengan bertambahnya usia, akan terjadi pematangan pada psikologisnya, sehingga agresivitas pun berkurang. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda